Saya pikir Muslim di Malaysia dan Brunei tidak dapat dengan mudah menerima narasi semacam ini. Bahkan, Sekedar mengatakan Islam Nusantara adalah Islam Indonesia, problem ikutan akan muncul dengan pertanyaan: INDONESIA SEBELAH MANA?. Melihat ada ratusan budaya di Indonesia. Â
Kedua, pendekatan yang membenturkan Islam Arab yang penuh dengan konflik dan Islam Indonesia yang damai juga merupakan upaya pendefinisian yang gegabah.
Mengatakan bahwa Islam Indonesia adalah Islam yang "benar" dan damai sementara Islam Arab menakutkan Islam tidak dapat diterima. Â Sulit untuk dipahami bagaimana Muslim, yang memiliki sumber ajaran yang sama (Al-Quran & Sunnah) dan keyakinan yang sama, berperilaku dengan cara yang sangat kontras: damai versus konflik.
Meski kita tidak dapat menyangkal bahwa ada juga banyak Muslim yang memiliki interpretasi berbahaya terhadap Islam dan menciptakan banyak teror di banyak negara bagian dan masyarakat, tetapi masalah semacam ini terjadi di banyak negara Muslim tidak hanya di Timur Tengah.
Menilai bahwa konflik dan penderitaan di Timur Tengah karena kultur atau pemahaman Islam mereka merupakan pemahaman yang salah. Ada begitu banyak cerita bahkan dari orang-orang non-Muslim yang melakukan perjalanan ke Timur Tengah, di daerah konflik, di mana mereka merasakan kebaikan orang-orang Muslim di sana, bahkan ada beberapa yang akhirnya masuk Islam karena mereka mendapat banyak hal baik dari Muslim di sana.
Contohnya adalah kisah Laurence Booth, Ipar  Mantan PM Inggris, Tony blair yang sangat pesimis terhadap Islam dan Muslim. Kemudian berubah sikap saat disambut dan ditolong oleh keluarga Muslim Palestina.
Konflik di Timur Tengah tidak boleh disederhanakan hanya melalui satu perspektif, karena ada begitu banyak penyebab yang menghasilkan konflik dan penderitaan yang berkepanjangan di sana, seperti: intervensi politik eksternal, persaingan geopolitik dan geostrategis dari negara-negara kekuatan utama, otoritarianisme, rezim boneka, dll.
Penyebab-penyebab itu bahkan menjadi penyebab utama masalah di Timur Tengah daripada dari ajaran Islam itu sendiri.Â
Saya kira para pendukung Islam Nusantara harus sadar bahwa mereka harus berpikir lebih dalam dan lebih komprehensif untuk membenarkan klaim mereka tentang istilah ini dan relevansinya di dunia Muslim saat ini. Hanya dengan mengatakan damai atau konflik tidak cukup untuk membenarkan munculnya tradisi Islam baru di Indonesia.
Jika perdamaian berarti tidak adanya konflik, Indonesia tidak bebas dari itu sama sekali. Secara historis, sebelum dan bahkan setelah kemerdekaan Indonesia, ada ribuan orang tewas akibat konflik dan perang  yang terjadi di Indonesia. Hingga beberapa dekade terakhir ini, setidaknya ada tiga konflik etnis yang mematikan di beberapa provinsi di Indonesia, Konflik Ambon, Poso, dan Sampit.
Oleh sebab itu, menggunakan istilah "Islam Nusantara" ini untuk mempromosikan Islam yang baik di dunia harus dipertanyakan. Mungkin ada banyak aspek baik yang dapat dipromosikan dari budaya Indonesia, tetapi ada juga begitu banyak hal buruk sebagai masalah yang tidak dapat diabaikan seperti tingginya tingkat korupsi, kejahatan, kemiskinan, pornografi, pelanggaran hak asasi manusia, perdagangan narkoba, dll.