Masjid peninggalan Kerajaan Bone tersebut bermakna bahwa ragam hias arsitektur Masjid Raya Watampone memiliki kesinambungan budaya di tengah pergulatan dan persebaran Islam di Nusantara yang patut untuk dikenang oleh generasi kini dan yang akan datang.
Masjid ini juga tidak memiliki banyak variasi seperti masjid-masjid lainnya di Indonesia. Bukan pula merupakan masjid tertua di Bone. Tapi tidak jauh dari masjid Raya Watampone ini terdapat Masjid Tua Watampone, sekitar 1 km.
Masjid Raya Watampone arsitekturnya bercirikan tradisional murni, atap susun tiga terbuat dari seng. Masjid ini juga tidak mempunyai kubah, di tengah masjid terdapat 43 tiang penyangga bundar berdiameter 100 cm yang hingga kini masih berdiri kukuh.
La Mappanyukki selaku raja Bone ke-32 memiliki peran yang besar dalam pembangunan Masjid Raya Watampone, bahkan namanya terukir dalam inskripsi huruf Arab dalam Bahasa Bugis pada Gapura Mimbar Masjid yang menunjukkan atas perannya yang besar dalam memakmurkan dan membangun masjid pada tahun 1941 dan selesai tahun 1943.
La Mappanyukki yang memimpin raja-raja di Provinsi Sulawesi Selatan untuk bersatu dan bergabung dengan NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia) pada tahun 1950.
Berdasarkan SK Presiden: Keppres No. 089/TK/2004, Tgl. 5 November 2004, La Mappanyukki diangkat sebagai pahlawan nasional. Menjelang proklamasi, bertindak sebagai penasihat BPUPKI.
La Mappanyukki meninggal pada tanggal 18 April 1967 di Makassar dan makamnya di Taman Makam Pahlawan Panaikang Makassar.
Sampai saat ini, Bone merupakan daerah otonom yang memiliki luas 4.559 km. Terluas wilayahnya di seluruh Indonesia, terdiri dari 27 kecamatan, 44 kelurahan dan 328 desa. Satu-satunya daerah yang belum pernah dimekarkan Data lengkap di Sini)Â
Padahal seharusnya Kabupaten Bone sudah dimekarkan sejak dulu. Bukan malah menolak pemekaran. Semua ini bertujuan untuk mempercepat pembangunan lainnya. Kota Watampone pula sebaiknya memekarkan perkotaan, agar tidak terkesan jorok.
Surabaya, 7 Ramadan 1441 | 7/4/2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H