Mohon tunggu...
H.Asrul Hoesein
H.Asrul Hoesein Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pemerhati dan Pengamat Regulasi Persampahan | Terus Menyumbang Pemikiran yang Sedikit u/ Tata Kelola Sampah di Indonesia | Green Indonesia Foundation | Jakarta http://asrulhoesein.blogspot.co.id Mobile: +628119772131 WA: +6281287783331

Pemerhati dan Pengamat Regulasi Persampahan | Terus Menyumbang Pemikiran yang sedikit u/ Tata Kelola Sampah di Indonesia | Green Indonesia Foundation | Founder PKPS di Indonesia | Founder Firma AH dan Partner | Jakarta | Pendiri Yayasan Kelola Sampah Indonesia - YAKSINDO | Surabaya. http://asrulhoesein.blogspot.co.id Mobile: +628119772131 WA: +6281287783331

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Presiden Jokowi di Balik Strategi SunTzu dan Keesaan Tuhan Atasi Covid-19

24 Mei 2020   13:57 Diperbarui: 26 Mei 2020   10:45 2146
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Maka, sesungguhnya bersama dengan kesulitan itu ada kemudahan. Sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan." (Al-Quran: Surah Al-Insyirah ayat 5-6)

Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengajak masyarakat hidup berdamai dengan Covid-19 hingga waktu kedepan. Tidak sedikit yang mengkritisi pernyataan tersebut. Ya wajar bila banyak yang protes, itulah dinamisasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Benarlah bahwa menghadapi pandemi Covid-19 harus dengan ilmu dan iman yang kuat untuk mampu membaca tanda-tanda zaman. 

Memang sangat berat menerima pandemi ini bila hanya melihat dengan kacamata kuda dan membaca dari kulit luar saja yang tersurat, tidak berusaha membaca yang tersirat. Karena senyatanya pandemi Covid-19 telah terbukti mengistirahatkan semua aktifitas, itu yang tersurat. 

Namanya saja virus yang berpandemi artinya virus yang mengglobal, mempengaruhi hampir seluruh dunia yang disinggahi si cantik Corona. Tanpa memilah dan memilih si kaya-miskin. 

Semua tidak dipandang, siapa dan apapun statusnya. Juga tidak memandang usia, rakyat jelata dan pejabat tinggi sama saja. Begitu hebat pesan tersirat Tuhan Ymk kepada manusia ciptaan-Nya. 

Maka wajar bila terjadi kebingungan kepada orang-orang yang tidak memiliki daya cengkram pemahaman dan iman yang kuat. Penulis selalu dalam artikel, menyatakan bahwa pandemi Covid-19 ini lebih membawa pesan moral daripada pesan fisik.

Hidup adalah paradox, maka tidak heran pemerintah meminta untuk jaga jarak aman - physical distancing - atau melakukan upaya jaga jarak fisik antar manusia, sehingga yang dihindari bukan hanya kerumunan. 

Maka dikeluarkan protokol #diRumahAja untuk work from home sekaligus introspeksi atas pesan moral tersebut dan diminta pula agar masyarakat urban #JanganMudikDulu.

Berdamai bukan berarti menyerah dan lalu pesimis serta bungkam seribu bahasa. Tapi sebuah bentuk pengakuan kepada Tuhan Ymk sebelum bekerja mencari dan memberi solusi. 

Bahwa ada langit diatas langit, ada kuasa Tuhan diatas kuasa dunia. Dalam pandemi Covid-19 Tuhan ingin menunjukkan bahwa Dia-lah penguasa sesungguhnya, serta ingin membuktikan keesaan-Nya.

Pesan moral utama yang diemban oleh Covid-19 adalah ingin merubah tabiat kotor manusia, yang suka memakan atau mengambil hak orang lain dan terlalu angkuh dalam kehidupannya. Seakan tidak ada kuasa selain Tuhan Ymk. 

Allah telah berfirman dalam surat cinta-Nya,

"Dan, barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Allah akan menjadikan baginya jalan kemudahan dalam urusannya" (Al-Quran:  Surah Ath-Thalaq ayat 4)

Berdamai artinya sebuah bentuk syukur, karena semua yang diturunkan Tuhan Ymk ke muka bumi adalah bermanfaat bagi manusia. Termasuk wabah virus Corona, musibah ini pasti memiliki manfaat bagi manusia, bumi dan segala isinya. Tuhan pasti mempunyai rencana baik pada manusia dan bumi. 

Sementara bersyukur pada Tuhan Ymk, artinya manusia harus berusaha mendekati si pemilik Virus Corona yaitu Tuhan. Untuk mengetahui siapa musuhmu, harus menjadi seperti mereka. Berbaur atau berdamailah dengan musuhmu. 

Sebagaimana strategi yang ditinggalkan oleh SunTzu - strategi China kuno - dan telah diamanatkan kepada para muridnya sejak tahun 771-476 SM dan para ahli strategi dunia masih menerapkan sampai sekarang bahwa "dekati musuhmu agar lebih hati-hati dan waspada agar bisa mengalahkannya"

Tidak ada cara selain mendekati atau berdamai dengan musuh, sebagaimana menghadapi pandemi Covid-19. Dekati dan berdamailah, agar bisa tahu kelemahan dan kekuatannya seperti apa yang dimiliki. Dengan begitu, kita akan keluar sebagai pemenang karena menggunakan otak bukan otot yang bicara. 

Berdamai tentunya adalah kita harus mampu beradaptasi dengan situasi dan kondisi yang terjadi. Kenapa mesti takut berdamai pada virus Corona atau Covid-19? Bukankah manusia makhluk yang paling sempurna di antara makhluk-makhluk lainnya?

Al-Quran Surah At Tiin ayat 4 "Sungguh, Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya."

Okeylah walau belum ditemukan wujud rupa virus Corona, tapi yang pasti virus ini sudah mempengaruhi dunia alias berpandemi. Istilah pandemi merupakan penyakit yang menyebar secara global meliputi area geografis yang luas.

Nah, kalau kita tidak berdamai atau mengenali Covid-19, bagaimana bisa menjinakkannya? Mengenali musuh pandemi Covid-19 harus terlebih dahulu dengan penerimaan yang ikhlas dan sabar. Artinya dekati musuh, lalu dengan kepekaan ilmu, emosi dan spiritual si Corona bisa kita atasi. Tidak kenal, maka tidak sayang. 

Menerima dengan ihlas dan sabar sebuah pertanda prasangka baik manusia kepada Tuhan Ymk yang telah menurunkan Covid-19. Allah Ta'ala berfirman dalam hadits qudsi 'Aku (tergantung) persangkaan hamba-Ku kepada-Ku'.

Kita harus meyakini bahwa Tuhan Ymk. sudah mempunyai berbagai macam hikmah yang besar nan agung dan telah ditakdirkan dan ditentukan. Tentu tidak bisa ditawar lagi, jauh hari telah ditulis sebelum bumi diciptakan oleh-Nya. Sebagaimana penciptaan Covid-19.

Menurut syariat Islam, Allah telah mencatat segala kejadian-kejadian di dalam Lauh Mahfuz, dari permulaan zaman sampai akhir zaman. Baik berupa kisah nabi dan rasul, azab yang menimpa suatu kaum, pengetahuan tentang wahyu para nabi dan rasul, tentang penciptaan alam semesta dan lainnya.

Ada saatnya untuk kita menunggu jalan keluar atas segala masalah yang kita hadapi. Tentunya menunggu jalan keluar di sini tidaklah hanya sekadar menunggu. 

Ketika mulai dihimpit masalah dan tak tahu apa yang harus dilakukan, maka tugas kita adalah menunggu jalan keluar dengan terus berikhtiar semaksimal mungkin.

Karena, bukankah Tuhan Ymk hanya akan mengubah takdir suatu kaum jika kaum itu mau berusaha dan berubah ?

Mari kita simak firman Allah dalam Al-Quran yang satu ini,

"Sehingga apabila para rasul tidak mempunyai harapan lagi tentang keimanan mereka dan telah meyakini bahwa mereka telah didustakan, datanglah kepada para rasul itu pertolongan Kami, lalu diselamatkanlah orang-orang yang Kami kehendaki." (Al-Quran: Surah Yusuf ayat 110)

IdulFitri 1 Syawal 1441 Hijriah (24/5)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun