Mohon tunggu...
hasan.ali.penulis
hasan.ali.penulis Mohon Tunggu... Lainnya - Penulis

Penulis yang ingin membagikan pikiran aneh dan liarnya melalui kisah fiksi berbentuk cerita pendek :)

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Momong Jimbrot

15 September 2024   19:29 Diperbarui: 28 September 2024   08:52 222
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Gemblung!" ujar salah seorang di antara mereka.

"Bukan saya yang gemblung. Tapi gulanya yang gemblung, sebab sekarang lagi musim hujan," ujar Daplun mengelak, tanpa ada rasa penyesalan terhadap apa yang barusan ia ucapkan.

"Maafkan Parti, Pak. Kudi Bapak tidak ketemu."

"Kamu tahu, Ti. Kudi Bapak bukan sembarang kudi. Bapak sudah momong kudi itu selayaknya momong anak sendiri. Dan mungkin kamu juga belum tahu kalau kudi Bapak juga memiliki nama, layaknya kamu yang Bapak namakan Parti, kudi Bapak namanya Jimbrot. Aji-aji gembrot. Kamu lihat perut kudi itu maju ke depan kayak orang gembrot. Bapak momong Jimbrot sebelum lahirnya kamu, sebab Bapak mendapatkan benda itu dari ibumu yang itu juga berasal dari bapaknya ibumu dan seterusnya hingga pertama kali Jimbrot dibuat. Jimbrot adalah bukti cinta ibu kamu yang memercayakan aji-aji itu untuk dirawat oleh Bapak. Itu sebabnya Bapak menyayangi Jimbrot sebagaimana menyayangi ibumu yang telah meninggal dan juga seperti Bapak menyayangimu. Dan kini, barangkali sudah waktunya Jimbrot berpindah tangan. Jika nanti kamu berhasil menemukan Jimbrot, serahkan ia kepada lelaki yang kamu cintai dan layak untuk menjadi pendamping hidupmu."

Orang-orang mendengarkan ocehan Daplun kepada parti layaknya mendengar dongeng seorang bapak kepada anaknya sebelum tidur. Namun, kali ini bukan anaknya yang tertidur melainkan bapaknya yang tertidur. Tertidur untuk selamanya.

Orang-orang yang mengerumuni Daplun menangis berjemaah. Entah menangis sebab kematian Daplun, atau sebab belum ditemukannya Jimbrot, atau malah sekadar formalitas belaka.

"Apakah kudi ini yang dimaksud sebagai Jimbrot?" tanya Parno sembari memperlihatkan kudi yang ia letakkan di sebuah wadah di balik pinggangnya.

Parti tersenyum dalam tangisnya. "Benar. Dan kini Jimbrot telah bersama tuan barunya."

***

Hasan Ali. Buku-bukunya: "Salahkah Aku Terlahir Introvert?", "Berteman dengan Sepi", "InSTAN", dan "Cinta Tah Cita". Cerpen-cerpennya terbit di Ruang Litera SIP dan golagongkreatif.com, serta dicetak secara antologi bersama penulis lain. Pembaca bisa menyapa penulis melalui instagram @hasan.ali.penulis.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun