Sosiologi bersifat kumulatif, artinya kajian sosiologi berupaya untuk memperbaharui teori yang sudah ada. Karena pada dasarnya teori yang lahir tersebut sesungguhnya berdasarkan kajian dari fenomena sosial yang terjadi dalam waktu tertentu saja.Â
Maka dipastikan teori tersebut memang handal dalm menganalisis fenomena sosial yang terjadi pada waktu tertentu saja namun, teori tersebut belum tentu bisa diandalkan untuk menganalisis femomena sosial dalam waktu yang berbeda. Karena sesungguhnya fenomena sosial itu selalu dinamis dan bukalah bersifat statis, maka menjadi wajar teoripun perlu diperbaharui untuk menganalisis dinamika dari fenomena sosial tersebut.Â
Misalnya dalam teori konflik karya Karl Mark memandang masyarakat adaklah sejarah pertentagan kelas, hal itu relevan dengan fenomena sosial sebagai dampak dari revolusi industri. Dalam dinamikanya terdapat perubahan-perubahan terkait kesejahteraan terhadap kaum buruh sebagai akibat gerakan revolusi sosial di Eropa.Â
Kini di Eropa pada umumnya kedudukan buruh dan penguasaha adalah keduanya adalah mitra yang saling membutuhkan dan menguatkan satu dengan lainnya, maka konflik antar dua golongan ini relatif sudah bisa diminimalisir. Bahkan Talcott Parsons melihat masyarakat sangat bebeda jauh dengan pandangan Karl Marx menurutnya, Masyarakat adalah sebagai sebuah satu kesatuan yang harmoniinys.Â
Pandangan Talcott Parsons ini dengan menganalogikan masyarakat seperti sistem organ tubuh manusia, artinya jika dalam organ tubuh manusia masing-masing komponen berfungsi optimal maka terjadi keharmonisan dalam tubuh manusia. Sebaliknya jika salah stau bagain dari tubuh manusia tidak berfugsi dengan baik, maka terjadi disharmoni akan terjadi dalam tubuh manusia.Â
Menurtnya masyatakat itu memiliki struktur yang terdiri dari beragam komponen, ketika masing-masing komponen berfungsi optimal dipastikan akan terjadi keharmonisan dalam kehidupan sosial. Begitu pula sebaliknya jika masing masing komponen dalam struktur masyarakat ada yang tidak berfungsi maka dipastikan akan terjadi disharmoni dalam kehidupan sosial.
Sosiologi bersifat non ethis, artinya kajian sosiologi terhadap fenomena sosial harus terbebas dari persepsi masyarakat tentang baik atau buruk atas fenemana sosial yang hendak dikaji. Misalnya kita hendak meneliti tentang faktor penyebab atau akar masalah seorang perempuan menjalankan profesi sebagai pekerja seks komersial di lokalisasi Saritem Bandung. Seorang peneliti jangan sampai terpengaruh atas opini atau persepsi dari masyarakat tentang penyebab -- penyebab seseorang menjalani profesi sebagai pekerja seks komersial.Â
Yang harus dilakukan peneliti adalah menemukan data kemudian mengananalisis tentunya dengan metode ilmiah selanjutnya baru disimpulkan tentang akar masalah atau penyebab seseorang menjalani kehidupan sebagai pekerja seks komersial di lokalisasi Saritem Bandung. Dan Kesimpulan yang dikemukan peneliti tersebut tentang penyebab seseorang menjalani kehidupan sebagai pekerja seks komersial atas dasar hasil penelitiaan dan tidak dipengaruhi oleh persepsi atau opini masyarakat tentang fenomena tersebut.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H