Itulah beberapa faktor internal yang dihadapi oleh masyarakat dalam menyikapi banyaknya angka pengangguran yang ada di Indonesia ini.
Adapun faktor eksternalnya antara lain:
- Kurangnya Lapangan Pekerjaan
Pada tahun ini angka pengangguran di indonesia mencapai 300 ribu orang, sehingga total keseluruhan pengangguran di Indonesia mencapai 7,45 Juta orang, sehingga jika dikalkulasikan Indonesia mencatat angka pengangguran terbesar di Asia Tenggara, faktor yang paling utama dalam pengangguran ini adalah kurangnya lapangan pekerjaan, sehingga mereka meskipun lulusan S1 pun belum tentu diterima untuk bekerja. Bapak Wakil Presiden RI Jusuf Kalla mengatakan bahwa "tatalah niat awal kalian dalam mencari ilmu, karena percuma bila seseorang hanya mencari ilmu untuk pekerjaan, maka orang tersebut akan rugi ". Kata-kata Wapres ini sangat logis sekali, karena beliau melihat keadaan rakyat di Indonesia yang semakin tahun angka pengangguran semakin bertambah.
Sektor pertanian masih menjadi pokok paling banyak dalam menentukan pekerjaan, kedua adalah di sektor perdagangan, ketiga adalah jasa masyarakat, keempat adalah Industri manufaktur, keempat sektor ini adalah sektor yang paling dominan didalam mengatasi penurunan angka pengangguran. Pada tahun 80-an di Zaman Orde Baru semasa kepemimipinan Soeharto banyak menciptakan lapangan pekerjaan, sehingga dengan begitu akan mengurangi angka pengangguran nasional.
- Lemahnya Pendapatan Negara
Faktor ini adalah faktor kedua yang paling penting setelah lapangan pekerjaan, karena dengan lemahnya pendapatan negara akan mempengaruhi merosotnya moral ekonomi di Indonesia, sekarang Indonesia banyak dihantui oleh Maling Berdasi, mereka tidak bertanggung jawab dan semena-mena dalam mengambil uang negara, sehingga faktor ini dapat membuat lemahnya pendapatan negara, oleh karena itu, para Koruptur-Koruptor kelas kakap yang masih hidup, itu harus dimusnahkan, agar Indonesia tidak termasuk negara yang menghasilkan koruptor terbanyak, karena menurut sepengetahuan saya bahwa indonesia itu temasuk negara yang paling banyak koruptornya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H