Setop pelarangan pemakaman di wilayah mereka, ini yang bisa disebut perbuatan aib. Bukan pandemi Covid-19 yang aib. Tapi cara menyikapinya yang tidak agamis serta tidak berperikemanusiaan.
Mestinya jangan terlalu dramatisir, pastinya pemulasaran jenazah dirumah sakit ikuti prosedur WHO, yang harus dibungkus ekstra rapat, lalu masuk dalam peti dengan di disinfektan.
"Tidaklah menimpa seorang mukmin berupa rasa sakit (yang terus menerus), rasa capek, kekhawatiran (pada pikiran), sedih (karena sesuatu yang hilang), kesusahan hati atau sesuatu yang menyakiti, sampai pun duri yang menusuknya, melainkan akan dihapuskan dosa-dosanya." (Riwayat Bukhari No. 5641 dan Muslim no. 2573)
Kenapa mesti berlebihan takutnya, bukankah semua ini sudah diatur oleh Tuhan. Perlu diketahui bahwa kematian itu bukan karena penyakit. Tapi itu sudah merupakan takdir atau ajalnya tiba, sehingga Sang Pencipta Tuhan Ymk memanggilnya.
Baca Juga:Â Kenapa Corona Tidak Melirik Orang Gila ?
Pemakaman jenazah harus dilakukan oleh petugas terlatih dengan menggunakan alat pelindung diri (APD). Bila terpaksa, bisa saja diizinkan kepada masyarakat biasa.
Ketakutan berlebihan atas Covid-19 ini adalah sebuah drama tanpa peri kemanusiaan. Juga virus covid-19 tidak akan bisa merusak dan mencemari tanah dan sumber air atau pada lingkungan pemakaman.
Jangan ketakutan itu dibuat berlebihan, sampai dunia ini seperti mau kiamat saja hadapi Corona. Sampai keluarga dilarang melihatnya atau menghadiri pemakaman. Hal ini sebuah kebodohan yang luar biasa. Jangan menolak
Kenapa ?
Karena semua itu diakibatkan atau pesan yang tersampaikan secara tersirat pada perlakuan saat menghadapi mayat mulai saat perawatan di rumah sakit kondisi dibuat berlebihan. Seperti mengawal seorang terorisme.
Baca Juga:Â Si Corona Tamu Terhormat Tanpa Pilih Kasih