Pendidikan Non Formal Untirta yang menjadi pemateri di acara Kajian Inspirasi Ramadhan. Tema yang diangkat adalah tentang 'Menjadi Remaja Versi Al-qur'an' tujuan dari tema ini diangkat adalah agar para mahasiswa/i FKIP Untirta kembali ke jalan yang lurus dengan menjadikan Al-qur'an sebagai pedoman hidup.
Pada bulan puasa lalu, saya masih teringat dengan apa yang disampaikan oleh Pak Fauzi, Ketua JurusanDi tengah berjalannya acara, Pemateri memberikan kesempatan kepada para audiens untuk mengungkapkan rasa terima kasihnya kepada kedua orang tua, yang sudah berjuang sampai anaknya bisa merasakan duduk di bangku kuliah.
Dari belakang, seorang perempuan berlari dengan antusias diberikan kesempatan untuk mengungkapkan rasa terima kasihnya.
"Ibu dan Bapak. Meskipun awalnya saya merasa tidak mungkin bisa kuliah, terima kasih sudah membuatnya itu menjadi mungkin. Tentunya semua ini karena pengobanan kalian yang begitu besar. Maafkanlah anakmu yang kurang berterima kasih ini. Maka dari itu, mulai sekarang di sini disaksikan oleh banyak orang, saya ingin mengatakan, bahwa saya bangga kepadamu Ibu dan Bapak." Ucapnya dengan sendu. Suasana pun ikut sendu, tetapi setelah mendapatkan doorprize dari pemateri senyumnya pun mengembang.
"Harusnya kita yang dapat euy. Kan kajur kita." Ucap teman saya becanda. Yeah tadinya diantara kami memang berinisiatif maju, tetapi ditolak dengan alasan tadi sudah maju mendapatkan doorprize.
Kemudian, pembahasan terkait Menjadi Remaja Versi Al-qur'an disampaikan lebih luas lagi. Sehingga membuat suasana kembali hening, fokus mendengarkan. Ada beberapa Pesan yang masih saya ingat di acara tersebut, diantaranya;
 1. Berterima kasih kepada kedua orang tua
Kita tidak bisa memilih lahir di rahim Ibu yang mempunyai kedudukan yang mampu atau tidak, semuanya sudah diatur oleh-Nya. Kita harus menerimanya apa pun keadaannya. Mengapa? Karena berkat dan kasih sayangnya kita bisa tumbuh dewasa seperti sekarang.
Point yang ditekankan oleh Pemateri di bagian ini bukan hanya menerima saja, melainkan juga adanya kebanggaan. Karena dengan kita bangga, akan menjadi orang yang bersyukur. Sehingga melihat keadaan yang kurang mendukung untuk belajar, tidak dijadikan sebagai alasan untuk berhenti belajar. Tetapi dijadikan sebagai motivasi untuk fokus beproses dalam belajar hal apa pun selagi bermanfaat.
Orang yang seperti ini cenderung mandiri, tidak mau menambah beban kedua orang tua. Dewasa ini, dapat kita lihat banyak anak-anak di luar sana yang tidak menerima dan bangga kepada kedua orang tuanya. Akhirnya apa yang terjadi, alih-alih meringankan beban, ini malah banyak menuntut sambil menyalahkan keadaan. Sehingga, boro-boro mau tenang kuliah kalau hati dan pikirannya diliputi oleh pandangan-pandangan yang kurang baik terhadap kedua orang tua.
 2. Banyak-banyaklah berdoa
Doa itu adalah senjatanya umat muslim, demikianlah kata yang sering kita dengar dari para ulama. Dengan berdoa bisa menjadikan langkah kita dimudahkan oleh-Nya. Dan dengan berdoa pula keinginan kita bisa disegerakan oleh-Nya. Terutama doa dari kedua orang tua, itu sangat mustajab. Maka mintalah sebelum terlambat.
 3. Berdamai dengan keadaan
Ketenangan lahir dari menerimanya sikap kita terhadap apa yang diberikan oleh-Nya. Kita mempunyai rencana, tetapi Tuhanlah yang menentukan. Manfaat kita berdamai dengan keadaan adalah, mengurangi beban pikiran dan bisa fokus kepada pelajaran yang berada di depan mata. Jadi nggak ngang-ngong gitu.
Selain itu, pemateri juga menyampaikan berdamai pada keadaan dapat membuka pintu-pintu kesuksesan, sehingga langkah kaki untuk belajar rasanya ringan-ringan saja, meskipun banyak kendalanya.
 4. Maanfaatkan kesempatan dengan maksimal
Di era digital sekarang bila dibandingkan dengan dulu, perbedaannya sangat jauh. Mendapatkan informasi-informasi berupa pengetahuan harus perlu perjuangan yang tidak semudah membalikkan telapak tangan. Tetapi sekarang, semuanya mudah, tinggal duduk santai sambil 'klik' apa yang diinginkan akan berdatangan.
Maka dari itu kita harus memanfaatkan sebaik-baiknya. Seperti halnya informasi seputar beasiswa dan lomba-lomba harus kita ikuti, meskipun gagal. Jangan hanya inginnya saja, tetapi melewati prosedurnya sudah menyerah duluan.
Itulah beberapa point yang masih saya ingat. Di akhir sesi, sebagai kesimpulan pemateri menyampaikan bahwa point-point tadi akan melekat di diri kita bila yakin terhadap-Nya. Mengapa? Karena semua yang berada di dunia ini, termasuk hidup kita sudah diatur dengan rapih oleh-Nya. Tugas kita hanyalah berikhtiar sambil berdoa diberikan jalan yang lebar-lebar oleh-Nya. Darinya kita hidup, dan kepadanya juga kita kembali. Laahaula Walaaquwwata Illah Billah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H