Refleksi Kenapa ada Corona ?
Sesungguhnya hidup kehidupan kita selama ini sudah bergeser dari kehidupan yang ideal sebagai mahluk yang berakal. Rasa persaudaraan sudah tidak dilandasi lagi rasa kemanusiaan dan berketuhanan, semuanya sudah bergeser kepada status sosial dan duniawi.
Kemanusiaan sudah punah mulai dari keluarga kecil, bertetangga sampai kepada hubungan nasional dan global semua sudah terkontaminasi dengan materialistis.Â
Semua sudah tidak menghargai proses. Tapi yang menjadi dasar pijakan adalah kekinian semata. Serta seakan merasa akan hidup selamanya, sudah tidak ada ketakutan pada Maha Pencipta Tuhan Ymk. Benda sudah menjadi Tuhan-Nya.
Corona hadir untuk mencuci habis sifat-sifat binatang yang dimiliki manusia dewasa ini. Tuhan Ymk membuktikan diri-Nya bahwa Dialah Yang Maha Kuasa, Kuasa diatas kuasa manusia yang sombong dan menghalalkan segala cara untuk mendapatkan materi demi untuk kesenangan duniawi.
Contoh sederhananya bagi umat muslim, para pejabat atau orang kaya berkali-kali ke Tanah Suci Makkah Al-Mukarramah melaksanakan ibadah haji/umrah, sementara yang lain, khususnya orang-orang tua di perdesaan menunggu quota bertahun-tahun dan belum tentu mendapatkan kesempatan, lalu mereka meninggal.
Sudah tidak memiliki empati pada yang lemah dan lebih parah sudah tidak memahami makna dalam memperoleh amalan. Sampai melaksanakan ibadah haji/umrah berkali-kali tentu dengan maksud mendapatkan amalan, padahal bisa jadi hanya rasa capek yang diperolehnya.
Makanya jangan heran bila Tuhan Ymk menutup pintu Masjidil Haram dan Masjid Nabawi tahun 2020 ini. Semoga dipahami makna penutupan pelaksaanaan ibadah haji/umrah akibat adanya pandemi Covid-19. Mari kita melihat pandemi Covid-19, bukan dengan memakai kacamata kuda.
Sama seperti orang tua siswa sudah merasakan susahnya perjuangan guru dalam mengajar dan membina anak kita, saat mendampingi anak belajar/ujian jarak jauh #diRumahAja semua ini pelajaran ke depan.Â
Bila seorang guru sedikit ada masalah dengan siswanya, janganlah senaknya guru dilaporkan ke polisi. Artinya sayangilah guru dengan mengingat atau menghargai jerih payahnya dalam mengasah karakter anak kita.
Banyak contoh-contoh hidup kehidupan yang diperlihatkan oleh Tuhan Ymk dalam masa pandemi Covid-19. Karakter-karakter asli manusia dimunculkan oleh Yang Maha Kuasa.