Mohon tunggu...
Hasnawiah Hasnawiah
Hasnawiah Hasnawiah Mohon Tunggu... Guru - GURU SMAN 1 SEBATIK

MEMBACA, MENULIS

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Penerapan Layanan Konseling Kreatif di Era Kurikulum Merdeka

13 Juni 2023   11:49 Diperbarui: 13 Juni 2023   13:35 244
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Penerapan Layanan Konseling Kreatif di Era Kurikulum Merdeka

Satuan pendidikan memiliki keunikan tersendiri yang dapat mempengaruhi kondisi di sekolah tersebut. Satuan pendidikan dapat menjalankan peran Bimbingan dan Konseling dalam Kurikulum Merdeka sesuai dengan kondisi, kebutuhan dan kemampuan masing-masing. Layanan bimbingan konseling dapat dilakukan dengan memanfaatkan fasilitas dan sarana yang ada.

Peserta didik sebagai generasi milenial memiliki kecenderungan lebih banyak berinteraksi dengan internet. Mereka lebih senang mencari informasi berbasis visual, seperti  youtube, artikel dan media lainnya daripada melalui teks atau narasi yang disampaikan oleh guru BK.

Kebahagian merupakan hal yang diinginkan oleh setiap kalangan . Keadaan bahagia dengan tidak adanya masalah yang dihapadi oleh individu, atau terhindar dari tekanan teman, keluarga atau lingkungan sekitar. Kebahagiaan  pada umumnya terjadi dengan baiknya kondisi sosial, dengan keadaan sosial yang baik maka kebahagiaan akan terjadi dengan begitu saja

Ketika mereka mempunyai masalah, mereka lebih tertarik untuk mencari tahu dan berusaha menyelesaikan masalah dengan cara mereka sendiri melalui internet. Padahal informasi yang tersedia di internet tidak selalu tervalidasi kebenarannya. Salah satu alternatif guru bimbimbingan konseling untuk mengembalikan kepercayaan dan motivasi peserta didik dalam menemukan solusi setiap masalah adalah memperkenalkan teknik konseling kreatif


Konseling Kreatif

Kreatifitas dalam konseling merupakan sebuah pengalaman yang menimbulkan pencerahan bagi konseli, kemudian konselor berperan membantu konseli membangkitkan kemampuan kreatifnya Gladding (2002, dalam Carson & Becker, 2004), Penggunaan seni kreatif dalam konseling melibatkan tiga hal yaitu kepada people (konselor dan klien), proses konseling dan terakhir produk (hasil) konseling itu sendiri. Konseling kreatif (creative ar) adalah penggunaan seni kreatif dalam proses konseling, atau bisa juga konseling dengan menggunakan media seni kreatif untuk mencapai tujuan dari konseling. Konseling dalam jenis ini, media seni digunakan untuk mengekspresikan pikiran dan perasaan klien yang mungkin sulit diungkapkan dan dimengerti hanya dengan komunikasi verbal biasa.

Di era kurikulum merdeka, teknik konseling kreatif dapat dimanfaatkan untuk membantu siswa dalam mengembangkan keterampilan sosial dan emosional mereka.  Konseling kreatif bertujuan untuk mendorong konseli menjadi aktif, berfikir untuk diri mereka sendiri, dan melihat pengalaman sendiri selama sesi konseling berlangsung sehingga dapat meningkatkan kepercayaan diri dan kemandirian konseli.

Perubahan karakteristik peserta didik di era kurikulum merdeka  menuntut Guru BK untuk mengubah strategi layanan konseling yang selama ini dipraktikkan.

Menurut Jacobs (Rahadian, 2011), terdapat kesalahan atau kelemahan yang sering dilakukan konselor yang menjadikan sesi konseling menjadi membosankan dan tidak efektif, yakni;

  • melakukan terlalu banyak refleksi,
  • mendengarkan terlalu banyak cerita konseli,
  • jarang menginterupsi konseli,
  • tidak fokus dalam sesi konseling,
  • menunggu terlalu lama untuk melakukan fokus,
  • tidak menggunakan teori konseling,
  • jarang menggunakan alat bantu yang kreatif dan multi-sensori.

 Layanan Konseling Kreatif di Era Kurikulum Merdeka

 

Berikut adalah beberapa teknik konseling kreatif yang dapat digunakan di era kurikulum merdeka:

1. Terapi seni: Terapi seni adalah teknik konseling yang menggunakan seni untuk membantu klien dalam mengatasi masalah mereka. Terapi seni dapat meliputi seni visual, musik, drama, atau tari. Di era kurikulum merdeka, terapi seni dapat dimanfaatkan untuk membantu siswa dalam mengembangkan kreativitas dan keterampilan interpersonal mereka.

2. Cerita: Cerita atau storytelling dapat digunakan sebagai teknik konseling untuk membantu siswa dalam mengembangkan keterampilan sosial dan emosional mereka. Siswa dapat diminta untuk membuat cerita tentang diri mereka sendiri atau tentang masalah yang sedang mereka hadapi.

3. Permainan: Permainan dapat digunakan sebagai teknik konseling untuk membantu siswa dalam mengembangkan keterampilan sosial dan emosional mereka. Permainan dapat meliputi permainan sosial, permainan tim, atau permainan yang berfokus pada kemampuan empati dan pemecahan masalah.

4. Jurnal: Jurnal atau diary dapat digunakan sebagai teknik konseling untuk membantu siswa dalam mengembangkan keterampilan refleksi diri dan emosional mereka. Siswa dapat diminta untuk menulis tentang pengalaman mereka atau tentang masalah yang sedang mereka hadapi.

5. Mindfulness: Mindfulness adalah teknik konseling yang melibatkan meditasi dan refleksi diri. Teknik ini dapat membantu siswa dalam mengembangkan keterampilan emosional dan kognitif mereka, serta dapat membantu mengurangi stres dan kecemasan.

Dengan memanfaatkan teknik konseling kreatif di era kurikulum merdeka, siswa dapat mengembangkan keterampilan sosial dan emosional mereka, serta dapat membantu mereka dalam mengatasi masalah yang sedang mereka hadapi.

Penggunaan Teknik Konseling Kreatif

Konseling kreatif menawarkan beberapa teknik yang dapat digunakan oleh konselor. Penggunakaan teknik kreatif dapat berdasarkan pada kebutuhan, masalah, dan karakter konseli. (Jacobs, 1992) menjelaskan bahwa tekni-teknik konseling kreatif membantu konseli membuat konsep lebih konkrit, membantu memfokuskan sesi pada saat ketika konseli mulai keluar jalur, dan membantu mempercepat peoses konseling bagi konselor yang memiliki waktu terbatas. Teknik-teknik konseling kreatif yang dimaksud yaitu:

 a. Metafora yaitu upaya untuk mendeskripsikan suatu ide atau pesoalan secara konkret, sehingga lebih mudah untuk dipahami.

b. Impact yaitu merupakan pendekatan dalam konseling kreatif yang menghargai ragam cara belajar, cara berubah, dan cara berkembang konseling. Impact menekankan pendekatan multi sensori yang melibatkan dimensi verbal, visual, dan kinestetik dalam proses konseling untuk memahami permasalahan dan solusi secara jelas dan konkret.

 c. Ekspresif yaitu konseli mampu mengekspresikan permasalahannya melalui seni seperti seni visual, musik, drama, menulis ekspresif, dan terapi dansa.

d. Guided Imageri adalah strategi konsentrasi terfokus dimana gambar visuak digunakan untuk membuat penguatan perasaan dan relaksasi (Thomas,2010). Menurut (Cornier 2009) dalam penggunaan prosedur guided imagery konseli dipandu untuk fokus pada pikiran positif atau gambar yang menyenangkan sambil membayangkan situasi yang tidak nyaman atau menimbulkan kecemasan – kecemasan.

e. Prop intervention yaitu kedekatan konseling kreatif menggunakan alat peraga. Melalui penggunaan alat peraga konselor dapat membantu konseli tentang perspektif dalam masalah mereka, seperti stress, harga diri, kemarahan, pengambilan keputusan, dan sebagainya. Hal ini akan menjauhkan kesan jenuh dan membosankan daripada konseling yang dilakukan secara konvensional.

 f. Reading Intervention yaitu dapat disejajarkan dengan layanan bibliotrapi. Bibliotrapi didefinisikan sebagai penggunaan literature untuk nilai terapeutik. Pardeck 1994 menemukan bahwa intervensi membaca memberikan informasi dan wawasan bagi pembaca. Konselor harus kreatif salam menyediakan sumber bacaan.

g. Writing Intervention yaitu bentuk intervensi kreatif dengan cara menulis biasanya terdiri dari 4 jenis yaitu puisi, surat, jurnal, dan mendongeng atau bercerita. Bagi konseli yang tidak menulis, pilihan alternative adalah berpartisipasi dengan bercerita yaitu meminta konseli membuat cerita yang memiliki pembelajaran moral (Newsome,2003).

h. Music intervention yaitu intervensi musik untuk konselor yang dapat digunakan diantaranya; mendengarkan mussik, revisi lirik dan improvisasi (Kimbel & Protivnak, 2010). Musik mungkin hanya digunakan konseli sebagai cara untuk mengekspresikan diri, mengatasi stress, bersantai dan bersenang-senang. Dalam konseling pilihan musik juga harus diperhatikan oleh konselor, karena hal itu dapat memberikan informasi bermanfaat tentang sifat masalah mereka. Terlebih saat ini hamper sebahagian besar remaja gandrung akan musik.

i. Play intervention yaitu intervensi bermain yang dapat membantu konseli dalam berpikir secara berbeda tentang diri mereka, keluarga dan temanteman, serta masalah sekolah melalui penggunaan kegiatan yang menyenangkan dan tidak mengancam. Bermain juga memberikan kesempatan untuk sosialisasi dan keterampilan membangun hubungan

Kreatifitas dalam konseling berhubungan erat dengan proses membantu peserta didik untuk mengalami suasana tertentu yang bersifat teraupetik. Menurut Carpenter 2002 dalam carson & becker 2004) mengalami keadaan ini yaitu memiliki beberapa manfaat karena :

a. Manusia belajar sebagaian besar melalui proses mengamati dan  mengalami. Manusia mengingat dan belajar lebih banyak melalui apa yang mereka alami, bukan apa yang mereka dengar.

b. Manusia dapat lebih dekat dengan perasaan mereka sendiri melalui pengalaman bukan percakapan

c. Keadaan mengalami membuat konseli lebih sulit menggunakan mekanisme pertahanan diri dalam melawan perubahan yang diperlukan

d. Keadaan yang dialami dapat membantu konseli untuk cepat masuk kedalam situasi terapetik.

 Kreativitas dalam media kreatif sangat berperan untuk membantu konseling, dengan hasil akhir konseling yang dapat berbeda antara beragam konseli. Konseling creative dapat digunakan secara independen atau bisa juga melengkapi proses konseling model lain untuk meningkatkan efektifitas proses dan hasil konseling pada tingkat primer, sekunder, dan tersier. Uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Secara umum tujuan konseling adalah agar peserta didik dapat mengubah perilakunya kearah yang lebih maju, melalui terlaksananya tugas-tugas perkembangan secara optimal, kemandirian, dan kebahagiaan hidup. Secara khusus tujuan konseling tergantung dari masalah yang dihadapi oleh masing-masing peserta didik

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun