Mohon tunggu...
M HasnanAtlandi
M HasnanAtlandi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Padjadjaran

Saya merupakan seorang mahasiswa Prodi Sosiologi FISIP Unpad yang memiliki ketertarikan pada bidang kepeulisan dan pengkajian.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mahasiswa: Diubah dan Merubah (Analisis Fenomena Generasi Strawbery pada Pembangunan Nasional)

3 Januari 2023   20:21 Diperbarui: 3 Januari 2023   20:30 443
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mengutip pernyataan Rhenald Kasali dalam bukunya "Strawberry Generation," menyatakan bahwa generasi strawbery adalah generasi yang digambarkan menarik namun, rapuh karena memiliki mentalitas yang lemah. 

Mentalitas yang lemah ini terbentuk selain karena pola asuh orang tua, juga disebabkan karena berbagai kemudahan yang manusia rasakan pada era revolusi industri 4.0. Kemudahan dalam mengakses informasi menjadikan generasi saat ini lebih mudah melakukan self diagnose. 

Contohnya dapat dilihat dari berbagai platform media yang menyediakan tes kepribadian, tes gangguan kesehatan mental dan lain sebagainya. Hal tersebut, membuat mental generasi saat ini lebih mudah terpengaruh dengan apa yang pertama mereka lihat tanpa memastikan kebenarannya. Sehingga, akan sangat sulit untuk merubah pola pikir mereka yang telah terpengaruh oleh berbagai media yang belum tentu valid. 

Sisi lain dari generasi strawbery adalah keberanian dalam mengekspresikan diri terutama menggunakan media sosial. Kehadiran media sosial telah membuat kebebasan berekspresi semakin luas, begitupun pada generasi saat ini. Dapat dilihat berbagai kreativitas dan karya yang dihasilkan oleh generasi saat ini terkadang merupakan gagasan yang tidak terpikir oleh generasi-generasi sebelumnya. 

Namun, karena memiliki mentalitas yang lemah, akan sangat sulit bagi generasi strawbery dalam mendapat dan menerima kritikan dengan baik. Terdapat kecenderungan untuk menyerang balik kritik yang telah dilontarkan pada mereka dengan bersembunyi di balik kalimat "kebebasan berekspresi" dan "toleransi," padahal pada kenyataannya kritikan dan saran yang membangun merupakan hal yang diperlukan dalam mengembangkan diri ke arah yang lebih baik. 

Layaknya pedang bermata dua, generasi strawberry ini sesungguhnya merupakan potensi yang sangat menjanjikan dalam membawa kesejahteraan bagi Indonesia. Hanya saja, generasi tersebut, sangat rapuh dan tidak dimungkinkan untuk mendapatkan tekanan, di tengah dunia yang justru semakin berkembang dan menuntut akan banyak hal. Jika permasalahan ini tidak segera diatasi, maka memungkinkan Indonesia mengalami ketertinggalan. 

Oleh karena itu, diperlukan solusi dalam penyelesaian permasalahan generasi saat ini. Salah satunya dengan pemberian edukasi melalui media yang dekat dengan generasi strawberry, yaitu media sosial guna peningkatan pemahaman akan self awareness dan penguatan ikatan sosial mereka dengan lingkungannya guna memperlancar kegiatan pembangunan nasional. 

Mahasiswa sebagai bagian dari Gen Z, memiliki peran penting dalam merubah Gen Z yang semula menjadi penghambat dalam pembangunan, menjadi Gen Z yang berstatus sebagai Human Capital bagi pembangunan nasional. Human Capital atau modal manusia merupakan individu-individu yang membentuk masyarakat dan berperilaku selaras dengan visi dan misi pembangunan nasional. Guna mewujudkan Human Capital diperlukan peningkatan kecerdasan emosisonal tidak hanya kecerdasan intelektual. 

Daniel Goleman dalam (Abdullah, 2015), mengungkapkan bahwa kecerdasan emosional merupakan kemampuan untuk mengenal diri sendiri, orang lain, kemampuan untuk memotivasi diri sendiri serta kemampuan dalam mengelola emosi baik pada lingkungan sendiri maupun hubungan dengan orang lain. 

Selanjutnya Goleman berpendapat jika generasi sebelumnya akan memiliki kemampuan mengendalikan emosi yang lebih baik dari generasi setelahnya yang cenderung lebih sulit dalam mengendalikan emosinya sehingga lebih mudah murung, merasa kesepian, kurang menghargai sopan santun, mudah cemas, agresif dan lain sebagainya. Oleh karena itu, generasi tersebut akan sulit dalam menjalani kehidupan di lingkungan sosial sebagaimana generasi sebelumnya. 

Gen Z yang hidup berdampingan dengan teknologi setiap saat terutama teknologi informasi dan komunikasi berupa smartphone di tambah dengan kecerdasan emosional yang rendah akan membuat mereka semakin sulit untuk berinteraksi di tengah masyarakat. Kondisi tersebut, jika terus dibiarkan maka akan mengancam nilai dan norma, ikatan sosial dan modal sosial masyarakat Indonesia yang terkenal akan guyubnya. Sehingga, peningkatan kecerdasan emosional sangat lah penting dikalangan Gen Z. Sebagai usaha peningkatan kecerdasan emosional maka perlu diperhatikan kesadaran diri seseorang akan dirinya sendiri (self awareness). 

Menurut Goleman. kesadaran diri (self awareness), yaitu kemampuan dalam mengetahui kondisi diri sendiri dan lingkungan sekitar serta mampu mengendalikannya guna memandu dalam pengambilan keputusan yang sesuai. Kesadaran diri memiliki tolak ukur berupa kemampuan diri dan kepercayaan diri, artinya individu yakin pada dirinya sendiri dengan kemampuan yang ia miliki. Konsep kesadaran diri termasuk di dalamnya pengaturan diri (self regulation), motivasi, empati dan keterampilan sosial (social skill). Oleh karena itu, dalam usaha meningkatkan kecerdasan emosional Gen Z, maka mahasiswa selaku Gen Z itu sendiri harus mampu membentuk self awareness baik pada dirinya sendiri maupun orang lain. 

Pemilihan media yang tepat dalam menyuarakan pentinganya self awareness merupakan hal yang penting. Hal tersebut dikarenakan mampu meningkatkan kemungkinan lebih besar dalam menyasar target utama, yaitu Gen Z. Di sini lah mahasiswa berperan akan hal tersebut, sebagai bagian dari Gen Z mahasiswa tentu mengetahui media dan konten yang tepat agar kampanye maupun program yang dicanangkan dapat tepat sasaran. 

Media sosial merupakan media yang dirasa tepat dalam menyuarakan pentingnya self awareness guna mengenali diri dan kemampuan sendiri agar terhindar dari berbagi bentuk self diagnose yang dapat menyebabkan Gen Z sebagai Human Capital berubah menjadi generasi strawbery yang dapat menghambat pembangunan. Berbagai kampanye dan program telah banyak ditemukan terutama di media sosial instagram dan TikTok yang menyerukan pentingnya self awareness . 

Jika ditilik, di balik kampanye dan program tersebut, terdapat kalangan mahasiswa yang selain guna membentuk self awareness pada dirinya sendiri juga guna membentuknya pada orang lain. Salah satu contoh akun instagram yang konsisten menyuarakan pentingnya self awwarnes adalah akun instagram @pertemanansejiwa yang senantiasa memberikan konten, kampanye dan acara yang bertujuan untuk meningkatkan self awareness para Gen Z melalui edukasi mengenai kesehatan fisik, mental dan pengembangan diri di mana, mahasiswa mengambil andil dalam pengembangan akun tersebut dengan menjadi voluntir pada berbagai konten, kampanye dan acara yang diadakan. 

Hal tersebut menunjukkan kemampuan dan kesadaran mahasiswa dalam menggunakan teknologi hasil industri 4.0 yaitu media sosial dalam langkah guna mencegah dan merubah generasi strawbery.

Faktor sosial turut andil dalam pembentukan generasi strawbery. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Goleman bahwa generasi sebelumnya memiliki konrol emosi yang lebih baik dengan generasi setelahnya. 

Pernyataan tersebut mengandung makna bahwa terdapat perbedaan antar generasi saat ini dengan generasi sebelumnya. Perbedaan tersebut jika tidak diatasi maka akan menyebabkan renggangnya ikatan sosial dan memudarnya modal sosial pada suatu masyarakat dan menghambat pembangunan nasional. 

Karakteristik Gen Z terutama generasi strawbery yang sulit berinteraksi akan menimbulkan ketegangan dengan generasi sebelumnya yang memiliki intensitas interaksi secara langsung lebih tinggi. Hal tersebut menyebabkan kurangnya partisipasi Gen Z dalam pembangunan masyarakat. Krisis kepercayaan dari generasi sebelumnya terhadap Gen Z menjadi faktor kurangnya partisipasi Gen Z pada kegiatan pembangunan di masyarakat.

 Sebagai contoh, kalimat "anak zaman sekarang mana ngerti," merupakan ungkapan ketidakpercayaan generasi sebelumnya pada Gen Z. Padahal partisipasi Gen Z sangat lah penting dalam pembangunan masyarakat mengingat mereka lah yang kelak akan menjadi pemimpin dari bangsa ini. Selain itu, perlibatan Gen Z pada kegiatan di masyarakat dapat meningkatkan kecerdasan emosional Gen Z dan mencegah terbentuknya generasi strawbery. 

Keterlibatan Gen Z pada kegiatan masyarakat akan membentuk self awareness mereka atau kesadaran diri mereka baik pada diri sendiri maupun pada lingkungan sekitar. Sehingga, dengan self awareness  yang tinggi akan membentuk kecerdasan emosional yang tinggi dan mencegah Gen Z menjadi generasi strawbery akibat self diagnose. 

Selain itu, perlibatan Gen Z di masyarakat akan mengeratkan ikatan sosial dan memperkuat modal sosial di masyarakat. Oleh karena itu, mahasiswa selaku Gen Z harus mampu menjadi role model baik bagi sesama Gen Z maupun bagi generasi sebelumnya dengan senantiasa aktif dalam kegiatan masyarakat baik itu dilingkungan sekitar seperti, kegiatan pengajian dan kerja bakti maupun di masyarakat secara luas dengan mengikuti kegiatan relawan. 

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, R. A. (2015). PEMIKIRAN DANIEL GOLEMAN. 

H, W., Irfan, M., & Gutama, A. S. (2022). Pemasaran Sosial. Sukabumi: Rumah Antologi Indonesia. 

Hidayat, K. (2022). Viral Tes Kesehatan Mental Google Form, Cek Kesehatan Mental Gratis Melalui Link Ini. D.I Yogyakarta: beritadiy.com. Retrieved 09 30, 2022, from https://beritadiy-pikiran--rakyatcom.cdn.ampproject.org/v/s/beritadiy.pikiran-rakyat.com/citizen/amp/pr704336262/viral-tes-kesehatan-mental-google-form-cek-kesehatanmental-gratis-melalui-linkini?amp_js_v=a6&_gsa=1&usqp=mq331AQKKAFQArABIIACAw% 3D%3D# 

Prihatina, R. (2022). Generasi Strawberry, Generasi Kreatif Nan Rapuh dan Peran Mereka Di Dunia Kerja Saat Ini. Jakarta: djkn.kemenkeu.go.id. Retrieved 09 30, 2022, from https://www.djkn.kemenkeu.go.id/kpknlpekalongan/baca-artikel/14811/Generasi-Strawberry-Generasi-KreatifNan-Rapuh-dan-Peran-Mereka-Di-Dunia-Kerja-Saat-Ini.html 

Saparwadi, & Sahrandi, A. (2021). MENGENAL KONSEP DANIEL GOLEMAN DAN PEMIKIRANNYA DALAM KECERDASAN EMOSI. Al Musyrif, 17-38

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun