Mohon tunggu...
Boeng Basri
Boeng Basri Mohon Tunggu... Jurnalis - Silence

Tetap baik!

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Tumbal Wadas: Bertahan Sekeras Andesit Kala Aparat Menginvasi

10 Februari 2022   02:42 Diperbarui: 10 Februari 2022   03:00 347
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Masyarakat Wadas diobral janji manis, seperti pemanis buatan yang manis diawal dan pahit setelahnya. Lalu termanipulasi dengan bualan birokrasi.

Pada Selasa (8/2/22), aparat dari kepolisian hingga militer hilir mudik menyisir setiap lokasi di desa tersebut, spanduk bertuliskan kegamblangan penolakan merekapun tak luput dari aksi swiping aparat. Menurut informasi yang dihimpun, sebanyak 60 orang warga Wadas, dan tiga belas orang diantaranya adalah anak-anak yang dicokok aparat tanpa alasan yang jelas.

Mengutip dari laman media sosial Instagram @YLBHI, secara brutal aparat mengepung dan menangkap masyarakat Desa Wadas. Parahnya lagi, aliran listrik di desa itu diindikasi sengaja dipadamkan dan sinyal komunikasi sengaja di takedown. Entah apa alasannya, yang pasti itu adalah untuk menekan persuasif negatif dari tindakan mereka. Itu semua sudah bisa dianalisis.

Selain itu, dari penjagaan yang sangat ketat, bantuan hukum pun dilarang keras untuk memasuki wilayah Desa Wadas. Tak cuma di situ, saat ratusan aparat mengepung desa tersebut, mereka meringsek ke sebuah Masjid dan menangkap beberapa warga. Padahal, saat itu warga sedang berdoa bersama.

Nasib mereka kini dalam sabung tarungan. Kekuatan mereka hanya dibatas angan dan doa, tak lebih. Mereka sebagaimana dasarnya seorang mahkluk Sosial-(utopis) yang menginginkan kedamaian hidupnya dengan keselarasan alamnya.

Perjuangan mereka bukan hanya mempertahankan tanah mereka, tapi mempertahankan ekosistem-hidup kelompok mereka dan garis generasi mereka. Keriwuhan mereka semakin tertekan, intimidasi kepada mereka semakin kencang menambah ketakutan warga yang tidak tahu menahu.

Flying victim dari aparat dan pejabat publik pun seakan menyesatkan dan disinformasi publik. Yang pada kenyataannya sangat mengerikan. Mereka yang bertahan harus berjuang mati-matian melawan ketakutan dari aparat berseragam yang menenteng senjata yang siap kokang.

Masyarakat Wadas yang ditahan dinarasikan sebagai pelaku, karena katanya, mereka mencoba melawan dengan alat senjata tajam. Faktanya, aparat merampas paksa alat itu dari tangan ibu-ibu yang sedang bekerja dan memasak di pos penjagaan mereka. Aparat memberikan pernyataan tidak benar dengan mengatakan mereka yang ditangkap membawa senjata tajam. Para pendamping hukum dihalangi oleh mereka.

Jika kondisi sudah begitu, semuanya akan ditekan harus meng-"Iya" kan tindakan mereka. Pada akhirnya, perjuangan mereka akan berakhir dengan kekecewaan. Dan mereka semua akan bertanya-tanya, di mana keadilan?.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun