Mohon tunggu...
Hasannudin udin
Hasannudin udin Mohon Tunggu... Guru - Guru SMA Islam Al-Azhar Bumi Serpong Damai

Membaca dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Ciri Sosiologi sebagai Ilmu

9 September 2024   06:10 Diperbarui: 10 September 2024   22:01 122
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosiologi sebagai disiplin ilmu memiliki karakteristik tersendiri dibandingkan disiplin ilmu lainnya, dan karakteristik dari disiplin ilmu sosiologi ini merupakan rangkaian panjang dari proses bagaimana lahir dan berkembangnya dari disiplin ilmu sosiologi yang bersangkutan.

Sehingga dengan karakteristik dari disiplin ilmu sosiologi tersebut yang membedakan secara jelas perbedaan dengan disiplin ilmu lainnya. Artinya dengan karakteristik yang dimiliki sosiologi sebagai disiplin ilmu menjadi patokan atau standar penting dalam melakukan pengambangan terhadap disiplin ilmu sosiologi sendiri. 

Maka dipastikan karakteristik dari disiplin ilmu sosiologi ini menjadi jangkar atau penjaga tentang bagaiamana pengembangan-pengembangan dari disiplin ilmu sosiologi ini. 

Pentingnya karakteristik disiplin ilmu sosiologi ini bukan hanya untuk para ilmuwan yang mendedikasikan dirinya untuk pengembangan disiplin ilmu sosiologi bersangkutan, tetapi bisa juga digunakan untuk mengkonvirmasi dalam menganalsisis masyarakat apakah tunduk tidak pada karakteristik dari disiplin ilmu sosiologi.Adapun ciri-ciri sosiologi sebagai ilmu yakni:empiris, teoritis, komulatif, dan non ethis.

Sosiologi bersifat empiris, artinya kajian dari disiplin ilmu sosiologi berdasarkan peristiwa yang benar-benar terjadi. Artinya peristiwa tersebut memang benar-benar terjadi terapat fakta dan data yang mendukung terjadinya peristiwa tersebut. 

Misalnya saja, peristiwa kerusuhan sampit tahun 2001 di ( Kalimantan tengah ). Sebut saja kita mau meneliti tentang akar permasalahan mengapa sampai terjadi tragedi sampit, maka kegiatan penelitian untuk mencari akar masalah terjadinya tragedi di sampit adalah merupakan contoh dari sosiologi bersifat empiris. 

Sosiologi tidak akan meneliti peristiwa yang tidak berdasarkan fakta yang benar-benar terjadi dalam kehidupan sosial, misalnya kita akan meneliti tentang bagaimana perjalanan peristiwa perjalanan seseorang setelah kematian.Peristiwa perjalanan seseorang pasca kematian tidak bisa diamatiatau karena dimensinya bukan empiris tetapi dimesnsinya non empiris.

Sosiolog bersifat teoritis, artinya kajian dari sosiologi dapat menghasilkan atau menemukan teori baru. Maka teori baru tersebut dihasilkan setelah melalui serangkaian peneitian sehingga menemukan teori baru, misalnya ketika Karl Marx meneliti tentang bagaimana hubungan antara kaum buruh dan kaum pengusaha ( borjuis ) di negara Jerman, akhirnya Karl Marx menemukan teori Konflik. 

Menurut Karl Marx konflik antara kaum pengusaha ( Borjuis ) dan kaum buruh ( proletar ) dalam keadaan konflik terus menerus, hal itu terjadi karena antara dua kelas tersebut memiliki kepentingan berbeda.Kelas pengusaha ( borjuis ) berusaha meraih laba sebanyak-banyaknya, sementara itu kaum buruh dieksplotasi sumber daya oleh kaum pengusaha dengan mendapatkan upah yang rendah. 

Maka kaum buruh untuk merubah kesejahteraanya tidak mungkin hanya berharap dari kebaikan kaum pengusaha ( borjuis) semata , maka pemogokan oleh kaum buruh merupakan jalan dibenarkan untuk menekan kaum pengusaha agar memperbaiki kesejahteran kaum buruh. Disisi lain kaum pengusaha ( Borjuis ) ketika menghadapi aksi pemogokan kaum buruh tidak serta merta meluluskan permintaan kaum buruh dan lajimnya kaum pengusaha bekerjasama dengan pihak pengusaha untuk menghentikan aksi-aksi pemogokan dilakukan kaum buruh.

Sosiologi bersifat kumulatif, artinya kajian sosiologi berupaya untuk memperbaharui teori yang sudah ada. Karena pada dasarnya teori yang lahir tersebut sesungguhnya berdasarkan kajian dari fenomena sosial yang terjadi dalam waktu tertentu saja. 

Maka dipastikan teori tersebut memang handal dalm menganalisis fenomena sosial yang terjadi pada waktu tertentu saja namun, teori tersebut belum tentu bisa diandalkan untuk menganalisis femomena sosial dalam waktu yang berbeda. Karena sesungguhnya fenomena sosial itu selalu dinamis dan bukalah bersifat statis, maka menjadi wajar teoripun perlu diperbaharui untuk menganalisis dinamika dari fenomena sosial tersebut. 

Misalnya dalam teori konflik karya Karl Mark memandang masyarakat adaklah sejarah pertentagan kelas, hal itu relevan dengan fenomena sosial sebagai dampak dari revolusi industri. Dalam dinamikanya terdapat perubahan-perubahan terkait kesejahteraan terhadap kaum buruh sebagai akibat gerakan revolusi sosial di Eropa. 

Kini di Eropa pada umumnya kedudukan buruh dan penguasaha adalah keduanya adalah mitra yang saling membutuhkan dan menguatkan satu dengan lainnya, maka konflik antar dua golongan ini relatif sudah bisa diminimalisir. Bahkan Talcott Parsons melihat masyarakat sangat bebeda jauh dengan pandangan Karl Marx menurutnya, Masyarakat adalah sebagai sebuah satu kesatuan yang harmoniinys. 

Pandangan Talcott Parsons ini dengan menganalogikan masyarakat seperti sistem organ tubuh manusia, artinya jika dalam organ tubuh manusia masing-masing komponen berfungsi optimal maka terjadi keharmonisan dalam tubuh manusia. Sebaliknya jika salah stau bagain dari tubuh manusia tidak berfugsi dengan baik, maka terjadi disharmoni akan terjadi dalam tubuh manusia. 

Menurtnya masyatakat itu memiliki struktur yang terdiri dari beragam komponen, ketika masing-masing komponen berfungsi optimal dipastikan akan terjadi keharmonisan dalam kehidupan sosial. Begitu pula sebaliknya jika masing masing komponen dalam struktur masyarakat ada yang tidak berfungsi maka dipastikan akan terjadi disharmoni dalam kehidupan sosial.

Sosiologi bersifat non ethis, artinya kajian sosiologi terhadap fenomena sosial harus terbebas dari persepsi masyarakat tentang baik atau buruk atas fenemana sosial yang hendak dikaji. Misalnya kita hendak meneliti tentang faktor penyebab atau akar masalah seorang perempuan menjalankan profesi sebagai pekerja seks komersial di lokalisasi Saritem Bandung. Seorang peneliti jangan sampai terpengaruh atas opini atau persepsi dari masyarakat tentang penyebab -- penyebab seseorang menjalani profesi sebagai pekerja seks komersial. 

Yang harus dilakukan peneliti adalah menemukan data kemudian mengananalisis tentunya dengan metode ilmiah selanjutnya baru disimpulkan tentang akar masalah atau penyebab seseorang menjalani kehidupan sebagai pekerja seks komersial di lokalisasi Saritem Bandung. Dan Kesimpulan yang dikemukan peneliti tersebut tentang penyebab seseorang menjalani kehidupan sebagai pekerja seks komersial atas dasar hasil penelitiaan dan tidak dipengaruhi oleh persepsi atau opini masyarakat tentang fenomena tersebut.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun