image source: http://www.ceritanakecil.blogspot.com
Di sekuel sebelumnya diceritakan, sang Prabu bathinnya merasa tersejukkan dengan semilir angin yang dihembuskan oleh para wakilnya dan situasi sebaliknya terjadi pada Punggawa Wasita yang hanya bisa terdiam, tertunduk lemas seperti tawanan yang kalah sebelum perang di hadapan Pangeran Ural.
Selepas pertemuan yang dirahasiakan, bergeraklah Patih Nirwasita, Panglima Kebo Sora, Begawan Sokalima dan para Senopati pinilih melakukan semua persiapan yang diperlukan sesuai dengan hasil pertemuan itu. Terlihat Senopati Elang Biru berkelebat secepat badai menuju Padepokan Bukit Segi Lima untuk mengemban misi khusus dari Begawan Sokalima.
Di tempat lain, Pangeran Ural bersama Punggawa Wasita dan para penasihatnya melakukan pertemuan mengenai rencana penculikan keluarga Sri Baginda. Pangeran Ural dan Satria Liong Koko nampak tersenyum puas mendengar penjelasan Punggawa Wasita mengenai lokasi yang tepat untuk menculik keluarga raja dan ditel situasi keamanan di dalam istana antah berantah.
Malam itu...., sang Rembulan enggan menampakkan diri. Hanya Bintang yang terlihat banyak bertaburan di angkasa. Nampak Tiga bayangan orang berkelebat dengan cepatnya, yang tidak bisa dilihat oleh pandangan mata biasa menuju wuwungan Istana utama Negeri antah berantah.
'Aneh sekali...., kenapa Istana ini nampak lengang..', kata Satria Liong Koko dalam hati. Namun karena dia sudah berjanji pada junjungannya yaitu Pangeran ural untuk menyelesaikan tugasnya malam ini maka ditepislah rasa keanehan yang menyeruak dalam bathinnya.
Padahal sebagai pendekar yang sudah banyak makan asam garam kependekaran, dia seharusnya mengindahkan instingnya yang mengatakan bahwa suasana itu adalah sebuah jebakan. Yang terjadi malah diperintahkan kedua orang temannya untuk segera menuju istana keluarga raja dan taman keputren tempat dimana biasanya Dewi Rempah Wangi menghabiskan waktunya sebelum pergi tidur.
Kedua pendekar itu segera berkelebat, sementara dia sendiri langsung berkelebat turun menuju istana utama dimana sri baginda radmila sankara biasa melaksanakan tugas kenegaraannya.
Sesampainya di depan pendapa Istana dia melihat para Prajurit jaga sedang tertidur pulas. Diapun tersenyum dan merasa kemenangan sudah nampak di pelupuk matanya. Dia bergerak dengan cepat menuju ke dalam ruang utama istana, dilihatnya Sri Baginda sedang duduk sendiri di kursi kebesarannya. Setali tiga uang. Hal yang sama pula dialami oleh kedua rekannya. Ketika mereka berkelebat menuju istana keluarga raja dan taman keputren, para Penjaga nampak tertidur pulas.
Di taman keputren, seorang Putri dengan tinggi semampai namun mukanya di tutupi cadar nampak bersenda gurau dengan para dayang di taman keputren. 'Tak salah lagi..., ciri-cirinya persis yang diceritakan Punggawa Wasita, dia pasti Dewi Rempah Wangi', kata Pendekar yang diutus oleh Satria Liong Koko.