Mohon tunggu...
Ibsah M
Ibsah M Mohon Tunggu... Wiraswasta -

orang biasa yang terus belajar dan berdamai dengan diri dan lingkungan.

Selanjutnya

Tutup

Dongeng

Bertempat di Hati

21 Mei 2016   20:46 Diperbarui: 21 Mei 2016   22:43 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Merasa jurus-jurusnya sudah diketahui Pinandihita langsung merubah arah serangan dan jurusnya. Kali ini Ia mengandalkan ilmu silat angin pemberian dari gurunya yakni Pendekar Rajawali Sakti dari Timur. Alhasil badan Pinandihita menjadi ringan sekali seperti angin dan gerakanya mengikuti sifat angin serta seluwes burung Rajawali namun tetaplah berbahaya. Kadang menukik tajam, melunjur deras dan mengepak dengan kuat. Hal tersebut menimbulkan kekaguman pada diri Kakek Begawan.

‘Hei…., bukankah ini jurus silat angin milik Pendekar Rajawali sakti dari Timur’, seru Kakek Begawan keheranan karena sekarang ini Ia mendapati sudah 2 orang sakti yang mengajari Pinandihita.

‘Benar Kek….’, jawab Pinandihita sambil merubah jurus silatnya ke dalam ilmu silat api pemberian dari Pendekar Sakti Naga Kembara. Diapun langsung menyerang dengan jurus Naga Sakti Mengelilingi Bumi yang sudah terbukti berhasil meluluhlantakkan ketua gerombolan perampok di hutan Dandaksa. Dengan Jurus ini, Pinandihita seperti berubah menjadi ratusan bayangan karena saking cepatnya mengitari sang Begawan sambil sesekali melancarkan serangan dadakan. Namun bukanlah Begawan kalau tidak bisa menemukan kelemahan ilmu silat api ini.

‘Hmmm….., kenapa ilmu silat api ini tidak menjadi ganas di tanganmu Pinandihita?, bukankah ini jurus-jurus kanuragan dari Pendekar Naga Kembara?’, kicau sang begawan sambil melentingkan tubuhnya ke udara dan selanjutnya mereka terlihat bagaikan sepasang penari yang saling berputar.

‘Entahlah Kakek……, saya mendapatinya ilmu ini ganas luar biasa di awalnya’, jawab Pinandihita dengan santun. Selanjutnya diapun merubah serangannya. Kali ini dia menggunakan jurus yang baru dilatihnya dari Pendekar Pujangga Sakti berdasarkan kalimat sakti ‘Bukan Pena Yang Menulis’.

‘Kalau semua jurusmu ini membentuk tulisan, maka itu pasti jurus-jurus dari Pendekar Pujangga Sakti’, kata Begawan dengan nada datar karena sekarang semuanya menjadi jelas bahwa bocah ini memang yang sedang ia tunggu kedatangannya.

‘Memang benar Kakek, saya baru saja selesai berlatih dengan jurus ini sebelum bertemu Begawan’, santun dan sopan Pinandihita menjawab seperti semilir angin yang menyapa mereka berdua yang sedang berlatih tanding. Semilir angin seperti itu pula yang sedang menghembusi sebuah goa di tengah hutan Dandaksa.

Di dalam goa persembunyian keluarga kerajaan aktivitas berlangsung seperti biasa. Sang prabu melakukan meditasi/manekung, ibu suri menyulam dan memasak buat keluarga.  Kedua putri sang prabu yakni Dewi Rempah Wangi dan Dewi Sekar Seruni berlatih jurus kanuragan milik Begawan Sokalima. Dan yang terlihat menyendiri adalah Dewi Sekar Panjalu. Melihat tuan putrinya kurang bersemangat, Din Brodinpun menghampirinya.

‘Tuan putri, mohon beribu maaf bila nanti apa yang saya sampaikan kurang berkenan……, janganlah tuan putri terlalu merisaukan barang yang tidak ada’, sapa pengasuhnya dengan nada santai dan sopan.

‘Gak papa kok din, memangnya din brodin tahu apa yang saya pikirkan?’, jawab sekar panjalu dengan santai pula.

‘Mohon beribu maaf, menurut penglihatan hamba yang mulai lamur ini, sepertinya tuan putri merisaukan Pinandihita….’, sekenanya saja mulut din brodin nyerocos.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Dongeng Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun