Mohon tunggu...
H.Asrul Hoesein
H.Asrul Hoesein Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pemerhati dan Pengamat Regulasi Persampahan | Terus Menyumbang Pemikiran yang Sedikit u/ Tata Kelola Sampah di Indonesia | Green Indonesia Foundation | Jakarta http://asrulhoesein.blogspot.co.id Mobile: +628119772131 WA: +6281287783331

Pemerhati dan Pengamat Regulasi Persampahan | Terus Menyumbang Pemikiran yang sedikit u/ Tata Kelola Sampah di Indonesia | Green Indonesia Foundation | Founder PKPS di Indonesia | Founder Firma AH dan Partner | Jakarta | Pendiri Yayasan Kelola Sampah Indonesia - YAKSINDO | Surabaya. http://asrulhoesein.blogspot.co.id Mobile: +628119772131 WA: +6281287783331

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Masjid Fenomenal Karya La Mappayukki Raja Bone ke-32 Tahun 1941

30 April 2020   07:05 Diperbarui: 30 April 2020   07:16 1830
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Masjid peninggalan Kerajaan Bone tersebut bermakna bahwa ragam hias arsitektur Masjid Raya Watampone memiliki kesinambungan budaya di tengah pergulatan dan persebaran Islam di Nusantara yang patut untuk dikenang oleh generasi kini dan yang akan datang.

Masjid ini juga tidak memiliki banyak variasi seperti masjid-masjid lainnya di Indonesia. Bukan pula merupakan masjid tertua di Bone. Tapi tidak jauh dari masjid Raya Watampone ini terdapat Masjid Tua Watampone, sekitar 1 km.

Masjid Raya Watampone arsitekturnya bercirikan tradisional murni, atap susun tiga terbuat dari seng. Masjid ini juga tidak mempunyai kubah, di tengah masjid terdapat 43 tiang penyangga bundar berdiameter 100 cm yang hingga kini masih berdiri kukuh.

La Mappanyukki selaku raja Bone ke-32 memiliki peran yang besar dalam pembangunan Masjid Raya Watampone, bahkan namanya terukir dalam inskripsi huruf Arab dalam Bahasa Bugis pada Gapura Mimbar Masjid yang menunjukkan atas perannya yang besar dalam memakmurkan dan membangun masjid pada tahun 1941 dan selesai tahun 1943.

La Mappanyukki yang memimpin raja-raja di Provinsi Sulawesi Selatan untuk bersatu dan bergabung dengan NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia) pada tahun 1950.

Berdasarkan SK Presiden: Keppres No. 089/TK/2004, Tgl. 5 November 2004, La Mappanyukki diangkat sebagai pahlawan nasional. Menjelang proklamasi, bertindak sebagai penasihat BPUPKI.

La Mappanyukki meninggal pada tanggal 18 April 1967 di Makassar dan makamnya di Taman Makam Pahlawan Panaikang Makassar.

Ilustrasi: Suasana Masjid Raya Watampone. Sumber: Dokpri | ASRUL HOESEIN
Ilustrasi: Suasana Masjid Raya Watampone. Sumber: Dokpri | ASRUL HOESEIN
Masjid Raya yang terletak di Jalan Masjid Watampone. Pada saat diresmikan (1943), La Mappanyukki waktu itu mengundang pembesar kompeni Belanda yang bernama Tuan Resident Boslaar untuk meresmikan mesjid tersebut (Referensi: Klik di Sini)

Sampai saat ini, Bone merupakan daerah otonom yang memiliki luas 4.559 km. Terluas wilayahnya di seluruh Indonesia, terdiri dari 27 kecamatan, 44 kelurahan dan 328 desa. Satu-satunya daerah yang belum pernah dimekarkan Data lengkap di Sini) 

Padahal seharusnya Kabupaten Bone sudah dimekarkan sejak dulu. Bukan malah menolak pemekaran. Semua ini bertujuan untuk mempercepat pembangunan lainnya. Kota Watampone pula sebaiknya memekarkan perkotaan, agar tidak terkesan jorok.

Surabaya, 7 Ramadan 1441 | 7/4/2020

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun