Perlakukanlah setiap orang dengan kebaikan hati dan rasa hormat yang tulus. Meski mereka berlaku buruk padamu. Karena semua itu merupakan cara Tuhan dalam memberi ujian ataupun cobaan. Ingatlah bahwa penghargaan pada orang lain bukan karena siapa mereka, tapi karena siapakah diri kita. Jelas pesan singkat itu juga disampaikan oleh Tuhan melalui Corona.
Baca Juga:Â Tanpa Corona, Pengelola Sampah Wajib Mendapat Insentif Pajak
Corona Menutup Pintu Ilmu
Yakin bahwa Tuhan mengutus Corona untuk membuktikan ke"Esa"an-Nya pada manusia yang sombong dan hina dina. Tuhan menutup pintu ilmu dengan fakta bahwa belum ditemukan obat penangkal atau pengusir Si Corona.
Dengan ditutupnya pintu ilmu oleh Tuhan berarti yang terbuka hanya pintu tobat. Maka pasti di ujung kepergian Corona, Tuhan akan memunculkan obat atau pengusir Corona dengan biaya atau obat murah dalam arti mudah diperoleh bagi si kaya dan si miskin. Berarti di Corona mengharapkan manusia untuk kembali ke jalan yang benar.
Artinya antara obat si kaya dan si miskin, harga dan kategori yang sama. Tanpa ada perbedaan (generik dan non generik atau obat paten bermerek), obat Corona pasti standar generik untuk semua kalangan. Tuhan pasti akan memperlihatkan bukti keadilannya disana.Â
Baca Juga:Â Belajar Gratis Kelola Sampah dalam Masa Work From Home
Si Corona Membawa Pesan untuk Bumi
Sebagaimana kehidupan sebelumnya dengan sekat tembok tebal, si kaya dan si miskin. Corona memaksa kehidupan tanpa sekat lagi antar manusia. Tentu Tuhan sudah inginkan pembelajaran demikian adanya agar manusia bertobat. Sungguh mulia dan begitu peduli Tuhan terhadap manusia sebagai penjaga buminya.
Maka, sebagai penggiat di persampahan sedikit memberi pesan tambahan yang mungkin termasuk hasil pembelajaran dalam memaknai Corona. Agar para stakeholder sampah Indonesia yang keras hati, agar berhenti berkamuplase terhadap gembosan issu plastik.
Ahiri kehidupan picik dalam menghadapi sampah yang penuh intrik kejam. Seakan ingin menjaga bumi dari sampah, padahal sesungguhnya semua itu sandiwara belaka. Label ramah lingkungan itu hanya sebuah "pemanis" dalam mendepak persaingan bisnis, untuk melancarkan urusan pemenuhan syahwat materi dan kekuasaan semata.