Mohon tunggu...
Hasbiyallah
Hasbiyallah Mohon Tunggu... Dosen - Menulis Kreatif

Pendidikan dan Keagamaan

Selanjutnya

Tutup

Tradisi Pilihan

Nilai Edukatif dalam Silaturrahim

9 Mei 2022   08:30 Diperbarui: 9 Mei 2022   08:51 589
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tradisi. Sumber ilustrasi: UNSPLASH

Kedua, nilai maaf (al-'afwu). Dalam silaturrahim, umat tidak hanya terjadi pertemuan dan perjumpaan tetapi juga saling bermaaf-maafan. Masing-masing keduanya menyadari banyak kesalahan dan khilaf sebagai manusia karena itu mereka pun bermaaf-maafan dengan tulus dan ikhlas dengan saling memberikan maaf. 

Meskipun tidak ada salah dan khilaf di antara mereka tetapi mereka melakukan hal itu. Ternyata kata maaf itu tidak hanya terucap Ketika ada kesalahan atau kealfaan tetapi kata itu pun dapat diucapkan Ketika memang tidak ada salah dan khilaf diantara umat.

Kata afwu itu pun diambil dari kalimat asmaul husna al-'afuwwu (maha pemaaf). Kalimat maaf ini harus menjadikan kita umat yang legowo, tulus dan ikhlas untuk memaafkan orang lain yang berbuat salah dan zhalim kepada kita. Sebab hari ini, masyarakat kita sudah hampir hilang sifat maafnya yang menjadi ciri khas bangsa Indonesia. 

Padahal masyarakat Indonesia telah memaafkan bangsa yang pernah menjajah negeri ini. kepada orang lain yang berbeda bangsa kita bisa memaafkan kenapa sesama bangsa sendiri kita sulit memaafkan mereka. Marilah kita pupuk rasa maaf dan memaafkan saudara sebangsa kita, agar negeri ini menjadi lebih aman, nyaman dan damai. Silaturrahim ini memberikan nilai 'afwu agar kita menjadi lebih pemaaf.

Ketiga, nilai berbagi (wahb). Umat saling berbagi dalam aktivitas silaturrahim, dan umat tidak menilai apa yang diberikannya, tetapi silaturrahim ini memang mengajarkan nilai-nilai untuk berbagi. Mereka saling berbagi dan saling memberi dalam aktivitas silaturrahim.

Ternyata apa yang mereka bagi itu adalah alat untuk lebih mempererat hubungan mereka sehingga tertanam rasa kasih sayang dan kepedulian di antara mereka. Mereka bisa berbagi kue, bingkisan atau hadiah yang hanya bertujuan agar silaturrahim mereka lebih bermakna. Mereka tidak berharap mendapatkan pemberian yang lebih baik lagi, karena pemberian mereka ketika silaturrahim itu benar-benar telah ikhlas dan tulus.

Kondisi masyarakat hari ini pun mulai kendor sifat berbaginya, mereka cenderung menjadi pihak penerima saja, bahkan berharap orang-orang berbelas kasih kepadanya. Kita dapat saksikan orang-orang yang mencari belas kasih di lampu-lampu merah. 

Bahkan terkadang mereka melakukan cara-cara licik agar orang berbelas kasih kepadanya, ada yang pura-pura hamil besar, pura-pura cacat dan lain sebagainya. Mereka memang tidak dapat memberi tetapi setidaknya jangan mengemis untuk menerima pemberian. 

Kondisi ekonomi negara yang memang belum baik ditambah lagi dengan kondisi covid. Kondisi-kondisi tersebut menyebabkan banyak pengangguran dan pengemis di jalan-jalan. Oleh karena itu, perlu kita pupuk kesadaran kita untuk memberi. Memberilah sebelum mereka meminta.

Dengan demikian, silaturrahim ini memperkuat nilai berbagi kepada mereka yang membutuhkan, jangan tunggu mereka meminta tetapi kita harus respon cepat kebutuhan mereka dan penuhi kebutuhan mereka sebelum mereka mengemis-ngemis. 

Sebab Allah pun  memiliki sifat al-Wahhab (Maha Pemberi) bahwa Allah memberikan nikmat-Nya tanpa kita minta, Allah memberikan pendengaran, penglihatan dan lain-lain tanpa pernah kita minta. Tetapi terkadang kita meminta yang memang tidak dibutuhkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Tradisi Selengkapnya
Lihat Tradisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun