Mohon tunggu...
Ibsah M
Ibsah M Mohon Tunggu... Wiraswasta -

orang biasa yang terus belajar dan berdamai dengan diri dan lingkungan.

Selanjutnya

Tutup

Dongeng Artikel Utama

Meninggalkan sebuah Ruang

8 Mei 2015   21:29 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:14 69
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

'Baguslah kalau begitu! sekarang pekerjaan makin mudah. Sekali tepuk tiga lalat langsung melayang.....hahahaha', terdengar lantang dan pongah reaksi pendekar tua itu.

'Pendekar berjubah, jangan kau turun membantu. Biar saya tanggung semua perbuatanku', jawab Pinandihita.

'Bocah sombong, sudah bosan hidup kau rupanya, sekarang terimalah ajalmu', bentak pendekar tua sambil melancarkan serangan.

Pinandihita yang sudah siap sedia langsung menghadapi serangan itu dengan jurus kebal sejengkal. Namun sekarang dia menjadi kecele. Jurus kebal sejengkal menuntut penguasaan tenaga dalam yang seimbang atau diatas lawannya. Bila tidak dipenuhi syarat itu, maka jurus kebal sejengkal hanya menjadi sebuah jurus kosong belaka. Karena kalah tingkat dalam hal penguasaan tenaga dalam, maka tidak sampai sepuluh jurus saja dia sudah terdesak dan dikurung oleh jurus-jurus pendekar tua itu. Masih beruntung dia bisa bergerak cepat berkat kanuragan yang diajarkan oleh Pendekar Sakti Rajawali Timur. Dalam keadaan terdesak hebat, tiba-tiba saja ada deru angin tenaga dalam yang membantunya, sehingga ia bebas dari maut.

'Pinandihita bocah gemblung....., coba kau perhatikan gerakanku, begini ini caranya menghadapi pendekar tua sinting ini', tegur Pendekar Pujangga Sakti yang termasuk salah seorang pendekar yang dulu memperebutkan pinandihita untuk dijadikan murid.

'Terima kasih guru', jawab Pinandihita sambil bersoja..

'Pinandihita, lihatlah bagaimana jurus 'Sastra Pena' yang sudah saya ajarkan padamu bisa mengalahkan jurus-jurus andalan pendekar tua sinting ini', kata pendekar Pujangga Sakti.

Pertarungan kembali berlanjut dan menjadi lebih seru. kini pertarungan terlihat seimbang. Tanpa berkedip Pinandihita memperhatikan bagaimana gurunya memainkan jurus Sastra Pena. Jurus ini memang sengaja diciptakan oleh gurunya adalah untuk menandingi lawan-lawan Pinandihita yang mempunyai penguasaan tenaga dalam lebih.

Dan apa yang dilihatnya sesuai dengan yang diucapkan gurunya. Pendekar tua sinting itu kemudian menjadi kelabakan menghadapi jurus-jurus gurunya. Setiap gerakan yang tadinya terlihat susah dihadapi oleh Pinandihita, kini terlihat mudah sekali. Dan akhirnya, pendekar tua sinting itupun berkelebat sambil menyambar muridnya. 'Pujangga sakti, kau tunggulah pembalasanku kelak...', teriak pendekar tua sinting itu.

Suasana hutan kembali tenang. Semua yang menonton pertarungan tadi, keluar dari tempat persembunyian. Pinandihita terlihat bersoja dan sungkem pada gurunya. Yang diikuti oleh pendekar wanita berjubah kerudung yang mengucapkan terima kasih pada Pinandihita dan gurunya.

'Sang Prabu, saya harus membawa Pinandihita dulu. Dalam waktu kurang dari seminggu, saya akan kembalikan dia ke tempat ini', kata pendekar Pujangga Sakti.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Dongeng Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun