Ketika  seseorang  pensiun menyebabkan  terputusnya  peran  sosial seseorang  yang dikaitkan dengan fungsi dan kewenangannya dalam struktur sosial, kondisi ini akan berdampak  terhadap mental dan  psikologisnya. Sebelumnya  banyak aktivitas  dilakukannya terkait dengan peran yang  yang dimilikinya,  kini  setelah  peranan  sosial  sudah tidak dimilikinya  lagi, maka  semua aktivitas sosial menjadi terhenti.Yang  dihadapi dalam keseharinnya  kesunyian   dan kesepian serta  merasa terisolasi dalam  kehidupan sosial. Munculnya pergolakan batin  itu tidak bisa dihindari,  dalam  menghadapi kehidupannya yang  penuh ketidak pastian.  Tentunya  kondisi  seperti itu  natural pasti dialami oleh siapapun,  namun goncangan  psikologis itu tidak boleh  terlalu lama dihadapi seseorang yang tidak memiliki peran sosial. Seseorang  yang memberikan kesempatan  terlalu lama  terjadinya goncangan sosial terjadi dalam dirinya,  memberikan efek buruk dalam dirinya, sangat mungkin berimbas pada penurunan kesehatan fisikdan jiwa.Tentunya diperlukan  upaya   tepat, agar seseorang  yang  kehilangan peran sosialnya,  dapat kembali  pulih mental psikologisnya  dalam menjalankan kehidupan sehari-hari. Ada beberapa  strategi sebagai jawaban, agar seseorang yang sudah kehilangan peran sosialnya, dapat kembali pulih mental psikologisnya diantaranya: 1). Membangun rutinitas baru, 2). Berkarya dalam kehidupan sosial, 3).Belajar hal-hal  yang  baru,4).Memelihara dan mengembangkan hobi,5).Melakukan kegiatan sosial.
Membangun rutinitas
Membangun rutinitas baru, merupakan cara yang efektif  agar seseorang yang telah kehilangan peran sosialnya dapat kembali pulih mental psikologisnya. Tidak mudah untuk membangun rutinitas baru,  disamping rutinitas mendarah daging dalam kehidupan seseorang, yang baru saja kehilangan peran sosial dalam kehidupannya. Sangat tidak mudah bagi seseorang untuk menghilangkan memori  masa lampau, karena memori tersebut  sangat kuat tertanam  dalam pada  pikiran dan jiwa seseorang. Membuat agenda rutinitas baru merupakan ikhtiar, sebagai upaya untuk mengeluarkan secara perlahan-lahan pada seseorang  dari bayang-bayang memorinya  pada waktu lampau. Memang tidak mudah membuat agenda rutinitas baru,  bagi seseorang yang baru saja terputus aktivitas sosialnya, namun dengan energi dan tekad kuat untuk dapat adaptasi dengan situasi yang baru, tidak mustahil akan terbentuk agenda rutinitas baru.  Setelah agenda  Kegiatan rutinitas baru terbentuk, aktivitas selanjutnya melaksanakan secara bertahap agenda rutinitas  dalam kehidupan sehari-hari. Dengan melaksanakan agenda rutinitas baru ini, bayangan rutinitas lampau akan terkikis secara perlahan-lahan, ketika rutinitas  baru itu sudah menjadi pola hidupnya, dipastikan seseorang  telah menikmati kehidupan barunya dan sudah terlepas dari bayang-bayang masa lalunya.
Berkarya dalam kehidupan sosial.
Berkarya  bagi seseorang  yang telah kehilangan peran sosialnya tidaklah mudah, tetapi dengan tetap berkarya pada bidang baru membawa seseorang untuk melupakan aktivitas-aktivitas masa lalunya.  Dengan berkarya terus akan tetap memelihara kesehatan mental dan fisik seseorang, sehingga keberlangsungan kehidupan akan tetap terjaga. Memang benar  tidak mudah berkarya bagi seseorang yang  tidak memiliki peran sosial, namun  dengan motivasi dan tekad kuat  tantangan bisa dilampaui dan bermuara hadirnya karya baru dalam kehidupannya.Hadirnya karya baru itu akan mengkonvirmasi  bagi  seseorang,   tentang dirinya masih produktiv  dan  sekaligus berpeluang berperan lagi  dalam  kondisi yang baru. Karena  berkarya  sebenarnya  adalah sebagai dari lambang jati diri seseorang, maka ketika seseorang sedang berkarya sesunguhnya sedang berupaya untuk publikasi siapa jati dirinya yang sebenarnya. Indikator-indikator sebagai pribadi itu yang bisa diukur melalui karya-karya dalam hidupnya, pihak lain akan memberikan  gambaran  tentang  pribadi seseorang melalui karya yang dibuatnya. Apalagi jika karyanya  diakui  publik, maka akan memberikan  dampak tidak hanya  pulih mental dan psikologisnya,  lebih dari itu  bisa mengisnpirasi orang lain untuk bangkit yang sedang mengalami kondisi seperti itu.
Belajar hal yang baru.
Belajar hal yang baru bagi seseorang yang tidak memiliki peran sosial,  memang  tidaklah mudah seperti membalikan telapak tangan, pasti membutuhkan pengurbanan banyak. Penting diperhatikan jika  kita hendak mempelajari hal-hal yang baru: 1). Apakah hal-hal baru yang hendak  dipelajari masih ada hubungangnya dengan aktivitas sebelumnya; 2). Ataukah hal-hal baru yang  hendak dipelajari tidak ada hubungannya dengan aktivitas sebelumya. Ketika hal-hal baru yang hendak dipelajari masih terkoneksi dengan aktivitas sebelumnya, maka  akan mudah beradaptasi terhadap konten hal-hal baru yang hendak dipelajari. Tantangan mempelajari hal-hal yang baru itu pasti ada, tetapi jalannya  tidak banyak mengalami hambatan  mempelajari hal-hal yang baru, karena masih ada relevansi hal-hal  baru yang hendak dipelajari dengan aktivitas terdahulu. Akan berbeda sekali jika hal-hal baru yang hendak dipelajari,  berbeda sekali dengan  aktivtas terdahulu, maka tantangannya sangat besar dalam mempelajari hal-hal baru tersebut.Kesulitan adaptasi terhadap hal-hal baru yang hendak dipelajari, akan memberikan konstrbusi  tidak mudahnya  dalam mempelajari hal-hal yang baru. Sangat mungkin bila kemampuan adaptasinya rendah,  terhadap hal-hal baru yang hendak dipelajari, maka  kegagalan dalam mempelajari hal-hal baru  sangat besar potensinya.
Memelihara dan mengembangkan  hobi.
Seseorang pasti memiliki hobi dalam kehidupannya, karena hobi  tumbuh dan berkembang  berasal dari kehidupan seharihari. Hobi itu kegiatan diakukan seseorang sifatnya rekretif,  dan  menjadi identitas seseorang. Karena hobi sifatnya rekreatif, maka kegiatan tersebut harus membawa seserorang dalam kondisi  bahagia. Penting sekali   melakukan kegiatan hobi bagi seseorang,  yang sudah tidak memiliki peran sosial  dalam kehidupan bermasyarakat. Mengapa demikian, karena  terdapat  proses pengalihan aktivitas seseorang dari  stagnan menjadi dinamis. Ketika seseorang  melakukan  aktivitas berbasis hobi ini, sebenarnya dapat  melepaskan hormon endorfin memelihara mood seseorang .Tentunya  aktivitas hobi yang  dilakukan hanya untuk rekreasi semata,  dan tidak memiliki relevansi dengan perubahan kesejahteraan.  Akan berbeda sekali bila kegiatan hobi tersebut tidak hanya berbasis untuk memelihara mood semata, akan tetapi kegiatan hobi tersebut dioptimalkan serta dikembangkan lagi untuk tujuan peningkatan kesejahteran. Sehingga  dengan aktivitas hobi  berkualitas akan  mendapatkan keuntungan  terpeliharanya mood, dan terjadinya peningkatan kesejahteraan  bagi seseorang.
Melakukan kegiatan sosial.
Melakukan kegiatan sosial bagi seseorang yang tidak memilki peran sosial setelah masa pensiun sangat penting, dengan melakukan kegiatan sosial merupakan upaya untuk mengkoneksikan kembali  peranannya dalam kehidupan sosial.Tentunya  keterlibatan seseorang dalam beraktivitas sosial sangat berbeda  sekali, dalam kegiatan sosial dibandingkan peranannya terdahulu  terkait dengan struktur sosial yang dimilikinya.Kini kegiatan sosial dilakukan seseorang semata-mata bersifat nirlaba dan ingin tetap memberikan manfaat dalam kehidupan sosial. Adanya  kegiatan sosial itu  telah menghubungkan dirinya dalam kehidupan bermasyarakat,  sehangga  perasan terisolasi dan serta hampa  hidupnya  akan hilang dengan sendirinya. Maka  seseorang sering terlibat dalam kegiatan sosial,  sedang  menghidupkan kembali suasana simpati dan empati terhadap sesama.  Hal ini berarti ketika seseorang melakukan kegiatan sosial, sedang melepaskan hormon endorfin yang dapat memelihara suasana batinnya menjadi gembira.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H