Mohon tunggu...
H.Asrul Hoesein
H.Asrul Hoesein Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pemerhati dan Pengamat Regulasi Persampahan | Terus Menyumbang Pemikiran yang Sedikit u/ Tata Kelola Sampah di Indonesia | Green Indonesia Foundation | Jakarta http://asrulhoesein.blogspot.co.id Mobile: +628119772131 WA: +6281287783331

Pemerhati dan Pengamat Regulasi Persampahan | Terus Menyumbang Pemikiran yang sedikit u/ Tata Kelola Sampah di Indonesia | Green Indonesia Foundation | Founder PKPS di Indonesia | Founder Firma AH dan Partner | Jakarta | Pendiri Yayasan Kelola Sampah Indonesia - YAKSINDO | Surabaya. http://asrulhoesein.blogspot.co.id Mobile: +628119772131 WA: +6281287783331

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Menakar Peluang Putra-Putri Pendiri Parpol menuju Indonesia Satu

12 Mei 2020   03:31 Diperbarui: 12 Mei 2020   03:41 299
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

PSP dan NasDem 

Nah bagaimana dengan SP di Partai NasDem, analisa secara tersirat dan tersurat. SP hampir mengalami hal yang sama dengan Mega untuk mendongkrak sang putera mahkotanya PSP untuk duduk menggantikan posisi sang ayah sebagai Ketum Partai NasDem. Walau PSP sudah berada pada semi puncak politik sebagai Anggota DPR-RI.

Sedikit tentang Partai NasDem, awalnya Pasti NasDem dipegang oleh Patrice Rio Capella (PRC) sebagai Ketum Partai NasDem dan ahirnya diambil alih lagi oleh SP dan sampai sekarang. 

Mungkin SP membaca situasi bahwa kelak ada potensi terhambat untuk kawal PSP menuju puncak Partai Nasdem, bila bukan dirinya yang kawal sebagai Ketum Partai NasDem. Mungkin peralihannya dianggap susah bila tidak kawal PSP, sebagaimana kondisi Mega di PDIP.

Baca Juga: Mantan Ketum Nasdem: Restorasi Sudah Berubah Jadi Restoran Politik

HR dan PAN 

Beda lagi dengan AR di PAN, AR dalam mengawal PAN sejak berdirinya, tidak pernah stabil juga. Dimulai kisruh saat AR sebagai Ketum PAN dengan mantan Sekjen Faisal Basri (FB), imbasnya FB saat itu tidak punya posisi di eksekutif dan legislatif. Malah kelihatan waktu itu almarhum AM. Fatwa sebagai Waketum PAN yang lebih dominan. Ahirnya FB keluar pula dari PAN meninggalkan AR.

Setelah AR tidak punya kuasa terlalu besar lagi pasca sebagai Ketum PAN, justru juga AR banyak bersinggungan dengan pemerintah. Jadi otomatis AR menghadapi musuh internal PAN dan eksternal Pemerintah. 

Dalam kondisi demikian, sangat beratlah AR mengawal sang putera andalannya HR untuk duduk di puncak Partai PAN, walau si HR punya pendidikan dan pengetahuan politik lebih daripada PM, AHY dan PSP.

Lebih parah kondisi politik AR, saat Zulkifli Hasan (Zulhas) menjadi Ketum PAN. padahal seharusnya momentum itu sangat bagus menata strategi mendorong HR (mungkin HR lebih potensi dibanding adiknya Mumtaz Rais - MR). MR adalah menantu Zulhas, yang kini berseberangan dengan HR. Wah, jangan-jangan MR ingin juga duduk sebagai Ketum PAN untuk estafet dari sang mertua Zulhas ?.

Baca Juga: Apa Keinginan Amien Rais Belum Tercapai

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun