Mohon tunggu...
H.Asrul Hoesein
H.Asrul Hoesein Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pemerhati dan Pengamat Regulasi Persampahan | Terus Menyumbang Pemikiran yang Sedikit u/ Tata Kelola Sampah di Indonesia | Green Indonesia Foundation | Jakarta http://asrulhoesein.blogspot.co.id Mobile: +628119772131 WA: +6281287783331

Pemerhati dan Pengamat Regulasi Persampahan | Terus Menyumbang Pemikiran yang sedikit u/ Tata Kelola Sampah di Indonesia | Green Indonesia Foundation | Founder PKPS di Indonesia | Founder Firma AH dan Partner | Jakarta | Pendiri Yayasan Kelola Sampah Indonesia - YAKSINDO | Surabaya. http://asrulhoesein.blogspot.co.id Mobile: +628119772131 WA: +6281287783331

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Kompasiana Family Friendly, Menerima dan Memahami

9 Mei 2020   17:15 Diperbarui: 9 Mei 2020   17:47 149
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Kolase foto akun dan judul artikel NITA / kompasiana.com/nitakristantinoer | ASRUL HOESEIN

"Kompasiana family friendly, satu kalimat yang pantas untukmu "Mencerdaskan dan Membangun Kebersamaan" sesama Kompasianer, maupun terhadap pembaca yang semakin dinamis dalam era globalisasi"

Membaca artikel sahabat hebat Kompasianer @NitaKristantiNoer "Gabung Kompasiana, Yuk?! Rame Deh, Rasanya!" terasa tidak adil bila membalasnya dengan komentar saja... Hehehe, kereen dan terima kasih juga sudah mengingat dan menulis nama saya dalam artikelnya.

Sudah M E N G I N G A T, artinya tanpa kita mengingat tentu terjadi sedikit kesulitan untuk saling M E M A H A M I. Sebagaimana pesan Pak Edward Tjahjono pada Mba Nita (sesuai yang ditulis dalam artikelnya), pesan itu cukup mencerah bagi kita semua. 

(copas)...... dan itu pun berlaku di Kompasiana. Beda pandangan, beda pendapat, beda aliran, beda genre gaya penulisan, beda segalanya, beda persepsi dalam melihat sesuatu, tidak seyogyanya memperuncing keadaan, yang akan bermuara pada rusaknya relasi yang hendak dibangun. Justru sebaliknya, hal itu akan menambah wawasan dan khasanah pengetahuan kita bersama.

Sekian banyak hal yang saya dapatkan di Kompasiana, akhirnya berhasil juga membuat saya berani untuk mulai mengajak beberapa rekan, saudara, kolega, kerabat untuk gabung menulis di Kompasiana. (demikian penjelasan Mba Nita pada artikelnya).

Benar apa yang dialami dan dirasakan Mba Nita tersebut, juga apa yang saya dapatkan selama di Kompasiana (sejak 2009), kalau tidak salah belum cukup setahun usia Kompasiana, saya sudah ikuti di sini dan betah sampai sekarang.....hehehe, memang asyik di sini. 

Walau tidak terlalu aktif menulis karena kesibukan sebagai pemulung sampah, tapi yang pasti, lebih tertarik menulis di Kompasiana daripada di beberapa blog pribadi saya sendiri dan web kegiatan keseharian dalam bidang persampahan dan lingkungan. (Weblog Diary Asrul) 

Kompasiana dapat mengajari kompasianer untuk menulis yang jujur dan berkualitas, Hanya Kompasiana yang bisa mengawal dan menuntun penulisnya untuk jujur serta profesionalisme. (Baca "Blogshop Kompasiana Setop Plagiat Membangun Kejujuran"

Kenapa? 

Bila artikel Kompasianer melebihi ambang batas 25 % di copy paste (copas) dari karya orang lain, otomatis mesin deteksi Kompasiana menganulir atau artikel di tolak. Bila terjadi beberapa kali melakukan "plagiat" bisa saja Kompasianer di blacklist dari Kompasiana..

Memahami hal itu karena selama menjadi member Kompasiana (2009-2020). Pernah mengalami artikel ditolak. Berarti copasnya banyak... Hehehe. Maka menulis di Kompasiana, berarti melatih penulisnya agar banyak membaca serta lebih meningkatkan kreativitas. 

Kompasianer Berbagai Latar 

Beberapa Kompasianer yang sempat saya nikmati tulisannya selain Bang Budiarto Shambazy, (wartawan senior Kompas, pengusul nama Kompasiana). Kang Pepih Nugraha serta beberapa tulisan sahabat Kompasianer yang tidak disebut satu per satu, maaf. 

Juga terdapat beberapa tokoh yang aktif menulis di Kompasiana, di antaranya Wakil Presiden RI, Jusuf Kalla, Prof. Kusmayanto Kadiman, mantan Rektor ITB dan mantan Menristek. mantan Ketum KADIN Mas Suryo B.Sulisto  Ekonom Bang Faisal Basri. 

Selain itu ada beberapa tokoh dari kalangan militer seperti Chappy Hakim (Marsekal purnawirawan TNI-AU, mantan KSAU, penulis buku Cat Rambut Orang Yahudi), Prayitno Ramelan (Penasihat Menteri Pertahanan Bidang Intelijen, penulis buku Intelijen Bertawaf).

Setuju bahwa visi dan misi melebarkan literasi pun bisa sekaligus didapatkan di Kompasiana, selain terjadi komunikasi dua arah yang tidak dimiliki oleh komunitas di luar sana. Serta Kompasiana mempunyai SEO yang kuat di dunia internet, seo merupakan cara supaya artikel muncul pada halaman depan di mesin pencarian google dan lainnya.

Terasa banget kekerabatan di Kompasiana, karena saya juga sering ikuti event offline Kompasiana bersama saudara-saudara kita Kompasianer. Berbaur jadi satu tanpa sekat senior dan yunior. Semua jadi satu rasa dan saling MEMAHAMI.

Karena bila sesama Kompasianer (termasuk admin) ketemu, yang muncul adalah rasa kebersamaan dan persaudaraan yang penuh kekerabatan. Hilang status sosial dan lainnya. Karena yang terjadi yang muda hormati yang tua dan sebaliknya yang tua sayangi yang muda.

(copas) Sering muncul di benak, kenapa sih, gak dari dulu aja gabungnya? Kadang nyesel juga, gak menggunakan waktu dari dulu untuk bergabung di blog ini. Nyesel, kan? Eiitss, semua ada waktunya, Nita.. semua pasti punya hikmah tersendiri, syukuri dan fokus maksimalkan potensi dan daya guna aja, disini.

Tidak ada kata terlambat, yang pasti melalui komunitas yang super hebat Kompasiana ini
KITA BERSAMA bangun LITERASI, berelasi, berinteraksi, berbagi, serta dibagi ilmu, juga bisa mengembangkan seni memahami yang Mba Nita tulis itu. Ikut terkesan dan belajar memahami dari apa pesan pendek itu.

Artikel Adalah Guru dan Penulisnya adalah Pabrik Guru

Artikel yang ada adalah guru dan sumber inspirasi, guru bagi kita semua dan termasuk pengaman bagi penulisnya sendiri. Artikel apa saja dan dibuat oleh siapapun. Tinggal kita kembali M E M A H A M I dan menyikapinya seobyektif mungkin. Pastinya penulis adalah pabrik guru. 

Karena semua yang TERBACA, TERLIHAT, TERASA, TERINGAT dan lainnya adalah TANDA atau KIRIMAN TUHAN pada hamba-Nya. Manusia sebagai mediator, menjadi supplier atau pelaku perubahan. 

Ketika masyarakat ingin melakukan perubahan ada beberapa pihak yang disebut agent of change (pelaku perubahan). Yang termasuk agent of change adalah seseorang atau kelompok yang dapat membawa suatu perubahan dalam lingkungan masyarakat. Semoga kompasianer bisa membawa perubahan untuk kemajuan Literasi Indonesia.

Menghormati guru, yaa harus.... bila sempat dan ada waktu berkomentarlah, minimal kita beri vote rating artikel.  Tidak ada ruginya, hanya untung saja, percaya deh. 

Pendapat subyektif saya bahwa rugilah kita bila tidak meninggalkan jejak pada setiap kesempatan yang ada dalam sebuah artikel (bila disiapkan). Karena semua itu adalah sedekah, sekaligus mempertajam rasa solidaritas dan kebersamaan. 

Mari MEMBACA dan MENULIS sepanjang hayat. Melalui Kompasiana (Group Kompas) kita berkreasi untuk kemajuan bangsa, mengantar Indonesia gemar membaca - how to read, learn, understand and write dalam suasana family friendly.

Bersama kita bangun dan jaga rumah literasi bersama Kompasiana. Beruntunglah kita bisa menikmati hasil transformasi blog jurnalis Kompas menjadi sebuah media warga (citizen media). Sejarah berdirinya Kompasiana bisa baca di Sini.

Kompasiana, satu kalimat yang pantas untukmu "Mencerdaskan, Membangun Kebersamaan dan Kejujuran" baik pribadi atau sebagai Kompasianer, maupun terhadap sidang pembaca masyarakat yang semakin dinamis dalam era globalisasi.

Terima kasih Mba Nita, Kompasiana, Kompas, serta terima kasih kepada semua sahabat hebatku para Kompasianer. Karena Anda, Kita semua, bersama dan bersatu padu menjadi agent of change.

Welcome to beyond blogging Kompasiana. Selamat berpuasa bagi yang melaksanakannya, Insya Allah berkah dan segera pandemi Covid-19 meninggalkan bumi. Aamin Yra.

Surabaya, 16 Ramadan 1441 (9/5/2020).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun