Mohon tunggu...
Hasan Ali Murtadha
Hasan Ali Murtadha Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Univeritas Bakrie

Peneliti

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Satu Atap, Dua Narasi: Bagaimana Media Membangun Realitas yang Bertolak Belakang

8 Januari 2025   09:18 Diperbarui: 8 Januari 2025   09:18 31
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Satu Atap, Dua Narasi: Bagaimana Media Membangun Realitas yang Bertolak Belakang

Media punya peran besar dalam membentuk cara kita memandang dunia. Apa yang kita anggap sebagai "fakta" sering kali adalah hasil dari cara media menyampaikan berita---atau lebih tepatnya, bagaimana mereka membingkai suatu peristiwa. Uniknya, bahkan media yang dimiliki oleh perusahaan yang sama bisa menyampaikan sudut pandang yang bertolak belakang. Kok bisa? Jawabannya ada pada cara mereka mengatur strategi pemberitaan berdasarkan siapa audiensnya dan apa yang ingin dicapai.

Misalnya, ambil contoh isu bahan bakar minyak (BBM) yang ramai jadi topik menjelang Pemilu 2024. CNBC Indonesia dan CNN Indonesia, dua media besar yang ada di bawah satu grup induk, menyajikan berita tentang BBM dengan nada yang sangat berbeda. CNBC Indonesia cenderung menggambarkan pemerintah seperti pahlawan yang berhasil menjaga stabilitas harga BBM di tengah krisis global. Di sisi lain, CNN Indonesia malah fokus pada kritik terhadap kebijakan BBM, terutama dampaknya pada masyarakat kecil.

Apa artinya? Kedua media ini, meski berada di bawah satu "atap", sebenarnya berbicara kepada audiens yang berbeda. CNBC Indonesia lebih condong menyasar pelaku bisnis dan investor yang peduli pada stabilitas ekonomi. Mereka menyukai narasi positif, karena stabilitas ekonomi juga berarti peluang bisnis yang baik. Sementara itu, CNN Indonesia lebih membidik audiens umum---orang-orang biasa yang sehari-harinya harus berhadapan dengan dampak kebijakan BBM, seperti kenaikan harga atau pembatasan subsidi. Jadi, framing atau sudut pandang yang mereka pilih disesuaikan dengan kebutuhan audiens mereka.

Dari sini, kita bisa melihat bahwa media bukan sekadar menyampaikan berita, tetapi juga membangun narasi. Satu isu yang sama bisa terlihat seperti cerita yang benar-benar berbeda tergantung bagaimana media "membungkusnya". Inilah yang membuat kita, sebagai pembaca, perlu lebih kritis dan sadar bahwa apa yang kita baca di media sering kali hanyalah potongan dari gambaran besar. Jadi, apa yang terlihat seperti "fakta" sebenarnya adalah realitas yang telah dikemas ulang oleh media sesuai tujuan mereka.

Mengapa BBM Jadi Senjata Politik di Pemilu 2024?

Isu bahan bakar minyak (BBM) selalu jadi topik panas di Indonesia. Nggak heran, karena BBM itu punya dampak langsung ke hampir semua aspek kehidupan kita---mulai dari harga sembako, ongkos transportasi, sampai biaya produksi. Jadi, ketika Pemilu 2024 mendekat, BBM otomatis jadi alat politik yang sangat strategis. Tapi kenapa BBM begitu penting dalam politik? Yuk kita bahas!

BBM itu urusannya sama rakyat banyak. Semua orang, dari pengusaha besar sampai tukang ojek, merasakan efek langsung dari kebijakan BBM. Misalnya, kalau harga BBM naik, otomatis ongkos angkot juga ikut naik. Dampaknya? Semua kebutuhan hidup jadi lebih mahal. Nah, di sinilah politisi sering masuk untuk menunjukkan keberpihakan mereka. Siapa pun yang bisa meyakinkan rakyat kalau mereka punya "solusi" soal BBM bakal dapat simpati dan suara. kebijakan BBM sering dianggap cermin keberhasilan atau kegagalan pemerintah. Kalau pemerintah bisa menjaga harga BBM tetap stabil, mereka bakal terlihat seperti pahlawan yang melindungi rakyat dari "badai ekonomi global." Sebaliknya, kalau harga BBM naik atau subsidi dipotong, oposisi bakal langsung pakai itu sebagai senjata untuk menyerang pemerintah. Mereka bakal bilang pemerintah nggak peduli sama rakyat kecil atau nggak mampu mengelola negara dengan baik. BBM itu juga punya dimensi ekonomi dan simbolis yang kuat. Di satu sisi, pemerintah perlu menjaga harga BBM supaya rakyat nggak kesulitan. Tapi di sisi lain, subsidi BBM itu mahal banget untuk negara. Kalau terlalu banyak subsidi, anggaran negara bisa terbebani. Jadi, pemerintah sering dihadapkan pada dilema besar: mau bikin rakyat senang, tapi anggaran negara ngos-ngosan, atau mau ambil langkah tidak populer seperti menaikkan harga BBM, tapi bikin rakyat marah? Di masa Pemilu, keputusan seperti ini bisa menentukan hasil pemungutan suara. BBM sering dijadikan alat untuk menunjukkan keberpihakan politik. Misalnya, kandidat atau partai yang ingin terlihat "pro-rakyat" akan bicara soal memperjuangkan harga BBM murah atau memperluas subsidi. Di sisi lain, mereka yang ingin terlihat "pro-pasar" akan bicara soal efisiensi anggaran atau inovasi energi. Semua ini pada akhirnya adalah strategi untuk menarik hati pemilih.

Jadi, singkatnya, BBM jadi senjata politik di Pemilu 2024 karena menyentuh kebutuhan dasar masyarakat dan jadi simbol bagaimana pemerintah atau kandidat peduli sama rakyat. Di sisi lain, media juga memainkan peran penting dengan membingkai isu BBM ini. Apakah pemerintah terlihat sebagai pahlawan yang melindungi rakyat atau justru sebagai pihak yang tidak peduli---semua tergantung bagaimana isu ini diberitakan. Dan, seperti yang kita tahu, narasi media bisa memengaruhi cara kita memahami kenyataan.

Dua Wajah Media: Bagaimana Framing Menciptakan Realitas Berbeda

Media itu seperti kacamata yang kita pakai buat melihat dunia. Tapi bayangkan kalau kacamatanya berbeda warna---misalnya satu biru, satu merah---maka hal yang sama bisa terlihat beda banget. Nah, itulah yang terjadi pada pemberitaan isu bahan bakar minyak (BBM) menjelang Pemilu 2024. CNBC Indonesia dan CNN Indonesia, meskipun sama-sama berada di bawah satu grup perusahaan, menyajikan realitas yang bertolak belakang. Kok bisa? Jawabannya ada di framing alias cara mereka "membingkai" berita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun