Mohon tunggu...
H.Asrul Hoesein
H.Asrul Hoesein Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pemerhati dan Pengamat Regulasi Persampahan | Terus Menyumbang Pemikiran yang Sedikit u/ Tata Kelola Sampah di Indonesia | Green Indonesia Foundation | Jakarta http://asrulhoesein.blogspot.co.id Mobile: +628119772131 WA: +6281287783331

Pemerhati dan Pengamat Regulasi Persampahan | Terus Menyumbang Pemikiran yang sedikit u/ Tata Kelola Sampah di Indonesia | Green Indonesia Foundation | Founder PKPS di Indonesia | Founder Firma AH dan Partner | Jakarta | Pendiri Yayasan Kelola Sampah Indonesia - YAKSINDO | Surabaya. http://asrulhoesein.blogspot.co.id Mobile: +628119772131 WA: +6281287783331

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Cara Cerdas Ngabuburit Ramadan Masa Pandemi Covid-19

4 Mei 2020   01:15 Diperbarui: 4 Mei 2020   01:23 466
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Penulis ngabuburit di TB. Gramedia Surabaya masa PSBB Covid-19 (3/5). Sumber: Dokpri | ASRUL HOESEIN

Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi" (Al-Quran: Surah Al-Baqarah: 30)

Tuhan Yang Maha Kuasa dengan penuh cinta dan sayangnya pada Ciptaan-Nya. Senantiasa selalu memberi perhatian kepada manusia sebagai hamba yang paling sempurna dalam penciptaan-Nya. Hanya saja manusia sering lupa pada Allah Swt. Ampunilah hamba-Mu yang penuh Dosa ini, Subahanallah.

Pandemi Covid-19 secara serentak menegur manusia di seluruh penjuru dunia, tanpa kecuali. Tidak membedakan negara, bangsa, agama, budaya, suku, tua-muda, bodoh atau pintar, rakyat atau penguasa, kaya-miskin. Semua itu bukan tanpa makna, Corona sangat dalam maknanya sebagai pesan moral.

Sebuah bentuk perhatian Tuhan Ymk kepada manusia di bumi ini sebagai khalifah. Sebagai penjaga dan pengatur atau pengelola bumi maupun terhadap segala isinya. Hanya orang-orang yang berakal dan beriman yang mampu membaca makna kehadiran Covid-19. 

Covid-19 merupakan kode besar dari Tuhan Ymk terhadap manusia sebagai khalifah, sebagai pemimpin dari yang lainnya. Semua manusia diperintahkan untuk membaca "Iqra` bismi rabbikalla khalaq", bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan. Agar mampu mengembang tugas yang maha berat. Itulah amanah secara umum kepada manusia.  

Ngabuburit dengan Membaca dan Sedekah

Dalam suasana kedaruratan pandemi Covid-19, baik daerah itu sudah menerapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dan maupun yang belum atau sementara mengajukan PSBB pada pemerintah pusat. Seharusnya bijak dan taat mengikuti arahan dari pemerintah dan pemda setempat. 

Selalu menjaga jarak aman atau physical distancing. Hal tersebut merupakan langkah efektif guna memaksimalkan pelaksaanaan aturan pembatasan fisik untuk memutus mata rantai penularan Covid-19 yang disebabkan oleh Corona Virus.

Karena dengan mengikuti himbauan jaga jarak, termasuk tidak shalat berjamaah di masjid. Juga merupakan sebuah bentuk pelaksanaan ibadah atau bentuk ketaatan kepada Allah Swt. Namun bila masyarakat membangkan pada aturan pemerintah dan ulama, itu juga akan berdosa pada Allah Swt. 

Pilihan "ngabuburit" ke Toko Buku (TB) dalam Bulan Ramadan 1441/2020, adalah sebuah transformasi dari tradisi sebelumnya dengan mencari takjil berpindah ke membaca. Ngabuburit membaca ke TB, sebuah langkah cerdas menyikapi hadirnya pandemi Covid-19 di bumi, agar tidak jenuh #diRumahAja. 

Termasuk beberapa pertimbangan antara lain, TB merupakan wilayah yang sepi karena kurang diminati oleh masyarakat umum. Sekaligus bisa menjadi motivasi yang lain.

Sebuah pilihan sesuai keadaan yang harus jaga jarak. Corona adalah sebuah tanda zaman, yang di"tanda"kan oleh Tuhan Ymk. "baca tanda zaman" demikian Nabi Muhammad Saw.

Selain membaca di TB, juga "tadarrus" atau membaca Al-Quran atau Ngaji. Termasuk baca hadits-hadits Nabi Saw atau sejarah nabi-nabi, maupun bacaan lainnya yang bermanfaat. Sekaligus kaji Al-Quran dan Al-Hadits, bersama dengan keluarga #diRumahAja.

Ilustrasi: Penulis ngabuburit di TB. Gramedia Surabaya masa PSBB Covid-19 (3/5). Sumber: Dokpri | ASRUL HOESEIN
Ilustrasi: Penulis ngabuburit di TB. Gramedia Surabaya masa PSBB Covid-19 (3/5). Sumber: Dokpri | ASRUL HOESEIN
Ide Cerdas Sedekah dan Sosialisasi Sampah

Bila kemampuan berlebih, paling bagus diisi dengan ngabuburit dengan membantu sesama manusia yang mungkin kurang beruntung dari kita, dengan melakukan kegiatan sosial dan aktifitas lainnya yang bermanfaat. 

Paling istimewa adalah ngabuburit sambil memberi sedekah bahan pokok atau bentuk tunai lainnya kepada kelompok tertentu. Misalnya pekerja pemulung sampah, petugas kebersihan di jalanan, taman-taman, ruang publik.

Ada satu ide istimewa lagi, misalnya berikan subsidi modal (beli) takjil si pedagang makanan tersebut atau pada pemilik warteg yang masih ada membuka dagangannya selama pandemi Covid-19. Bisa bayar beberapa paket menu atau makanan, selanjutnya si pemilik warteg menjualnya dengan murah, bila perlu gratis.

Jadikan si pedagang takjil dan pemilik warteg itu sebagai suplier atau pembagi sedekah Anda. Bisa menjualnya dengan murah. Bisa hanya takjil tersebut diberi nilai atau hanya harga kemasan atau kantong plastiknya saja yang dibayar oleh pembeli. Kantong plastiknya saja yang Berbayar, sebagai bentuk sosialisasi. 

Khusus sedekah takjil ada nilai sosialisasi melekat pada sedekah. Artinya jual kantong kemasan plastik saja, sebagai bentuk sosialisasi kepada pembeli sekaligus penerima sedekah. Sebuah upaya perubahan paradigma atas seruan bijak kelola plastik kepada masyarakat.

Jadi semua kegiatan ngabuburit itu berfungsi ganda, bersedekah atau menyumbang sekaligus sosialisasi dalam tata kelola sampah. Nilai ibadahnya sangat luar biasa. Mengajari diri, penjual dan pembeli untuk sadar bersedekah dan sekaligus bijak kelola sampahnya dan melakukan transformasi dalam ngabuburit.

Ilustrasi: Suasana sepi di TB. Gramedia Surabaya masa PSBB Covid-19 (3/5). Sumber: Dokpri | ASRUL HOESEIN
Ilustrasi: Suasana sepi di TB. Gramedia Surabaya masa PSBB Covid-19 (3/5). Sumber: Dokpri | ASRUL HOESEIN
Membaca dan Menulis

Kegiatan membaca dan menulis itu penting bukan hanya bagi masyarakat terdidik yang hendak dibangun, melainkan juga untuk menciptakan kebudayaan, menghasilkan pengetahuan baru dan menggalinya.

Hasilnya akan membangun satu peradaban dinamis yang maju. Membaca dan menulis adalah perangkat dasar yang telah diajarkan Tuhan kepada kita untuk berkomunikasi (Al-Quran: Surah Ar-Rahman [55]: 4) dan akan menanamkan pemikiran kritis kepada manusia. Indonesia butuh manusia-manusia kreatif dan dinamis. 

Perubahan-perubahan itu diawali dengan Iqra (baca). Perintah membaca itu harus dimaknai bukan sebatas membaca lembaran buku atau Al-Quran saja, melainkan juga membaca tanda-tanda kebesaran Allah SWT dan alam semesta yang setiap saat dimunculkan oleh Tuhan Ymk, bisa dalam bentuk ujian maupun cobaan. 

Ayat Al-Qur'an yang pertama turun berisi perintah membaca, bukan perintah yang lainnya. Karena dengan tanpa bisa membaca seseorang individu tidak akan bisa memahami apa-apapun yang sedang dan akan dilaksanakan atau dikerjakannya.

Kata perintah "bacalah!" merupakan firman pertama yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw. Wahyu Al-Quran mulai turun pada malam 27 Ramadan 611 Masehi, ketika Rasulullah Muhammad Saw. sedang tafakur di Gua Hira dekat Makkah, antara Makkah dan Mina.

Kita tahu bahwa Muhammad adalah buta huruf. Diceritakan bahwa Nabi Muhammad menjawab lima kali, "Aku tidak bisa membaca." Namun, wahyu bersikeras bahwa dia harus membaca.

"Apa yang harus aku baca?" Rasulullah akhirnya bertanya.

"Bacalah!" demikian jawaban wahyu, "Dengan nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah dan Tuhanmu Maha Pemurah; yang mengajar manusia dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya." (Al-Quran: Suruh Al-'Alaq [96]: 1-5).

Mari bersedekah dengan cerdas agar dapat memperoleh manfaat, bukan sebaliknya dengan memamerkan bantuan. Salah satu caranya adalah beri asupan ilmu kepada otak kita ini dengan cara membaca. Karena dengan membaca, kita mendapatkan banyak Ilmu. Serta dengan menulis kita dapat mengeksplor Ilmu.

Masukkan dalam pikiran bahwa, otak ini juga lapir bila tidak membaca, seperti lapar atau keroncongnya perut bila tidak makan dalam sehari. Identikkan baca dan makanan. Yakin pasti kita akan gemar membaca. 

Membaca adalah ibadah, jadikan membaca sebagai budaya baru milenial. Membaca merupakan pintu kebahagiaan dan kesejahteraan dunia dan ahirat. Aamin.

Surabaya, 11 Ramadan 1441 H | 4 Mei 2020 M

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun