"Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya." (QS. An-Nisa': 59)
Marhaban yaa Ramadan. In Syaa Allah empat hari lagi, diperkirakan tanggal 24 April 2020 umat Islam di dunia akan memasuki bulan suci Ramadan 2020. Awal puasa 1 Ramadan 1441 H akan ditentukan oleh pemerintah pada 23 April 2020.
Sebaiknya apa yang menjadi keputusan pemerintah tentang pelaksanaan Ibadah dan amaliyah selama Ramadan dilaksanakan sesuai protokol pencegahan Covid-19. Mengikuti anjuran pemerintah dan ulama juga merupakan salah satu manifestasi ibadah.
Maka sebaiknya umat muslim mengikuti keputusan dan peraturan yang ada. Tidak usah menjadi masalah, karena memang pemerintah wajib ditaati selama bukan dalam perkara maksiat. Minimal tidak menjadi carier Covid-19 kepada orang lain, atau sebaliknya akan menjaga diri sendiri.
Dalam hadits disebutkan "Patuh dan taat pada pemimpin tetap ada selama bukan dalam maksiat. Jika diperintah dalam maksiat, maka tidak ada kepatuhan dan ketaatan."Â (HR. Bukhari, No. 2955)
Baca Juga:Â Suka Cita Sambut Ramadhan dalam Suasana Darurat Covid-19
Keputusan dan peraturan pemerintah tersebut seperti, tidak pulang mudik, tidak berkumpul dengan lebih dari 2 (dua) orang dan tetap melaksanakan semua ibadah #diRumahAja bersama keluarga.Â
Tentu dalam menyambut dan melaksanakan ibadah puasa pada Ramadan tahun 2020 ini merubah tradisi sebelumnya termasuk di dua kota suci Makkah dan Madinah juga dipastikan berbeda dibandingkan tahun sebelumnya.
Tahun ini tidak ada jamaah yang datang melaksanakan ibadah umrah dari berbagai negara. Malah menurut informasi sementara bahwa tahun 2020 ini pelaksanaan ibadah haji ditiadakan. Tapi jangan bersedih karena tentu semua punya hikmah yang besar.
Tidak ada yang kekal atau abadi di muka bumi, kecuali perubahan itu sendiri. Mari kita menyambut Ramadan di tengah pandemi Covid-19 dengan penuh suka cita, agar ibadah puasa tetap berjalan dengan penuh hikmah dan kegembiraan.Â
Berkah Ramadan tidak akan hilang sedikitpun, walau tidak beribadah di masjid. Tidak usah gelisah berlebihan bila pemerintah sudah memutuskan bahwa tidak ada tarawih dan Itikaf atau kegiatan lainnya di masjid. Semua ini merupakan bonus Allah Swt kepada umat muslim.
Sekedar tambahan informasi bahwa di Makkah dan Madinah sebagai pusat rujukan beribadah umat muslim, juga memutuskan bahwa shalat tarawih selama bulan Ramadan hanya akan dilakukan di rumah. Hal itu mengingat penangguhan shalat di masjid tidak akan dicabut hingga pandemi virus corona berakhir.
Baca Juga:Â Pandemi Corona, Arab Saudi: Shalat Tarawih dan Shalat Idul Fitri Dilakukan di Rumah
Beberapa opini sebelumnya, penulis sangat yakin bahwa Covid-19 akan bermukim di bumi sampai pada berahirnya atau akan pulang bersama Ramadan 2020.Â
Karena puncak "pembelajaran dan perenungan" manusia terhadap Covid-19 pada seluruh aktifitas bulan puasa. Corona akan mengembalikan roh atau jiwa aseli Ramadan.Â
Semoga kita khususnya umat muslim mampu menangkap pesan Allah Swt melalui Covid-19
kepada hamba-Nya. Agar bisa berubah dan mengikuti perubahan dalam hidup kehidupan yang mungkin keliru selama ini.
Beberapa perubahan mendasar yang perlu disikapi adalah berhenti mengambil hak atau rezeki orang lain, setop korupsi dan makanan kotor serta jangan sombong karena merasa mampu dari pada yang lainnya. Â
Juga pada hikmah lainnya dalam Ramadan adalah lebih merekatkan hubungan keluarga dalam beribadah di rumah. Seperti buka puasa dan terhindar buka puasa di luar rumah, termasuk shalat tarawih, sahur, tadarus Al-Quran serta ibadah lainnya senantiasa bersama keluarga.
Termasuk terjadi efisiensi dalam menyiapkan kue lebaran, tidak memadati lagi pertokoan di ahir Ramadan dan sekaligus tidak perlu mudik lagi untuk menghadapi Hari Raya Idul Fitri.
Harapan perubahan pada Ramadan tahun 2020 tersebut bisa menjadi landasan kehidupan, internal dan eksternal pada tahun-tahun berikutnya agar tidak terjadi lagi kehidupan yang berlebihan atau bermewah-mewahan.
Baca Juga:Â Arab Saudi Umumkan Salat Idul Fitri dan Tarawih Dilaksanakan di Rumah Gegara Virus Corona
Ramadan berkahmu kutunggu dan angkat musibah Corona, semoga diahir dan pulangnya Ramadan kelak bisa membawa dan mengawal kepergian Covid-19 ke pangkuan Allah Swt. Aamin Yra.
Memang terjadi perubahan drastis karena adanya pandemi Covid-19. Jelas tidaklah mudah untuk menjalankannya mengingat budaya Indonesia masih tradisional live. Tetapi semua ini harus kita sekat dan batasi untuk sementara waktu demi memutus rantai penyebaran Covid-19.
Tentu pula dengan adanya kegiatan terpusat di rumah, banyak pula yang menurut hitungan dunia akan dirugikan seperti para pedagang kuliner atau takjil dadakan. Tapi yakin Allah Swt akan menggantinya yang lebih besar lagi, dengan kunci rahasianya adalah ikhlas dan sabar.
Baca Juga:Â Covid-19 Membawa Pesan Restorasi Hubungan Ketuhanan dan Kemanusiaan
Karantina Mandiri dan Ramadan di Surabaya
Selama masa Covid-19 melanda Indonesia, bertepatan penulis berada di Surabaya. Di Kota Pahlawan inilah melakukan karantina mandiri sebagai alamat kedua setelah Jakarta, sambil menunggu datangnya bulan penuh berkah, bulan suci Ramadan yang penuh hidayah.
Dalam menyambut Ramadan, tidak ada juga persiapan khusus. Karena dari awal datangnya pandemi Covid-19, sudah mencoba melakukan introspeksi atau belajar memaknai tanda zaman ini untuk hidup lebih efisien.Â
Terlebih masuk masa Ramadan, menganggap bahwa Covid-19 memaksa umat Islam kembali pada tujuan Ramadan untuk berpuasa pada makna hidup dalam keseimbangan dan menghindari kemewahan.Â
Apalagi kemarin (19/4), Gubernur Jawa Timur, Hj. Khofifah Indar Parawansa mengumumkan Surabaya Raya (Surabaya, Sidoarjo dan Gresik) pengajukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Tentu di Surabaya ini lebih banyak #diRumahAja karena pasti banyak tempat tertutup untuk umum.
Dipastikan bahwa wabah Covid-19 membawa berkah dan hikmah yang paling baik dari semua bentuk teguran atau nasehat yang diturunkan oleh Allah Swt pada ciptaan-Nya. Selalulah berprasangka baik pada Allah Swt.
"Bisa jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan bisa jadi kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui."(QS. Al Baqarah: 216)
Surabaya, 20 April 2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H