"Kepanikan adalah separuh penyakit, ketenangan adalah separuh obat, dan kesabaran adalah permulaan kesembuhan" Ibnu Sina
Kurang sebulan lagi umat Islam di dunia akan memasuki bulan suci Ramadhan 2020. Khususnya Indonesia, pemerintah belum menetapkan awal puasa. Tapi diperkirakan awal puasa Ramadhan pada minggu terahir bulan April 2020.
PP Muhammadiyah telah menetapkan 1 Ramadhan 1441 H jatuh pada hari Jumat, tanggal 24 April 2020. Sementara Idul Fitri 1441 H ditetapkan pada hari Minggu, tanggal 24 Mei 2020. Dalam maklumatnya, PP Muhammadiyah menyatakan ijtimak jelang awal Ramadan 1441 H terjadi pada Kamis, 23 April 2020, pukul 9.29.01 WIB.
Banyak netizen memposting doa dan harapan agar wabah Covid-19 segera berahir sehingga dapat menyambut bulan puasa dengan suka cita seperti tahun sebelumnya. Tapi yakinlah bahwa keberkahan Ramadhan tidak akan berkurang sedikitpun karena adanya Covid-19. Â
Diprediksi bahwa hari-hari pada bulan suci tersebut, kondisi Indonesia masih berada pada tingkat waspada atau masa darurat Covid-19. Jadi praktisnya tentu tidak ada ibadah shalat tarwih berjamaah atau shalat jamaah lainnya di masjid sebagaimana saat ini di Indonesia, umumnya tidak ada atau untuk sementara ditiadakan shalat Jumat.
Termasuk i'tikaf dan buka puasa di masjid tentu ditiadakan pula, akan tidak seperti suasana tahun-tahun sebelumnya yang sangat meriah bila berbuka puasa di masjid dengan hidangan takjilnya yang diantar oleh ibu-ibu sekitar masjid. Bisa jadi juga shalat Idul Fitri ditiadakan demi menghormati si Covid-19. Karena masa darurat Covid-19 diperpanjang sampai 29 Mei 2020.
Baca Juga:Â Imbauan Sejumlah Organisasi Keagamaan Terkait Ibadah di Tengah Pandemi Covid-19Â Pemerintah Godok Protokol Antisipasi Corona di Bulan Ramadhan
Diharapkan tetap berada kondisi suka cita menyambut Ramadhan, agar ibadah puasa tetap berjalan di tengah pandemi Covid-19, justru karena lebih banyak dirumah. Namun dengan catatan tetap dalam kewaspadaan. Juga tetap selalu mengambil hikmah positif atas adanya wabah tersebut.
Agar kita tetap dengan ihlas dan khusyu beribadah #DiRumahAja termasuk tetap menjalankan amalan-amalan ibadah lainnya di bulan suci Ramadhan atau lebih berkesempatan memperbanyak Tadarrus Al-Quran bersama keluarga.
Kita bisa melakukan shalat tarwih berjamaah #DiRumahAja. Mungkin dengan cara ini, Allah Swt ingin kita mendekatksn diri keluarga dan Al-Quran yang selama ini mungkin terlewatkan atau terabaikan baik pada hari biasa maupun pada bulan suci Ramadhan.Â
Seperti juga seakan "dipaksa" untuk menghafal atau tadarrus Al-Quran bersama keluarga. Sekaligus memperbaiki hafalan ayat-ayat Al-Quran untuk bisa diamalkan dalam shalat tarwih berjamaah dengan keluarga di rumah.Â
Pastinya tetap bisa tarwih sendiri atau berjamaah di rumah. Tidak usah khawatir, amalan ibadah Ramadhan akan tetap penuh berkah tanpa kekurangan hikmah didalamnya. Insya Allah. Aamin Yra.
Baca Juga: Jauhkan Si Corona dengan Syukuri Keberadaannya Ketegasan Karantina Wilayah Mendesak
Covid-19 Pasti Baik dan Penuh Makna.
Dipastikan bahwa wabah Covid-19 membawa berkah dan hikmah yang paling baik dari semua bentuk teguran atau nasehat yang diturunkan oleh Tuhan sampai detik ini pada ciptaan-Nya. Â
Selalulah kita berprasangka baik kepada Allah atas setiap masalah yang datang. Mungkin menurut kita tidak baik, tapi bagi Allah itu sangat baik. Yakinlah semua itu.
Bila manusia hendak jujur menyikapi Covid-19 ini, bahwa semuanya karena ulah manusia pula artinya manusia pula yang mengundang tamu si Corona itu datang bertamu.Â
Bisa jadi manusia terlalu sombong dan angkuh atas penciptannya di muka bumi atau suka memakan rezeki orang lain. Maka turunlah teguran. Jadikan teguran ini sebagai bentuk "kasih sayang" Allah.
Wabah Covid-19 yang melanda dunia yang bukan hanya Indonesia. Sungguh sangat luar biasa hikmahnya bila dihayati secara mendalam. Semua strata kehidupan mendapat serangan wabah Covid-19 tersebut. Tanpa memilih negara, daerah, suku, agama, usia, strara sosial dan lainnya. Semua kedatangan tamu terhormat si Corona.Â
Artinya semua diberi ujian dan/atau cobaan sekaligus dalam hidup kehidupan ini tanpa kecuali. Benar-benar Tuhan menguji, khususnya kadar silaturahim bagi semua manusia yang telah menurun ditelan masa.Â
Sebenarnya kita manusia sungguh sangat kurang berterima kasih pada Maha Pencipta. Teguran demi teguran diberikan Tuhan Ymk seperti banjir, gempa bumi, tsunami, wabah penyakit sebelum Covid-19 dan lainnya.Â
Tapi tetap kita tidak bergeming. Kita tidak mengambil hikmah untuk berubah kepada hal-hal yang diamanatkan oleh Tuhan dalam kitab-kitabnya. Sehingga Tuhan memberi ujian atau cobaan lagi berupa Covid-19. Nikmat mana lagi yang manusia ingin dustakan.
Baca Juga: Virus Corona dan Larangan Islam Mengonsumsi Binatang yang Menjijikkan Muhammadiyah Tetapkan Awal Puasa 24 April dan Idul Fitri 24 Mei 2020
Perubahan Paradigma Hindari Mudik
Semua aspek hidup kehidupan seharusnya mengambil  atau memetik manfaat adanya tamu kehormatan yang bernama Covid-19 tersebut.Â
Minimal satu rumahtangga diberi pelajaran agar jangan terlalu jauh dengan keluarga. Ingat selalu keluarga yang berdoa dan menunggu di rumah. Pulanglah pada keluargamu. Jangan dzalimi keluarga dan orang lain.
Misalnya, kondisi darurat berkepanjangan sampai pada ahir Ramadhan 2020. Berarti akan ada larangan mudik. Hal ini pula merupakan "pemaksaan perubahan sikap" oleh Allah melalui Covid-19 untuk merubah paradigma tentang tidak perlunya tradisi mudik lebaran dilestarikan.Â
Memang tradisi mudik itu lebih banyak mudaratnya dari pada manfaatnya. Maka dengan Covid-19 manusia juga dipaksa berhalangan untuk tidak melakukan mudik.Â
Begitupun, Allah Swt memberi peringatan bahwa sesungguhnya manusia tidak punya kuasa selain Kuasa-Nya, manusia janganlah sombong dan pula jangan ikut menikmati makanan haram atau janganlah serakah dengan mengambil hak orang lain.
Sebagaimana di negeri kita ini, korupsi dianggap seperti biasa saja atau seperti dianggap sebuah gaya kepemimpinan atau gaya kekuasaan. Sudah tidak punya malu untuk berbohong dan membodohi rakyat dengan melakukan hal tercelah itu.
Baca Juga: Perubahan Paradigma Mudik Lebaran Menyiapkan Lebaran Tanpa Kampung Halaman
Wabah Covid-19 sesungguhnya berhadapan pada masalah kebersihan dari segala bentuk kehidupan, bersih jiwa dan raga. Artinya manusia diberi peringatan keras agar jangan memakan bangkai atau sampah.Â
Jangan memakan yang bukan menjadi hak kita. Makna ini sangat dalam pada hidup kehidupan. Perlu disikapi dengan ihlas dan sabar. Lakukan perubahan hidup yang fundamental, yaitu setop gaya hidup hedonisme.
Wabah Covid-19 ini sepertinya Allah menutup pintu ilmu, dengan fakta bahwa sampai hari ini belum ada obat khusus yang ditemukan untuk mengobati Covid-19. Ilmu pengetahuan lumpuh dengan Covid-19. Karakter aseli manusia kelihatan dalam kondisi atau suasana kedaruratan akibat Covid-19.Â
Maka apa yang diharapkan atau pintu apa yang masih terbuka dan dibuka oleh Allah hanya yang ada adalah pintu kejujuran dan pertobatan. Allah memaksa kita untuk berlaku jujur dan tidak memutus tali silaturahim.
Baca Juga:Â Jelang Ramadhan dan Idul Fitri, Pemerintah Disarankan Mulai Gencar Sosialisasi Pencegahan Virus CoronaÂ
Manusia sesungguhnya ditegur oleh Allah karena terlalu bergaya berlebihan dengan hidup hedonis dan sudah kurang kadarnya dalam bersilaturahmi. Terlalu mementingkan diri sendiri saja. Faktanya, saat ini justru dilarang bersentuhan dan diminta hanya di rumah saja. Pedihnya kondisi itu bila memang silaturahim nihil atau diminta ada jarak antar manusia.Â
Alangkah fulgarnya teguran Allah tentang silaturahim tersebut. Masihkah manusia belum memahami akan hadirnya si Covid-19 itu. Betapa pedihnya kita berjauhan dengan sahabat, rekan kerja, orang tua, istri dan anak. Betapa tersiksanya kita tidak bergandengan tangan dalam satu kesatuan hidup dan pekerjaan.Â
Rumah ibadah mesjid, gereja dan lainnya bisa jadi selama ini jarang kita datangi, maka sekalian Tuhan memberi teguran melalui Covid-19 bahwa tidak boleh berdekatan atau bersentuhan satu sama lainnya. Maka semua akses peribadatan manusia secara berjamaah untuk sementara disarankan untuk dihindari.
Mungkin untuk pertama kali di dalam sejarah kemanusiaan, yang mengesankan bahwa bersatu kita mati dan bercerai kita selamat. Hal ini merupakan realitas yang benar-benar harus dipahami sebagai umat beragama dan bersosial. Mungkin selama ini kadar silaturahmi kita hanya sebatas kebutuhan, bukan bersilaturahmi atas nama Allah.
Baca Juga:Â Pemerintah Siapkan Aturan Karantina Wilayah
Insya Allah kedepan hidup akan lebih baik setelah Allah Swt mengkarantina #nasehat atau bisa jadi ada kebijakan lokal lockdown pada kita secara tidak langsung. Sepanjang kita bisa introspeksi atas segala kesalahan dan kekurangan sebagai mahluk sosial yang serba terbatas.
Termasuk bagi pemerintah dan pemerintah daerah, segeralah sadar untuk bekerja dan menjadi pelayan rakyat yang baik sesuai SOP dan sumpah jabatan dan tidak mendzalimi rakyatnya dengan cara melakukan korupsi, kolusi dan nepotisme.Â
Mari kita syukuri kehadiran atau kedatangan tamu terhormat Covid-19 ini baik di Indonesia maupun di belahan dunia lainnya, semoga tamu ini merupakan tamu (ujian) terbaik dari Tuhan kepada manusia ciptaan-Nya.
Cukuplah kita menghormatinya dengan cara tinggal #DiRumahAja untuk menikmati dan menghargainya. Tetap waspada, jaga jarak dan jaga diri serta keluarga kita masing-masing. Sehingga manusia bisa lolos dengan ujian-Nya dan segera tamu tersebut meninggalkan kita semuanya, untuk kembali beraktifitas sebagaimana biasanya.
Surabaya, 30 Maret 2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H