Mohon tunggu...
M HasnanAtlandi
M HasnanAtlandi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Padjadjaran

Saya merupakan seorang mahasiswa Prodi Sosiologi FISIP Unpad yang memiliki ketertarikan pada bidang kepeulisan dan pengkajian.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mahasiswa: Diubah dan Merubah (Analisis Fenomena Generasi Strawbery pada Pembangunan Nasional)

3 Januari 2023   20:21 Diperbarui: 3 Januari 2023   20:30 443
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gen Z yang hidup berdampingan dengan teknologi setiap saat terutama teknologi informasi dan komunikasi berupa smartphone di tambah dengan kecerdasan emosional yang rendah akan membuat mereka semakin sulit untuk berinteraksi di tengah masyarakat. Kondisi tersebut, jika terus dibiarkan maka akan mengancam nilai dan norma, ikatan sosial dan modal sosial masyarakat Indonesia yang terkenal akan guyubnya. Sehingga, peningkatan kecerdasan emosional sangat lah penting dikalangan Gen Z. Sebagai usaha peningkatan kecerdasan emosional maka perlu diperhatikan kesadaran diri seseorang akan dirinya sendiri (self awareness). 

Menurut Goleman. kesadaran diri (self awareness), yaitu kemampuan dalam mengetahui kondisi diri sendiri dan lingkungan sekitar serta mampu mengendalikannya guna memandu dalam pengambilan keputusan yang sesuai. Kesadaran diri memiliki tolak ukur berupa kemampuan diri dan kepercayaan diri, artinya individu yakin pada dirinya sendiri dengan kemampuan yang ia miliki. Konsep kesadaran diri termasuk di dalamnya pengaturan diri (self regulation), motivasi, empati dan keterampilan sosial (social skill). Oleh karena itu, dalam usaha meningkatkan kecerdasan emosional Gen Z, maka mahasiswa selaku Gen Z itu sendiri harus mampu membentuk self awareness baik pada dirinya sendiri maupun orang lain. 

Pemilihan media yang tepat dalam menyuarakan pentinganya self awareness merupakan hal yang penting. Hal tersebut dikarenakan mampu meningkatkan kemungkinan lebih besar dalam menyasar target utama, yaitu Gen Z. Di sini lah mahasiswa berperan akan hal tersebut, sebagai bagian dari Gen Z mahasiswa tentu mengetahui media dan konten yang tepat agar kampanye maupun program yang dicanangkan dapat tepat sasaran. 

Media sosial merupakan media yang dirasa tepat dalam menyuarakan pentingnya self awareness guna mengenali diri dan kemampuan sendiri agar terhindar dari berbagi bentuk self diagnose yang dapat menyebabkan Gen Z sebagai Human Capital berubah menjadi generasi strawbery yang dapat menghambat pembangunan. Berbagai kampanye dan program telah banyak ditemukan terutama di media sosial instagram dan TikTok yang menyerukan pentingnya self awareness . 

Jika ditilik, di balik kampanye dan program tersebut, terdapat kalangan mahasiswa yang selain guna membentuk self awareness pada dirinya sendiri juga guna membentuknya pada orang lain. Salah satu contoh akun instagram yang konsisten menyuarakan pentingnya self awwarnes adalah akun instagram @pertemanansejiwa yang senantiasa memberikan konten, kampanye dan acara yang bertujuan untuk meningkatkan self awareness para Gen Z melalui edukasi mengenai kesehatan fisik, mental dan pengembangan diri di mana, mahasiswa mengambil andil dalam pengembangan akun tersebut dengan menjadi voluntir pada berbagai konten, kampanye dan acara yang diadakan. 

Hal tersebut menunjukkan kemampuan dan kesadaran mahasiswa dalam menggunakan teknologi hasil industri 4.0 yaitu media sosial dalam langkah guna mencegah dan merubah generasi strawbery.

Faktor sosial turut andil dalam pembentukan generasi strawbery. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Goleman bahwa generasi sebelumnya memiliki konrol emosi yang lebih baik dengan generasi setelahnya. 

Pernyataan tersebut mengandung makna bahwa terdapat perbedaan antar generasi saat ini dengan generasi sebelumnya. Perbedaan tersebut jika tidak diatasi maka akan menyebabkan renggangnya ikatan sosial dan memudarnya modal sosial pada suatu masyarakat dan menghambat pembangunan nasional. 

Karakteristik Gen Z terutama generasi strawbery yang sulit berinteraksi akan menimbulkan ketegangan dengan generasi sebelumnya yang memiliki intensitas interaksi secara langsung lebih tinggi. Hal tersebut menyebabkan kurangnya partisipasi Gen Z dalam pembangunan masyarakat. Krisis kepercayaan dari generasi sebelumnya terhadap Gen Z menjadi faktor kurangnya partisipasi Gen Z pada kegiatan pembangunan di masyarakat.

 Sebagai contoh, kalimat "anak zaman sekarang mana ngerti," merupakan ungkapan ketidakpercayaan generasi sebelumnya pada Gen Z. Padahal partisipasi Gen Z sangat lah penting dalam pembangunan masyarakat mengingat mereka lah yang kelak akan menjadi pemimpin dari bangsa ini. Selain itu, perlibatan Gen Z pada kegiatan di masyarakat dapat meningkatkan kecerdasan emosional Gen Z dan mencegah terbentuknya generasi strawbery. 

Keterlibatan Gen Z pada kegiatan masyarakat akan membentuk self awareness mereka atau kesadaran diri mereka baik pada diri sendiri maupun pada lingkungan sekitar. Sehingga, dengan self awareness  yang tinggi akan membentuk kecerdasan emosional yang tinggi dan mencegah Gen Z menjadi generasi strawbery akibat self diagnose. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun