Mohon tunggu...
Hasna Hudiya
Hasna Hudiya Mohon Tunggu... Lainnya - Welcome!!!

Mahasiswa Pendidikan Sosiologi FIS UNJ

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Fenomena Phubbing: Kerennya Gadget Menjadi Ancaman Para Pemuda

20 Oktober 2021   12:28 Diperbarui: 20 Oktober 2021   12:31 253
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Oleh    : Hasna Hudiya

(Mahasiswa Pendidikan Sosiologi FIS UNJ)

Seiring berkembangnya zaman, kemampuan intelektual manusia semakin berkembang. Semakin berkembangnya kemampuan intelektual manusia menjadikan kemajuan teknologi juga berkembang semakin pesat. 

Salah satu tekhnologi yang sangat penting dan dibutuhkan dikehidupan manusia adalah smartphone. Smartphone atau yang biasa disebut dengan gadget memiliki banyak keunggulan. Saat ini smartphone tidak hanya digunakan sebagai alat komunikasi jarak jauh, tetapi banyak fitur yang menyediakan kebutuhan-kebutuhan manusia seperti mendengarkan music, membaca buku digital, belanja online, transaksi pembayaran dan lain sebagainya. Hal ini menjadikan para pengguna tidak bisa melepaskan dirinya dari smartphone.

Penggunaan smartphone tidak hanya dilakukan oleh orang dewasa saja, tetapi saat ini sudah banyak orang tua yang membelikan anaknya smartphone padahal masih dibawah umur. 

Keunggulan smartphone yang paling dibutuhkan manusia pada era digital saat ini yaitu dapat berkomunikasi tanpa bertemu langsung. Jika ingin bertatap muka maka pengguna smartphone dapat menggunakan fitur video call yang disediakan pada aplikasi tertentu. Hal ini cukup memberi kemudahan bagi para penggunanya, karena orang tidak perlu bertemu langsung dengan lawan bicaranya, cukup menggunakan smartphone jika ingin menyampaikan pesan dalam hitungan detik.

Peradaban manusia secara teknologi akan semakin dipermudah untuk segala kegiatan dan kebutuhan manusia. Namun jangan sampai diri kita dikendalikan oleh teknologi, tetapi seharusnya kita yang mengendalikan dan mengontrol kemajuan teknologi, khususnya dalam menggunakan produk-produk teknologi seperti gadget. 

Gadget sudah seperti kebutuhan primer atau kebutuhan pokok bagi masyarakat modern terutama bagi generasi yang hidup di era tahun 1982 hingga 2000an. Keunggulan-keunggulan gadget terkadang membuat penggunanya tidak menyadari akan dampak negatifnya, seperti fenomena phubbing. 

Istilah Phubbing berasal dari kata "phone" dan "snubbing",yang menggambarkan tindakan menghina seseorang dalam lingkungan sosial dengan memperhatikan ponsel, bukan berbicara dengan orang tersebut secara langsung (Haigh, 2012). Istilah ini awalnya dikampanyekan oleh Macquarie Dictionary untuk mewakili masalah penyalahgunaan ponsel cerdas yang terus berkembangdalam situasi sosial (Pathak, 2013). Menurut Chotpitayasunondh dan Douglas (2016) phubbing merupakan perilaku seseorang yang tidak mempedulikan orang lain ketika sedang bersama. Perilaku phubbing dapat diketahui melalui faktor-faktor yaitu nomophobia (rasa takut untuk jauh dari ponsel), konflik interpersonal, isolasi diri dan pengakuan masalah.

Penggunaan gadget secara berlebihan dapat menyebabkan distraction atau gangguan. Seseorang dapat mengalami gangguan kesehatan mental karena tidak bisa lepas dari handphone atau yang dikenal dengan nomophobia. 

Dampak negatif lainnya dari penggunaan gadget yang berlebihan tidak hanya terjadi pada hubungan interpersonal, melainkan juga berdampak pada kesulitan dalam membangun dan mempertahankan kontak mata terhadap lawan bicara, serta memungkinkan terjadinya kesalahpahaman dalam sesi diskusi. 

Gadget seakan-akan telah membudaki manusia dengan menggunakannya secara berlebihan. Mulai dari anak-anak hingga orang dewasa disibukkan dengan aktivitasnya didalam smartphone saat sedang berinteraksi secara langsung, baik saat sedang rapat, atau sekedar berkumpul disuatu tempat. 

Fenomena phubbing ini terjadi karena seseorang yang sangat ketergantungan dengan smartphone. Fenomena seperti ini kerap kali kita temui pada kehidupan sehari-hari, khususnya para pemuda. 

Budaya kumpul-kumpul atau bahasa masa kini nya adalah 'nongkrong' sudah membudaya dikalangan pemuda. Muda-mudi senang menghabiskan waktunya dengan berkumpul bersama teman-temannya, namun ternyata gadget yang selalu pemuda bawa kemana-mana ternyata dapat menjadi ancaman. 

Kegiatan kumpul-kumpul yang seharusnya dihabiskan dengan berbincang-bincang, ada saja yang ketika kumpul hanya sibuk dengan gadgetnya. Fenomena phubbing biasanya terjadi karena ada rasa bosan atau merasa tidak nyaman yang muncul ditengah percakapan dengan lawan bicaranya dan mengalihkannya dengan menggunakan gadget. 

Fenomena phubbing saat ini sudah sangat berkembang dimanapun. Phubbing seakan-akan tidak bisa dihilangkan karena gadget akan selalu ada disisi penggunanya. Tentu saja hal itu dapat mengancam para pemuda. 

Kegiatan kumpul-kumpul yang seharusnya dinilai baik karena dapat bertemu dan berinteraksi secara langsung dirusak oleh kehadiran gadget. Seringkali ketika para pemuda 'nongkrong' di caf hal yang paling utama dilakukan adalah update kegiatan tersebut. 

Misalnya saja saa caf tersebut terlihat aesthetic, para pemuda akan langsung mengambil foto sebanyak mungkin dan langsung mengupload ke social media. 

Hal itu juga terjadi ketika makanan dan minuman yang dipesan datang, muda-mudi akan sibuk untuk mengambil foto dan lagi-lagi untuk kepentingan social media. 

Ketika pesanan belum semua datang biasanya ada saja yang menyeletuk untuk tidak dimakan terlebih dahulu sambal menunggu pesanan lain datang untuk difoto kemudian baru boleh dimakan. Lalu ketika sudah selesai memfoto dan mengupload ke social media, tidak jarang gadget tersebut langsung ditaruh dan lanjut mengobrol, namun seringkali penggunaan gadget dilanjutkan sehingga obrolan yang terbangun juga sangat minim.

Memang tidak ada salahnya untuk kita mengabadikan momen yang sedang kita lakukan, namun kerap kali gadget yang digunakan sebagai alat untuk mengabadikan momen tersebut disalahgunakan dan menjadi budaya yang sangat tidak baik. Terkadang ada yang menyadari tidak baiknya budaya tersebut lalu dengan inisiatifnya ada yang meminta untuk mengumpulkan gadget menjadi satu agar bisa saling komunikasi. 

Tapi ternyata hal itu tidak bertahan lama, entah ketika notifikasi pesan atau panggilan masuk yang membuat pemilik gadget tersebut mempunyai kesempatan untuk memainkan gadgetnya dan membuat yang lainnya juga ikut mengambil gadget sehingga obrolan-obrolan yang dibangun menjadi terhenti.

Teknologi yang identik dengan kehidupan para pemuda sudah menjadi ancaman tersendiri. 

Pemuda yang tidak pandai menggunakan teknologi kerap kali di cap gaptek atau kuno. Padahal tidak semua pemuda yang pandai dalam menggunakan teknologi adalah yang paling keren. Istilah keren akan diperoleh oleh siapapun yang melek teknologi dan bisa menempatkan diri kapan seharusnya ia menggunakannya. 

Pemuda sebagai generasi penerus bangsa harus bisa memanfaatkan kecanggihan-kecanggihan yang ditawarkan oleh teknologi utnuk mengembangkan potensi-potensi. Sebagai generasi millennial juga tidak ada salahnya untuk mengikuti perkembangan zaman, mengikuti trend-trend yang ada.

Namun perlu diperhatikan juga kehawatiran-kehawatiran yang dapat terjadi, misalnya seperti sedang berkumpul bersama sebaiknya batasi penggunaan gadget. Jika ingin mengabadikan momen untuk diupload ke social media jangan terlalu lama karena akan menganggu interaksi yang ada. Sebaiknya jika tidak ada keperluan yang penting denngan gadget maka bisa cepat-cepat untuk menaruh kembali di tas atau di meja. 

Jika teerdapat teman yang sibuk memainkan gadgetnya, kita jangan terpengaruh lalu ikut memainkan kembali gadgetnya. Lebih baik untuk mengajak teman itu mengobrol jika memang tidak ada hal penting yang dilakukan temannya pada gadget. 

Kalau kita mengikuti dengan sama-sama bermain gadget, maka besar kemungkinan yang lain juga akan memainkan gadgetnya dan seketika interaksi yang dibangun juga tidak ada. Kita harus bisa mengendalikan teknologi, karena manusia lah yang menciptakan teknologi. Jangan sampai sebaliknya, teknologi yang mengendalikan kegiatan-kegiatan manusia sehingga menghasilkan budaya yang tidak baik.

Referensi :

Hanika, Ita Musfirowati. 2015. "Fenomena Phubbing di Era Millenial" (Ketergantungan Seseorang pada Smartphone terhadap Lingkungannya)". Jurnal Interaksi. Vol. 4 No. 1

Munatirah, Hayatun dan Nur Anisah, M. Si. 2018. "Intensitas Penggunaan Smartphone Terhadap Perilaku Phubbing (Studi Penelitian Pada Masyarakat Kota Banda Aceh Yang Mengunjungi Warung Kopi di Kecamatan Lueng Bata)". Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah. Volume 3, Nomor 1, Halaman 1-14

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun