Mohon tunggu...
Hasnah Azmi aulia
Hasnah Azmi aulia Mohon Tunggu... Editor - mahasiswa Universitas Islam Negeri syarif Hidayatullah Jakarta

Hasnah Azmi Aulia, mahasiswa Universitas Islam Negeri syarif Hidayatullah Jakarta program studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kalau Tak Untung

5 Mei 2023   19:15 Diperbarui: 5 Mei 2023   19:34 172
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Nama aslinya adalah Sariamin Ismail. Walaupun namanya kurang dikenal, Sariamin Ismail adalah penulis perempuan Indonesia pertama dengan buku pertamanya " Kalau Tak Untung " yang diterbitkan pada tahun 1933. Selama karirnya beliau menggunakan beberapa nama pena seperti Selasih, Seleguri, Sri Tanjung, Ibu Sejati, Bundo Kanduang, dan Mande Rubiah agar tidak ditangkap Politieke Inlichtingen Dienst (PID) atau Polisi Rahasia Belanda karena tulisannya terkadang politik yang dapat menghasut rakyat.

Dalam buku "Kalau Tak Untung", Sariamin membawa tema penderitaan dan kemelaratan untuk membuka mata pembaca atas ketidakadilan yang terjadi pada masyarakat bawah pada masa itu dengan media novel karena terinspirasi oleh kesengsaraan yang disebabkan oleh penjajah yang sering menyita tanah dan hak-hak rakyat tanpa ganti rugi.

Novel ini bercerita tentang sahabat karib Rasmani dan Masrul yang sudah berteman akrab sejak kecil meskipun status sosial mereka sangat berbeda . Masrul berasal dari sebuah keluarga kaya yang terhormat, sedangkan Rasmani berasal dari sebuah keluarga kurang mampu yang sering dicibir warga lain. 

Sementara keluarga lain mengacuhkan pendidikan dan menikahi anak-anak perempuannya mereka di usia muda, keluarga Rasmani malah mendorong untuk mengejar pendidikan setinggi-tingginya lalu menjadi guru. Pandangan mereka yang berbeda itulah yang menjadikan mereka bahan cibiran di desa, warga desa lain menganggap bahwa usaha orang tua Rasmani membiayainya sekolah aneh karena perempuan tidak butuh sekolah, seharusnya menikah muda lalu melakukan pekerjaan rumah.

Kemudian Masrul mendapat pekerjaan sebagai juru tulis di Painan. Tetapi sebelum ia pergi merantau, ibunya memaksanya untuk menikah dengan salah satu anak ibunya agar ia tidak pergi merantau sendiri. Masrul pun menolak karena beberapa alasan, namun atas desakan ibunya, ia setuju akan menikah dengan Aminah, salah satu anak ibunya setelah ia bekerja di Painan selama 2 tahun. Masrul pun pergi ke rumah Rasmani untuk berpamitan dan Rasmani yang diam-diam mencintai sahabatnya itu dengan berat hati melepaskannya.

Selama merantau Masrul berkenalan dengan Engku Guru Gedang yang menawarkan Masrul untuk menikahi anaknya, Muslina. Masrul pun bimbang karena walaupun ia sudah bertunangan dengan Aminah, ia masih sering memikirkan Rasmani, lalu ditambah lagi dengan Muslina yang merupakan perempuan cantik, pintar, dan berharta. Pada akhirnya ia memutuskan untuk menikahi Muslina, lalu mengirim undangan perkawinannya ke kampung lamanya namun hanya mendapat balasan selamat singkat dari Rasmani.

Masrul tertipu oleh perkataan manis Engku Guru Gedang dan Muslina serta terbutakan oleh harta untuk menyadari sifat Muslina yang sebenarnya. Muslina tidak menghargai Masrul sebagai suami, bahkan sampai beberapa kali melakukan kekerasan. Masrul menceritakan kondisinya yang sengsara, tetapi balasan dari Rasmani tidak memuaskannya, Masrul tetap menceraikan Muslina dan kembali ke kampungnya untuk menemui Rasmani.

Masrul pun menceritakan mengenai kehidupannya dengan Muslina dan penyesalannya. Surat Masrul yang awalnya hangat serta penuh cinta pun perlahan-lahan menjadi dingin sehingga di tengah-tengah kekecewaannya, Rasmani pun mendapat sakit jantung.  Tak lama kemudian, datanglah surat dari Masrul lagi yang berisi kabar bahagia, ia menemukan pekerjaan yang bergaji tinggi dan hendak mengirimkan seseorang untuk menjemput Rasmani. 

Tetapi ketika jantung Rasmani yang sudah lemah membaca surat tersebut, pingsanlah ia dan penyakitnya menjadi semakin parah. Dalipah, kakak Rasmani pun mengirimkan surat ke Masrul bahwa Rasmani sedang sakit keras, tetapi ia menunggu 1 hari lagi untuk menemui Rasmani karena besoklah gajinya diberikan. Sesampainya ke rumah Rasmani,  ia sudah terlambat dan Rasmani sudah meninggal sejak kemarin. Masrul kecewa dan menyesal, tetapi tidak ada lagi yang bisa dilakukannya untuk bertemu dengan Rasmani.

Novel ini menceritakan penderitaan akibat status sosial yang berperan sebagai halangan utama hubungan antara Masrul dan Rasmani. Pertama, Ibu Masrul tidak menyetujui  Masrul menikah dengan Rasmani karena ia miskin, lalu Masrul yang lebih memilih menikahi Muslina dibanding Rasmani karena harta dan status sosial Muslina lebih tinggi.

Kedua terdapat cibiran masyarakat mengenai perempuan yang berpendidikan, keluarga Rasmani tetap berpegang teguh pada prinsipnya dan mendorong Rasmani untuk mencapai cita-citanya menjadi guru.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun