Mohon tunggu...
Haslina Nora Urfina
Haslina Nora Urfina Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa/Ilmu Hubungan Internasional/Universitas Jember

Lebih suka melakukan hal yang diminati dan totalitas mengerjakannya

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Sistem Nilai Tukar Mengambang dan Dampak Pandemi Covid-19 pada Ekonomi Global

3 April 2023   10:31 Diperbarui: 3 April 2023   10:37 100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Sistem nilai tukar mengambang adalah sebuah sistem di mana nilai tukar mata uang dipengaruhi oleh pasar bebas, dengan sedikit atau tidak ada intervensi dari bank sentral atau pemerintah. Sistem ini berbeda dengan sistem nilai tukar tetap, di mana nilai tukar ditentukan oleh kebijakan moneter pemerintah dan bank sentral.

Sejak diperkenalkan pada tahun 1970-an, sistem nilai tukar mengambang telah menjadi sistem yang umum digunakan di seluruh dunia. Dalam sistem ini, nilai tukar mata uang dipengaruhi oleh permintaan dan penawaran pasar, dan berfluktuasi terhadap mata uang lainnya.

Pandemi Covid-19 telah mempengaruhi banyak aspek kehidupan, termasuk ekonomi global. Salah satu aspek yang terkena dampak adalah sistem nilai tukar mengambang yang digunakan oleh banyak negara di dunia. Artikel ini akan membahas bagaimana pandemi Covid-19 mempengaruhi sistem nilai tukar mengambang dan dampaknya pada ekonomi global.

Sebagai akibat dari pandemi Covid-19, banyak negara mengalami tekanan ekonomi. Hal ini terjadi karena adanya penurunan permintaan global, penutupan perbatasan, dan penurunan investasi. Dalam sistem nilai tukar mengambang, tekanan ekonomi ini dapat memengaruhi nilai tukar mata uang suatu negara.

Pada awal pandemi Covid-19, banyak negara melihat pelemahan mata uang mereka. Hal ini terjadi karena investor asing menarik kembali investasi mereka dan mencari investasi yang lebih aman. Negara-negara dengan defisit neraca perdagangan yang besar, seperti India dan Indonesia, terutama rentan terhadap pelemahan mata uang mereka.

Selain itu, pandemi Covid-19 juga telah mempengaruhi perdagangan global secara keseluruhan. Banyak negara mengalami penurunan ekspor dan impor mereka karena penurunan permintaan global. Hal ini dapat mempengaruhi neraca perdagangan negara-negara tersebut dan dapat memengaruhi nilai tukar mata uang mereka.

Berikut adalah beberapa dampak lain yang dapat diamati :

1. Penurunan nilai tukar mata uang

Karena pandemi Covid-19 telah mempengaruhi banyak aspek ekonomi global, permintaan dan penawaran mata uang berubah drastis. Hal ini dapat menyebabkan penurunan nilai tukar mata uang tertentu. Sebagai contoh, penurunan permintaan terhadap dolar AS di awal pandemi telah menyebabkan nilai tukar dolar AS turun terhadap mata uang lainnya.

2. Volatilitas pasar

Pandemi Covid-19 juga telah menyebabkan volatilitas pasar yang tinggi, yang dapat mempengaruhi nilai tukar mata uang. Pergerakan harga saham dan komoditas yang tidak stabil dapat memicu investor untuk mencari tempat yang lebih aman untuk menyimpan uang mereka, dan ini dapat mempengaruhi permintaan dan penawaran mata uang tertentu.

3. Pertumbuhan ekonomi yang melambat

Pandemi Covid-19 telah menyebabkan penurunan pertumbuhan ekonomi global secara keseluruhan, yang dapat mempengaruhi nilai tukar mata uang. Negara-negara yang mengalami penurunan pertumbuhan ekonomi mungkin memiliki nilai tukar mata uang yang lebih rendah dibandingkan dengan negara-negara yang memiliki pertumbuhan ekonomi yang lebih kuat.

4. Pengaruh kebijakan pemerintah dan bank sentral

Meskipun sistem nilai tukar mengambang dirancang untuk memiliki sedikit atau tidak ada intervensi dari pemerintah atau bank sentral, pandemi Covid-19 telah memaksa banyak negara untuk mengambil tindakan untuk menjaga nilai tukar mata uang mereka. Beberapa negara telah menurunkan suku bunga mereka, mengeluarkan stimulus fiskal, atau bahkan melakukan intervensi langsung di pasar mata uang untuk menjaga nilai tukar mata uang mereka.

Namun, seiring dengan pemulihan ekonomi global, beberapa negara melihat penguatan nilai tukar mereka. Hal ini terjadi karena meningkatnya permintaan untuk produk-produk ekspor mereka dan pemulihan investasi asing. Negara-negara seperti China dan Korea Selatan melihat penguatan nilai tukar mereka dalam beberapa bulan terakhir. 

Perubahan nilai tukar mata uang dapat mempengaruhi ekonomi global secara keseluruhan. Jika nilai tukar mata uang suatu negara melemah terlalu banyak, maka produk-produk dari negara tersebut akan menjadi lebih murah dan dapat mengganggu pasar global. Sebaliknya, jika nilai tukar mata uang suatu negara terlalu kuat, maka produk-produk mereka dapat menjadi lebih mahal dan dapat mengurangi permintaan dari luar negeri.

Contohnya saja Korea Selatan. Korea Selatan memiliki sistem nilai tukar yang mengambang atau floating exchange rate system. Artinya, nilai tukar won Korea Selatan terhadap mata uang lain ditentukan oleh kekuatan pasar tanpa campur tangan dari pemerintah. Hal ini berbeda dengan sistem nilai tukar tetap atau fixed exchange rate system, di mana pemerintah menetapkan nilai tukar suatu mata uang terhadap mata uang lainnya.

Pandemi COVID-19 memberikan dampak yang signifikan terhadap ekonomi global termasuk di Korea Selatan. Tercatat pada tahun 2020, ekonomi Korea Selatan mengalami kontraksi sebesar 1%, yang merupakan yang pertama kali terjadi dalam dua dekade terakhir. Namun, meskipun terdapat penurunan pertumbuhan ekonomi, Korea Selatan masih berhasil menjaga stabilitas nilai tukar won.

Salah satu faktor yang memengaruhi nilai tukar won Korea Selatan selama pandemi COVID-19 adalah pergerakan pasar global dan naik-turunnya harga komoditas. Ketika pasar global mengalami ketidakpastian, investor cenderung mencari aset yang aman, seperti obligasi pemerintah Korea Selatan, yang kemudian memengaruhi permintaan akan won Korea Selatan. Selain itu, kebijakan moneter Bank of Korea yang akomodatif juga memainkan peran dalam menjaga stabilitas nilai tukar won selama pandemi.

Namun demikian, terdapat juga beberapa risiko yang memengaruhi nilai tukar won Korea Selatan selama pandemi COVID-19, seperti fluktuasi harga minyak mentah dan kekhawatiran atas resesi ekonomi global yang lebih dalam. Oleh karena itu, pemerintah Korea Selatan terus memantau kondisi ekonomi global dan menerapkan kebijakan moneter yang tepat untuk menjaga stabilitas nilai tukar won.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun