Ramadan berkahmu kutunggu dan angkat musibah Corona, semoga diahir dan pulangnya Ramadan kelak bisa membawa dan mengawal kepergian Covid-19 ke pangkuan Allah Swt. Aamin Yra.
Memang terjadi perubahan drastis karena adanya pandemi Covid-19. Jelas tidaklah mudah untuk menjalankannya mengingat budaya Indonesia masih tradisional live. Tetapi semua ini harus kita sekat dan batasi untuk sementara waktu demi memutus rantai penyebaran Covid-19.
Tentu pula dengan adanya kegiatan terpusat di rumah, banyak pula yang menurut hitungan dunia akan dirugikan seperti para pedagang kuliner atau takjil dadakan. Tapi yakin Allah Swt akan menggantinya yang lebih besar lagi, dengan kunci rahasianya adalah ikhlas dan sabar.
Baca Juga:Â Covid-19 Membawa Pesan Restorasi Hubungan Ketuhanan dan Kemanusiaan
Karantina Mandiri dan Ramadan di Surabaya
Selama masa Covid-19 melanda Indonesia, bertepatan penulis berada di Surabaya. Di Kota Pahlawan inilah melakukan karantina mandiri sebagai alamat kedua setelah Jakarta, sambil menunggu datangnya bulan penuh berkah, bulan suci Ramadan yang penuh hidayah.
Dalam menyambut Ramadan, tidak ada juga persiapan khusus. Karena dari awal datangnya pandemi Covid-19, sudah mencoba melakukan introspeksi atau belajar memaknai tanda zaman ini untuk hidup lebih efisien.Â
Terlebih masuk masa Ramadan, menganggap bahwa Covid-19 memaksa umat Islam kembali pada tujuan Ramadan untuk berpuasa pada makna hidup dalam keseimbangan dan menghindari kemewahan.Â
Apalagi kemarin (19/4), Gubernur Jawa Timur, Hj. Khofifah Indar Parawansa mengumumkan Surabaya Raya (Surabaya, Sidoarjo dan Gresik) pengajukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Tentu di Surabaya ini lebih banyak #diRumahAja karena pasti banyak tempat tertutup untuk umum.
Dipastikan bahwa wabah Covid-19 membawa berkah dan hikmah yang paling baik dari semua bentuk teguran atau nasehat yang diturunkan oleh Allah Swt pada ciptaan-Nya. Selalulah berprasangka baik pada Allah Swt.
"Bisa jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan bisa jadi kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui."(QS. Al Baqarah: 216)