Mohon tunggu...
Hasanudin
Hasanudin Mohon Tunggu... Guru - Freelance

Menyukai Sejarah

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Anjuran Menghormati Bulan Puasa Masa Pendudukan Jepang

18 Maret 2023   20:53 Diperbarui: 18 Maret 2023   21:01 444
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Surat kabar Asia-Raya: Hari Ini Tanggal 8, Hari Pembangoenan, "Asia Timoer Raja", Selasa Paing, * Agoest. 2604 (18 Roewah 1363)- Tahoen ke-III, No. 189 yang mengabarkan Anjoeran menghormati Boelan Poeasa. Foto: https://khastara.perpusnas.go.id/

Kebijakan Nippon ketika menduduki Indonesia terkait dengan sosial budaya (Seikerei) mengundang banyak reaksi, khususnya dari orang-orang Islam. 

Pemerintahan Dai Nippon tidak belajar dari pendahulunya, bagaimana agama bisa menjadi martir terbesar bangsa ini untuk melakukan perlawanan. 

Sejak itu, pemerintah Dai Nippon mulai merangkul kalangan Islam, khususnya kalangan tradisional untuk menjadi bagian dari pemerintahannya.

Pada akhir Maret tahun 1942, pemerintahan Dai Nippon membentuk Shumubu, yaitu lembaga pemerintahan yang mengurusi bidang religi. Shumubu ini berada di tingkat pusat dan memilih sosok Kiai kharismatik asal Jombang sebagai ketuanya, yaitu K.H. Hasjim Asy'ari. 

Namun dalam menjalankan roda organisasi, K.H. Hasjim Asy'ari menunjuk putranya, Wahid Hasjim yang nantinya juga menjadi inisiator berdirinya shumuka (kantor jawatan agama daerah) yang sekarang menjadi Departemen Agama Provinsi setelah kemerdekaan.

Tampilnya kiai-kiai dari Nahdlatul Ulama (NU) dalam struktur pemerintahan Nippon bukan tanpa dasar, Nippon melihat Nahdlatul Ulama (NU) mempunyai massa yang cukup besar. Sehingga Nippon mengambil siasat untuk merangkul golongan Islam, khususnya golongan tradisional daripada golongan modernis. 

Oleh karena itu, Ricklefs menyebutnya strategi Nippon ini sebagai pesona Nippon's Islamic Grass-root policy.

Strategi Nippon untuk menciptakan Nippon's Islamic Grass-root policy dapat dilihat pada penyambutan bulan puasa di salah satu shuu (karisidenan) yaitu Bogor. 

Tindakan Nippon ini muat dalam surat kabar Soeara Asia terbit pada Selasa Paing, 8 Agoest 2604 (18 Roewah 1363), dengan judul Andjoeran Menghormati Boelan Poeasa. 

Pada surat kabar tersebut, Nippon melalui shumuka (kantor jawatan agama tingkat daerah) mengadakan pertemuan dengan di 53 Son (kecamatan) di dalam Bogor Shuu, mulai tanggal 4 sampai 17 Agoest. 

Pertemuan antara shumuka di 53 son itu dilakukan dengan para kiai, Kucho (kepala desa), Kumicho (ketua Rukun Tetangga), seinandan, keibodan, dan pemimpin lainnya.

Pertemuan yang dilakukan oleh pihak shumuka dan para pemimpin agama, kecho, kumicho, seinandan dan keibodan menghimbau kepada tokoh-tokoh yang hadir untuk menyampaikan kepada rakyat supaya mematuhi aturan-aturan yang ada pada bulan puasa. 

Selain untuk masyarakat umum, himbauan juga dikhususkan untuk penjual makanan supaya menjualnya hanya di waktu sore menjelang berbuka. Himbauan itu bertujuan agar masyarakat dapat menjalankan ibadah puasa sesuai dengan petunjuk berpuasa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun