Mohon tunggu...
hasan.ali.penulis
hasan.ali.penulis Mohon Tunggu... Lainnya - Penulis

Penulis yang ingin membagikan pikiran aneh dan liarnya melalui kisah fiksi berbentuk cerita pendek :)

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Momong Jimbrot

15 September 2024   19:29 Diperbarui: 28 September 2024   08:52 210
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Parti memberanikan diri untuk meloncat ke sungai kecil itu, tidak peduli meski ia tak bisa berenang. Meski kecil, sungai tetaplah sungai. Apalagi semalam hujan turun begitu deras. Air sungai itu setinggi leher Parti, namun arusnya cukup kuat untuk menghanyutkan tubuh Parti yang tak berisi.

"Aaarrrggghhh...."

Parti berteriak sebagaimana bapaknya berteriak, namun suaranya tak cukup kencang untuk didengar orang-orang. Malaikat pencabut nyawa telah bersiap melaksanakan tugasnya di tepi sungai, namun sebelum melompat ke sungai, seorang lelaki mendahului sang malaikat. Dan itu cukup untuk menunda kematian Parti.

Lelaki itu menyeret Parti ke tepi sungai.

"Terima kasih," ucap Parti dengan senyum yang mengembang dan jantung yang berdebar-debar seperti halnya orang-orang yang sedang jatuh cinta. Dan mungkin ia memang sedang jatuh cinta dengan Parno, sosok yang menolong dirinya. Ia tahu betul reputasi Parno di kampung. Ia adalah pendiri Kelompok Usaha Bersama yang berfokus untuk meningkatkan kualitas produksi gula di kampung itu. Gula yang berkualitas tinggi itu nantinya akan dieskpor ke luar negeri. Parno bercita-cita untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat desa tanpa meninggalkan identitas mereka.

Parti masih memandangi wajah Parno yang teramat manis, terutama pada kumis tipisnya yang melintang di bawah hidung.

"Bagaimana keadaanmu sekarang?"

"Sudah cukup baik."

"Mari saya antar ke rumahmu."

Ajakan itu, tentu segera diterima oleh Parti. Ia dan Parno berjalan beriringan.

Orang-orang yang masih mengerumuni bapaknya, termasuk Pak Mantri yang telah datang, segera dibuat kaget dengan kedatangan Parti yang membawa kepucatan di wajahnya. Orang-orang semakin dibuat kaget setelah bapaknya sama sekali tidak menanyakan kondisi anaknya, tapi justru menanyakan kudinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun