Mohon tunggu...
Hasna Kurniawan
Hasna Kurniawan Mohon Tunggu... Mahasiswa - SOSANT STUDENT

Hasna Kurniawan Student of Sebelas Maret University

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Analisis Pencegahan Permasalahan Sosial Stuntung Anak Melalui Program Panggon Negeses

31 Desember 2022   20:41 Diperbarui: 31 Desember 2022   21:07 280
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Analisis Pencegahan Permasalahan Sosial Stunting Anak Melalui Program PANSES "Pangon Ngeses" di Kelurahan Kestalan Kota Surakarta

Disusun Oleh

  • Hasna Kurniawan [K8420031]
  • Iga Fitriani [K8420032]
  • Indah Puspitasari [K8420034]
  • Intan Dwi Agustina [K8420036]
  • Irham Hasri Isnanto [K8420037]
  • Jauza Albashita [K8420039]
  • Jenita Sri Ratna N T [K8420040]
  • Khusnul Widya [K8420042]

Pendahuluan

Stunting merupakan gangguan pertumbuhan serta perkembangan pada anak, di mana kondisi tinggi badan anak lebih pendek daripada ukuran standar usia anak disebabkan oleh kekurangan gizi dalam jangka panjang. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia, stunting didefinisikan sebagai tinggi badan kurang dari -2 SD. Gangguan pertumbuhan dimulai saat anak berusia dua tahun dan dimulai saat janin masih dalam kandungan. 

Meningkatnya masalah tumbuh kembang anak merupakan dampak dari stunting, dimana kondisi anak stunting dapat berdampak pada penurunan kecerdasan, kerentanan terhadap penyakit, serta menurunnya produktivitas (Syamsiyah et al., 2021). Indonesia sendiri terkait masalah kesehatan stunting menurut Kemeneterian Kesehatan Republik Indonesia menjelaskan pada tahun 2022 masih berada pada angka 24 % yang didasarkan pada hasil Survey Status Gizi Indonesia. Sekitar 5 juta dari 12 juta balita dengan kata lain 38,6% anak balita yang ada di Indonesia memiliki tinggi badan di bawah rata-rata tinggi badan balita di dunia (Suryani et al., 2022).

Daerah yang menduduki dengan Kasus stunting tertinggi di Jawa Tengah yaitu Tegal dan Surakarta. Menurut Ketua Penggerak Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (TP PKK) Surakarta bahwa jumlah penderita stunting di Surakarta sekitar 800-an anak balita. Disisi lain Pemerintah Kota Surakarta juga menjelaskan bahwa terdapat 1,87% bayi menderita stunting di tahun 2022. Sejatinya, banyak akar penyebab stunting yang terjadi di kalangan anak-anak dan yang menjadi penyebab paling dominan stunting ini adalah polusi udara karena asap rokok.

Pada Kelurahan Kestalan, Kota Surakarta, yang mnejadi sasaran penelitian penulis, menurut pihak kelurahan menjelaskan bahwa dari empat kasus stunting yang terjadi pada kalangan anak-anak Kelurahan Kestalan disebabkan karena asap rokok dilingkungan rumah terutama keluarga. Oleh karena itu, sebaai bentuk antisipasi dampak stunting di Kelurahan Kestalan, Kota Surakarta, maka dideklarasikan Program "PANSES" atau Panggenan Ngeses atau dalam Bahasa Indonesia yang berarti tempat merokok yang akan diterapkan pada beberapa RW Kelurahan Kestalan.

Dalam penelitian penulis memiliki beberapa tujuan yaitu Pengaruh asap rokok yang menjadi masalah sosial di Kelurahan Kestalan Surakarta, Regulasi pemerintah setempat terhadap peraturan merokok di PANSES, dan upaya optimalisasi aturan yang diterapkan dan upaya penanganan merokok di PANSES.

Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Kestalan dengan melibatkan RW 04 sebagai sampelnya. Penelitian dilakukan dimulai pada tangga 19 Desember 2022 hingga 24 Desember 2022. Penelitian ini dimulai dengan melakukan survei lapangan pada tanggal 19 Desember 2022 dengan melihat situasi RW 04 yang terdiri dari 3 RT yaitu Rt 01, 02, dan 03. Survei ini dilakukan guna mengetahui bagaimana respon masyarakat setelah dideklarasikan PANSES (Pangon Ngeses) di RW 04 sejak 2018. Lokasi PANSES terletak di RT 02. 

Pada Kelurahan Kestalan, setiap RW hanya memiliki 1 PANSES dan hanya beberapa RW yang mendeklarasikan PANSES ini, salah satunya yaitu RW 04. Sumber data diperoleh dengan melakukan wawancara tak struktur dengan Sekretaris Kelurahan, Ketua RW, Kader, Masyarakat sekitar PANSES. Setelah melakukan Survei, peneliti memulai aksi dengan menempelkan poster "Stop Smoking At Home" sebagai ajakan untuk memulai merokok di PANSES. Poster ini ditempelkan di tempat-tempat yang strategis. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun