Layanan jejaring sosial dan mikroblog daring yang memungkinkan penggunanya untuk mengirim dan membaca pesan berbasis teks hingga 280 karakter yang dikenal dengan sebutan kicauan sedang ramai dengan tagar 'Tangkap Prof Hoax' yang mana tertuju pada Prof. Dr. Drs. Henry Subiakto, S.H., M.Si., Ia seorang professor, pengajar atau dosen di Universitas Airlangga Surabaya, pakar di bidang Ilmu Komunikasi Politik. Pada tanggal 30 April 2016, Prof. Dr. Drs. Henry Subiakto, S.H., M.Si., dikukuhkan sebagai guru besar untuk bidang Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Disaksikan oleh (saat itu) Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo), Rudiantara. Di pengukuhan guru besar tersebut, Prof. Dr. Drs. Henry Subiakto, S.H., M.Si., membacakan orasi ilmiahnya yang berjudul "Transformasi Teknologi Komunikasi Digital terhadap Perubahan Sosial sebagai Persoalan Aktual". Penelitiannya menjelaskan bahwa realitas teknologi informasi dan komunikasi melahirkan Over The Top (OTT) yang menguasai bisnis komunikasi.
Warganet menuding Henry Subiakto telah menyebarkan berita bohong. Salah satu yang paling disorot warganet yaitu kicauan Henri Subiakto soal gambar seorang anak perempuan yang ia sebut sebagai korban perang saudara di Irak.Â
Anak ini rindu ibunya yg tlh tiada krn perang saudara di Irak. Ia melukis di lantai & tidur di atasnya. Banyak manusia menderita krn negaranya hancur dilanda konflik politik. Indonesia punya potensi itu, mk kita hrs jaga negeri ini dr jahatnya perusak kedamaian & kesatuan. pic.twitter.com/hybSeSM3cx--- Henry Subiakto (@henrysubiakto) December 15, 2021
Aktivis demokrasi, Nicho Silalahi merasa heran dengan Henry Subiakto sebagai pakar komunikasi di Kementerian Informasi dan Komunikasi tetapi gemar sebar hoaks.Â
Prof gambar mu HOAK.
Apa anda sedang bereksperimen ?
Pakar komunikasi kok hobby tebar HOAK sih Prof ?
Apa @kemkominfo itu kementerian spesialis penyebar HOAK ?
Pantas saja web bokep ga bisa hilang wong staf ahlinya hobby banget nyebar HOAK.
Aku curiga jangan gelarmu Hoak juga--- Nicho Silalahi ( Nicholas Frans Giskos ) (@Nicho_Silalahi) December 16, 2021
Saya tertarik dengan kalimat Nicho Silalahi, "Apa anda sedang bereksperimen." Hal ini mengingatkan nama Alan Sokal. Pada edisi ke-46/47 Spring-Summer 1996, Social Text, jurnal ternama di Amerika Serikat, mempublikasikan paper berjudul Transgressing the Boundaries: Towards a Transformative Hermeneutics of Quantum Gravity. Paper sepanjang 39 halaman itu ditulis Alan Sokal, seorang profesor fisika di New York University dan profesor matematika di University College London. Tanpa disangka, beberapa minggu kemudian, tepatnya pada 15 April 1996, dalam esai berjudul Physicist Experiments with Cultural Studies yang terbit di jurnal Lingua Franca, Alan Sokal membeberkan bahwa papernya yang tayang di Social Text hanyalah parodi untuk mengejek para pemikir posmodern. Dengan kata lain, paper itu adalah hoax.
Apa yang dilakukan Alan Sokal dan Henry Subiakto memang berbeda tujuan. Dan warganet banyak yang mendesak polisi agar segera menangkap Henry ihwal tudingan penyebaran hoax.
Tolong Pak @DivHumas_Polri,
kandangin dulu profesor dongok ini @henrysubiakto dah nyebar HOAX, setelah itu kirim ke RSJ, keknya ybs sedang mengalami gangguan kejiwaanYang setuju retweet! pic.twitter.com/oBaN0CAFsI--- Boss (@BossTemlen) December 16, 2021
Saya mencoba menelusuri bahwa foto yang diunggah Profesor Henry Subiakto adalah foto milik seniman dan fotografer asal Iran yang bernama Bahareh Bisheh. Foto itu dia unggah di akun instagramnya pada 18 Juni 2015, dan foto tersebut pertama kali diunggah oleh Bisheh di situs stok foto Flickr pada 15 Juli 2012. Foto tersebut diberi keterangan "I Have a Mother... photo By: Baharer bisheh from iran".Â
Foto Bahareh Bishehada ini juga diunggah di laman iroon dengan judul "Unreality: Bahareh Bisheh's photography", pada tanggal 17 Agustus 2014. Lalu, pada tanggal 26 Februari 2016, situs Children In Families mengunggah foto tersebut yang merupakan karya fotografer sekaligus seniman Iran bernama Bahareh Bisheh. Dalam situs Children In Families dijelaskan bahwa bocah perempuan dalam foto tersebut adalah salah satu saudara sepupu Bisheh. Foto itu diambil ketika saudara sepupu Bisheh itu tertidur di trotoar di luar rumah mereka. Foto ini kemudian menghebohkan media sosial karena bercerita tentang kisah anak yatim-piatu yang merindukan ibunya.
Jadi foto milik Bahareh Bishehada tidak terkait dengan kicauan Henry Subiakto, "Anak ini rindu ibunya yg tlh tiada krn perang saudara di Irak. Ia melukis di lantai & Â tidur di atasnya. Banyak manusia menderita krn negaranya hancur dilanda konflik politik. Indonesia punya potensi itu, mk kita hrs jaga negeri ini dr jahatnya perusak kedamaian & kesatuan."
Namun, Henry mengakui kekeliruannya soal gambar anak yang ia unggah, meski para warganet tetap melontarkan kritik pedas terhadap dosen Unair itu.
"Saya terima kasih dikoreksi ttg sejarah foto ini. Tapi kalau anda meributkan pesan utuh twit sy yg menggambarkan banyak manusia menderita Krn negaranya hancur dilanda konflik, dan itu anda abaikan, berarti anda tdk tertarik dengan pesan damai, tp lbh suka menyalahkan," tutur Henri.
Sy terima kasih dikoreksi ttg sejarah foto ini. Tp kalau anda meributkan pesan utuh dr twit sy yg mengabarkan bnyk manusia menderita krn negaranya hancur dilanda konflik, dan itu anda abaikan, berarti anda tdk tertarik dg pesan damai, tp lbh suka menyalahkan. https://t.co/x9L4cPbqsz--- Henry Subiakto (@henrysubiakto) December 16, 2021
Untuk Anda & yg sepikiran agar paham hukum ttg hoax, twit ini tdk sy hapus. Krn pesan twitku bkn pemberitahuan bohong dg sengaja utk menerbitkan keonaran di dunia fisik. Tp kekeliruan ilustrasi dijadikan bahan yg diributkan. Jawaban sy ini skaligus sbg koreksi thd gambar itu.--- Henry Subiakto (@henrysubiakto) December 16, 2021
Apakah, kepolisian akan menindaklanjuti laporan warganet?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H