Aku pun banyak mengabadikan momen-momen tersebut. Namun ada beberapa pemandangan yang luput dari kamera ponsel aku. Temanku bilang, "Kelamaan buka kamera, keburu lewat itu pemandangannya."
Pemandangan yang paling aku suka adalah saat jalur kereta berada di atas, dan kita bisa dengan leluasa melihat pemadangan hijau di bawah sana. Tidak lupa juga, pemandangan jejeran gunung yang memanjakan mata. Aku juga sempat kaget karena ternyata kereta yang aku tumpangi melewati Masjid Al-Jabar yang terkenal itu. Tampak megah dan membuat aku ingin mengunjunginya suatu hari nanti.
Pengalaman yang luar biasa memang. Kalau kata temanku, naik kereta eksekutif itu umpamanya berangkat dalam keadaan rapi sampai pun tetap dalam keadaan rapi. Badan tidak pegal-pegal karena kursi yang nyaman dan lega. Perut pun terisi karena bisa pesan makanan dan minuman pada Pramugari kereta.
Kita pun sampai ke Stasiun Bandung sekitar jam 18.30. Setelahnya aku dan 2 temanku akan melanjutkan perjalanan ke stasiun Puwakarta. Namun jadwalnya masih lama, sekitar pukul 21.30 malam. Untuk menghabiskan waktu, akhirnya kita bertiga memutuskan untuk mengunjungi Braga, yang ternyata letaknya tidak jauh dari Stasiun Bandung.
- Pengalaman Pertama Kali Ke Braga
Braga di malam minggu sangat-sangat padat. Restoran-restoran yang ada di sana hampir semuanya waiting list. Sebenarnya ada yang sangat ingin aku kunjungi saat ke Braga, yaitu Jurnalisa Caf dan Tahi Lalat. Sayangnya, aku tidak ada waktu untuk berada di antrian waiting list sehingga hanya masuk dan foto-foto, kemudian melanjutkan melihat-lihat restoran lain.
Entah kenapa vibe Braga sedikit agak mengingatkan aku sama jalan Malioboro. Hanya saja, di Malioboro lebih banyak dihiasi oleh toko-toko baju batik dengan harga murah hingga mahal, sementara Braga dihiasi kafe-kefe estetik dengan berbagai tema.
Di Braga juga banyak yang jualan bunga hingga lukisan, bahkan ada yang menyediakan jasa tato temporer. Akan tetapi, waktuku memang tidak memungkinkan untuk melihat detail Braga lebih jauh. Aku hanya berjalan sambil melihat-lihat dari ujung Braga ke ujung lainnya.Â
Akan tetapi setelah dipikir-pikir, sayang banget kalau tidak mencicipi apapun yang ada di Braga. Akhirnya, kita menemukan tukang Bakso. Sebenarnya kita sudah makan di kereta dan masih cukup kenyang, tapi masa ke Braga kita tidak mencicipi apapun? Pemikiran yang agak fomo memang, tapi akhirnya kita memutuskan untuk membeli bakso tersebut.
- Perbedaan Eksekutif dan Ekonomi yang Sangat Kentara
Waktu sudah menunjukkan pukul 20.00 malam, kita bertiga memutuskan untuk kembali ke stasiun. Kita akan melanjutkan perjalanan ke Purwakarta jam 21.30 nanti. Harga yang harus dibayar untuk kereta tersebut sangatlah murah, yaitu Rp.7000 saja. Dikarenakan kurangnya persiapan dan pengetahuan terkait perkeretaan, dengan percaya dirinya kita masuk melalui pintu masuk saat kita keluar dari kereta eksekutif tadi.Â