Terakhir, setiap media punya "citra" yang ingin mereka bangun di mata pembacanya. CNBC Indonesia ingin dilihat sebagai media yang optimis, pro-solusi, dan mendukung kestabilan ekonomi. Mereka fokus pada berita yang mencerminkan keberhasilan pemerintah dan potensi pasar. Sebaliknya, CNN Indonesia ingin dikenal sebagai media yang kritis, berani, dan peduli pada isu-isu rakyat kecil. Citra ini adalah bagian penting dari strategi brand mereka, yang bertujuan untuk menarik dan mempertahankan pembaca setia.
Jadi, meskipun CNBC Indonesia dan CNN Indonesia berada di bawah satu payung grup media, perbedaan dalam audiens, kepentingan ekonomi, ideologi, dan citra membuat mereka menyajikan narasi yang sangat berbeda. Hal ini menunjukkan bahwa media tidak pernah sepenuhnya netral; mereka selalu punya sudut pandang yang disesuaikan dengan tujuan dan kebutuhan masing-masing. Bagi kita sebagai pembaca, penting untuk selalu melihat berita dengan cara yang kritis. Membaca dari berbagai sumber dan mencoba memahami konteks di balik pemberitaan akan membantu kita mendapatkan gambaran yang lebih utuh dan tidak mudah terpengaruh oleh framing tertentu. Realitas yang kita pahami sering kali bukan fakta murni, melainkan hasil dari narasi yang telah dipilih dan dikemas oleh media.
Membaca Media dengan Kritis
Di tengah pemberitaan yang beragam, seperti yang kita lihat dari kasus CNBC Indonesia dan CNN Indonesia, satu hal yang jelas: kita nggak bisa percaya begitu saja pada satu sumber berita. Media punya cara masing-masing untuk membingkai sebuah cerita, dan itu sering dipengaruhi oleh kepentingan, audiens, atau bahkan strategi bisnis mereka. Sebagai pembaca, kita harus lebih kritis dalam menyerap informasi.
CNBC Indonesia menggambarkan pemerintah seperti pahlawan yang berhasil menjaga stabilitas harga BBM di tengah krisis. Di sisi lain, CNN Indonesia menunjukkan sisi yang lebih kelam, menyoroti dampak kebijakan BBM terhadap masyarakat kecil yang semakin tertekan. Mana yang benar? Jawabannya: bisa jadi dua-duanya benar, tergantung dari sudut pandang mana kamu melihatnya. Tapi di sinilah masalahnya: berita yang kita baca sering kali hanya menunjukkan "sepotong kue," bukan keseluruhan gambaran. Dan itulah kenapa kita harus belajar membaca lebih dari sekadar judul atau paragraf pertama.
Media, pada dasarnya, adalah bisnis. Mereka harus menjual berita yang menarik perhatian audiens mereka. Dan untuk melakukannya, mereka memilih cara tertentu untuk menyampaikan sebuah cerita. Framing yang mereka gunakan, seperti menonjolkan sisi positif atau negatif, sebenarnya adalah strategi untuk membuat berita mereka lebih relevan bagi pembaca mereka. Jadi, apa yang kita anggap sebagai "fakta" sering kali sudah dipengaruhi oleh sudut pandang tertentu.
Biar nggak gampang terjebak, kita harus mulai membiasakan diri membaca berita dari berbagai sumber. Jangan cuma percaya satu media, apalagi kalau media itu terus-terusan punya nada yang sama dalam pemberitaan mereka. Misalnya, kalau CNBC Indonesia terus memuji pemerintah, coba cari perspektif lain dari media yang lebih kritis, seperti CNN Indonesia, untuk mendapatkan sudut pandang yang berbeda. Sebaliknya, kalau CNN terlalu sering mengkritik, mungkin ada baiknya mencari berita lain yang menyoroti sisi positifnya.
Selain itu, penting juga untuk mempertanyakan motivasi di balik pemberitaan. Siapa audiens yang mereka sasar? Apa kepentingan mereka dalam membingkai cerita seperti itu? Apakah berita yang mereka sampaikan punya data pendukung yang valid? Dengan mempertanyakan hal-hal ini, kita bisa lebih waspada terhadap bias media dan nggak mudah terpengaruh oleh narasi yang sengaja dibentuk.
Kesimpulannya, jangan jadi pembaca yang pasif. Di zaman sekarang, informasi melimpah ruah, dan tugas kita adalah menyaring mana yang benar-benar berisi dan mana yang hanya sekadar sensasi. Membaca berita secara kritis bukan berarti curiga pada semua media, tapi lebih ke membangun kesadaran bahwa apa yang kita baca adalah hasil konstruksi. Kalau kita bisa memahami ini, kita nggak cuma jadi pembaca berita, tapi juga jadi orang yang lebih bijak dalam menyikapi informasi. Karena pada akhirnya, realitas yang kita pahami itu adalah pilihan kita sendiri: mau melihatnya dari satu sisi saja, atau mencoba memahami keseluruhannya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H