Mohon tunggu...
Hasanatul Fitria
Hasanatul Fitria Mohon Tunggu... Model - Mahasiswi

Menuntut ilmu

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Penanaman Pendidikan Akhlaq dan Moral Melalui Kegiatan TPQ di Dusun Baran Desa Gunungsari

2 Februari 2022   15:30 Diperbarui: 2 Februari 2022   15:41 319
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kuliah Kerja Mahasiswa Dari Rumah (KKM DR) adalah mata kuliah yang wajib ditempuh oleh Mahasiswa UIN Maulana Malik Ibrahim Malang yang sudah memenuhi persyaratan SKS yang telah dipenuhi pada semester sebelumnya. 

Pelaksanaan KKM-DR oleh mahasiswa UIN Maulana Malik Ibrahim Malang ini didampingi oleh dosen pendamping lapangan yang akan mengontrol kegiatan dilapangan baik secara online maupun offline. 

Dilaksanakanya KKM-DR ini dengan mengambil tema mengenai "Moderasi Beragama dan Peningkatan Ekonomi Masyarakat Pasca Pandemi" dengan tujuan supaya mahasiswa dapat mengabdi kepada masyarakat baik dari segi lingkungan, sosial, agama, pendidikan, dan teknologi. 

Dalam masa pandemi ini kuliah kerja mahasiswa dapat dilakukan di domisilinya sendiri dengan tujuan mempermudah dan memutus rantai penularan COVID-19 yang masih mewabah di Indonesia.

Dusun Baran merupakan salah satu Dusun yang ada di Desa Gunungsari, Kecamatan Tajinan, Kabupaten Malang. Dusun Baran memiliki tiga RW dan memiliki tujuh RT. 

Dusun barang terkenal dengan masyarakat yang kebanyakan berasal dari Madura. Dusun Baran pula yang menjadi sebuah rekomendasi dari kepala Desa Gunungsari dan juga menjadi penempatan pengabdian pertama kali yang diletakan di Dusun Baran. 

Ada beberapa permasalahan yang disampaikan Kepala Desa kepada kelompok KKM-DR saya, salah satunya adalah permasalahan lingkungan dan minimnya kesadaran akan pendidikan yang keduanya menjadi bagian dari program kerja kami selama berlangsungnya KKM-DR.

Dalam pelaksanaannya, kami memiliki salahsatu program kerja yang berkaitan dengan pendidikan khususnya dalam peningkatan kesadaran tentang pendidikan, yaitu membantu mengajar di TPQ. Hal ini kami anggap wajib untuk dilaksanakan di Dusun Baran mengingat jumlah anak kecilnya sangat banyak dan juga mereka kurang sadar akan pentingnya belajar, menuntut ilmu agama, dan juga berperilaku santun.

Berawal dari problematika tersebut kami anggota KKM-DR terinspirasi dan berinisiatif  membantu masyarakat dalam menyelesaikan masalah tersebut dengan bekerjasama dan berkoordinasi dengan beberapa TPQ setempat untuk membantu mengajar selama satu bulan dengan system yang kami buat. Setelah berkoordinasi dan telah disetujui oleh kedua pihak akhirnya kami memutuskan untuk ikut serta dalam kegiatan belajar mengajar di TPQ Miftahul Huda dan TPQ Baiturrohman. 

Teknis dari program kerja ini yang pertama adalah merundingkan model pembelajaran, pengelompokan berdasarkan kemampuan anak, serta pembagian pendidik. 

Dikarenakan kedua TPQ tersebut memiliki model pembelajaran yang berbeda, TPQ Miftahul Huda berpatok kepada kitab-kitab jawa pegon sedangkan TPQ Baiturrohman menggunakan metode Iqro' saja. Maka kami membagi tenaga pendidik sesuai kemampuannya dalam membantu pembelajaran di TPQ.

Dokpri
Dokpri

Pada pertemuan pertama kami masih mengadakan perkenalan serta kegiatan observasi lingkungan terlebih dahulu untuk melihat situasi dan kondisi anak-anak saat tiba dan siap untuk mengikuti kegiatan pembelajaran di TPQ. Kemudian kami mencoba mengadakan placement test guna mengklasifikasikan sejauh apa kemampuan anak dalam membaca Iqro'. Hasilnya, beberapa dari mereka bisa dibilang kemampuan dasarnya masih kurang sesuai dengan standar pada batasan di setiap level Iqro'nya. 

Maka dari itu tak heran bila kami menurunkan kelas Iqro' untuk anak yang kami anggap kurang sesuai dengan standarnya. Meski beberapa dari mereka ada yang menolak untuk diturunkan kelas Iqro'nya namun kami dengan segala cara meyakinkan kepada mereka untuk tetap tenang dan tetap menjalani pembelajaran karena turun kelas bukan berarti mereka tidak bisa, akan tetapi mereka hanya kurang berlatih dan kurang teliti saja.

Pada pertemuan kedua kami sudah mengklasifikasikan kelas Iqro' berdasarkan kemampuan anak yang sesungguhnya. Kami juga sudah membagi anggota kelompok kami untuk memegang setiap kelas yang ada. Walaupun setiap kelas tidak memiliki jumlah anak yang sama, ada yang kurang dari lima, ada yang lebih dari lima. Namun hal tersebut bukanlah hambatan yang besar bagi kami untuk terus belajar dan mengajari. Pada pertemuan ini, kami juga sudah membuatkan presensi. Hal ini merupakan inovasi yang dapat digunakan seterusnya oleh pengurus TPQ. 

Mengingat sebelumnya tidak ada presensi karena sistem yang dianut adalah kebebasan anak untuk mengaji. Selain pengadaan presensi yang dirasa efektif untuk mengetahui minat anak untuk mengaji di TPQ, kami juga membagikan buku Iqro', kertas monitoring iqro', serta Al-Qur'an gratis kepada anak-anak. Hal ini kami rasa dapat membuat antusias mengaji mereka semakin tinggi sehingga lebih rajin dalam menghadiri kegiatan TPQ.

Dalam pelaksanaannya, kami mengajar TPQ setiap hari kecuali pada hari Kamis untuk TPQ Baiturrohman dan hari Jumat untuk TPQ Miftahul Huda. Kegiatan ini kami lakukan rutin setelah sholat Maghrib. Meski jarak yang kami tempuh cukup jauh untuk sampai ke TPQ tapi tidak membuat kami malas untuk mengajarkan kebaikan. Misi kami diawal yakni bagaimana caranya agar mereka sadar bahwa belajar itu perlu, apalagi mempelajari ilmu-ilmu agama, dan juga tetap sopan dan santun kepada sekitar. Maka dari itu, mau tidak mau kami harus selalu bersemangat agar misi yang kami buat diawal dapat berhasil kami gapai.

Diawal pertemuan setiap harinya kami awali dengan mengabsen terlebih dahulu, kemudian mengadakan ice breaking sebentar. Ice breaking ini kami lakukan guna mengulas kembali pembelajaran pada pertemuan sebelumnya dengan dikemas kegiatan seru dan menarik seperti menyanyikan lagu-lagu edukasi sambal bertepuk tangan, kuis singkat, dan lain-lain. Setelah ice breaking selesai barulah mereka dapat berkelompok sesuai dengan kelasnya masing-masing dan didampingi oleh anggota kelompok kami yang menjadi pengajar disetiap kelasnya. 

Pembelajaran dilakukan kurang lebih empat puluh menit dan akan diakhiri setelah adzan isya' berkumandang. Setelah adzan isya' berkumandang, semua anak dikumpulkan kembali menjadi satu kemudian menjawab adzan isya' bersama-sama. Meski beberapa dari mereka banyak yang masih belum hafal doa setelah adzan, namun kami berusaha mendampingi dan mengajarkan mereka bagaimana doa setelah adzan dan bagaimana adab ketika berdoa.

Mengevaluasi dari banyaknya anak yang masih belum hafal doa setelah adzan, kami memiliki inisiatif untuk mengadakan satu pertemuan yang membahas mengenai doa sehari-hari, doa sapu jagat, doa keselamatan dunia dan akhirat, doa kepada kedua orang tua, dan doa-doa lainnya yang kami rasa perlu untuk mereka ketahui untuk bekal diri mereka kelak. 

Tidak hanya itu, kami juga menambahkan pengetahuan keislaman pada beberapa pertemuan agar mereka mengerti pengetahuan dasar agamanya sendiri. Pengetahuan tersebut diantaranya adalah seperti rukun islam, rukun iman, niat sholat, niat berwudhu, nama-nama nabi dan rasul, asmaul husna, dan yang lainnya. 

Tidak hanya itu, kami mengajarkan pula adab yang baik kepada orang yang lebih tua, sesama, orang yang lebih muda, bahkan bagaimana caranya mencintai diri sendiri. Pembelajaran-pembelajaran tersebut tentunya kami kemas semenarik mungkin dan terus menerus kami ajarkan supaya menjadi kebiasaan yang baik serta agar mereka tidak jenuh dan tetap menikmati proses bermain sambil belajar.

Dokpri
Dokpri

Dokpri
Dokpri

Ada beberapa hambatan yang kami alami selama melaksanakan program kerja ini, yakni ketika hujan deras, banyak dari mereka yang tidak hadir. Hal ini dikarenakan jarak rumah yang cukup jauh menuju TPQ sehingga mereka memilih untuk tetap di rumah. Maka tak jarang ketika hujan deras yang hadir hanya sekitar tujuh sampai sepuluh anak saja. 

Beberapa kelas bahkan sempat tidak ada anak yang hadir. Dampak dari kurangnya murid yang hadir yakni target dari setiap pertemuan menjadi kurang tercapai secara maksimal. Namun hal tersebut tidak melunturkan semangat kami untuk tetap pergi ke TPQ walau jumlah muridnya sedikit.

Setelah melakukan beberapa kali metode pembelajaran yang telah kami tetapkan, kami rasa pembiasaan-pembiasaan tersebut cukup efektif untuk terus dilaksanakan karena perubahan dari mereka sudah cukup baik dibandingkan dengan pertama kali kami datang. Baik dari segi sikap, kemampuan bersosial, dan tutur kata mereka.

Adapun tujuan dari diadakanya beberapa inovasi pada TPQ oleh mahasiswa KKM-DR UIN Malang yang bekerjasama dengan pengajar setempat dengan memodifikasi metode pembelajarannya tidak lain dan tidak bukan adalah untuk menyesuaikan kemampuan anak-anak dan juga penanaman moral anak mulai usia dini. 

Keuntungan lain yang dapat diambil dari program ini bisa dijadikan sebagai program berkelanjutan, tidak hanya sampai pada saat KKM-DR berakhir. Sehingga kami masih dapat menyambung silaturahmi sekaligus melihat perkembangan program kerja yang telah dilaksanakan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun