Mohon tunggu...
Ibsah M
Ibsah M Mohon Tunggu... Wiraswasta -

orang biasa yang terus belajar dan berdamai dengan diri dan lingkungan.

Selanjutnya

Tutup

Dongeng Pilihan

Jebakan Singa ......[Bagian Satu]

11 November 2014   21:59 Diperbarui: 17 Juni 2015   18:03 29
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dengan gaya meremehkan diri, diapun berkelebat menuju Dewi Rempah Wangi dan berniat hanya menotok beberapa titik di tubuhnya. Hal ini dimaksudkan agar korbannya tidak bisa bergerak dan berteriak sehingga tugasnya akan terasa lebih mudah dan ringan. Dengan kepercayaan diri yang tinggi, bayangan itu berkelebat melancarkan jurusnya. Namun betapa terkejutnya dia karena sang putri bisa mengelak dari jurus yang dilancarkannya.

Dalam kekagetannya dia masih bisa mengendalikan diri, maklumlah dia juga seorang pendekar pilihan di Negeri Pegunungan Ural. Segera saja dia mengganti jurus-jurusnya yang dirasa lebih hebat namun tidak membahayakan. Namun sama saja, semua serangannya bisa dielakkan.

Tidak disangka dalam benaknya, bahwa sang putri yang ingin ia culik memiliki kepandaian di atas rata-rata. Semakin digencarkanlah serangannya, namun hasilnya tetap sama. Rasa putus asa dan nekat mulai membayanginya. Kali ini dia mau tidak main-main. Jurus-jurus yang ganas dia mainkan, dia sudah tidak peduli lagi. Yang penting sang Putri ini bisa diculik, meski dalam keadaan terluka, begitu yang ada dalam benaknya.

Para dayang-dayang yang menemani sang putri undur teratur tanpa berteriak dan menimbulkan kegaduhan. Semua itu sudah dirancang oleh panglima kebo sora sebagai ahli strategi. Pertarungan terus berlangsung dengan hebatnya di taman keputren. Pada saat yang dirasa tepat Senopati Satria Kembara yang ditugasi di sektor itu bersuit keras. Tiba-tiba saja, Ratusan Prajurit pilihan yang melakukan taktik barisan pendam menampakkan diri dan mengepung taman keputren. Mereka langsung meloncat dan berdiri di atas tembok keputren dengan gendewa dan panah siap diluncurkan menuju sasaran.

'Menyerahlah Satria dari Pegunungan Ural.... !!!, Dikau sudah terkepung, tidak ada jalan untuk meloloskan diri daripada Dikau mati sia-sia. Lihatlah di sekelilingmu....', kata Satria Kembara dengan disertai tenaga dalam atau halus untuk menekan mental Satria itu.

Satria itu terkejut setengah mati, tidak disangka dia yang sekarang malah terjebak. Namun sebagai pendekar, tekad pantang menyerah sudah mengalir dalam darahnya. Dia atau putri yang mati, kenekatannya sekarang semakin membabi buta. Semakin digencarkan serangannya ke arah sang Putri.

Dia berharap apabila putri ini bisa ditundukkan, maka dia bisa menggunakannya sebagai tawanan. Namun sekali lagi perhitungannya keliru. ternyata serangannya tidak pernah menemui sasaran. Akhirnya diapun berniat untuk mengerahkan jurus yang paling ia andalkan di Negerinya yang sangat berbahaya dan jarang menemui tanding disertai segala kenekatan yang disertai keputusasaannya. Namun hal itu bisa dilihat oleh satria kembara.

'Ratu copet kerahkan mantra perampas ragamu.. !!!, saya akan menyiapkan kerangkeng buat dia', perintah satria kembara kepada sang putri. Ternyata sang putri itu bukan Dewi Rempah Wangi melainkan tetironnya yaitu Ratu Copet.

Siapakah Ratu Copet?, pembaca yang budiman bisa membacanya di sekuel Ratu Copet. Dengan jurus Mantra Perampas Raga, Ratu Copet mempermainkan tubuh satria negeri seberang itu dengan tenaga dalamnya yang mendekati sempurna. Tubuh Satria itu terasa dibetot oleh sebuah kekuatan maha dahsyat dan dihempaskan kesana kemari oleh si Ratu Copet. Mirip dengan ibu-ibu yang sedang mencuci dengan cara membanting cuciannya di tepi sungai di atas sebilah papan.

Pada saat yang sudah disepakati, Satria kembara membuka pintu kerangkeng. Seketika itu pula si ratu copet membetot tubuh ksatria negeri seberang itu dan menghempaskan tubuhnya ke arah kerangkeng itu. Meluncurlah tubuhnya tanpa bisa dikendalikan menuju kerangkeng. Dan 'Praaaaak.....', terdengar suara keras begitu dia masuk ke dalam kerangkeng dan dengan sigap Satria Kembara langsung mengunci kerangkeng itu. Kerangkeng itu terbuat dari bahan khusus yang sangat kuat, entah dari bahan apa. Namun jarang sekali para tahanan bisa meloloskan diri dari kerangkeng itu sekalipun pendekar dengan kemampuan tinggi.

Bagaimana nasib Satria Liong Koko yang hendak menculik sang Prabu Radmila Sangkara dan Satria satunya lagi yang hendak menculik sang Permaisuri Sri Baginda?, sebaiknya pembaca yang budiman membaca di sekuel berikutnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Dongeng Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun