Mohon tunggu...
Haryo WB
Haryo WB Mohon Tunggu... Penulis - Sinau Bareng
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Menulis merangsang refleksi, jadi jika kamu tidak bisa mereflesikan sesuatu untuk ditulis, tetaplah mencoba untuk menulis

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Australia Bentuk Pacific Fusion Centre di Vanuatu, Apa Kabar BIN

15 Desember 2021   18:15 Diperbarui: 18 Desember 2021   04:43 358
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seriusnya potensi konflik bukan saja disebabkan oleh sengketa di kawasan Laut China Selatan, melainkan juga terkait dengan perebutan apa yang disebut sebagai sphere of influence China yang secara perlahan namun pasti terus mengglobal dan menjadi tantangan bagi negara-negara sekutu Barat. 

Pengaruh China di Asia misalnya semakin mengakar di Kamboja dan Myanmar, kemudian juga menggoyang loyalitas Filipina ke Barat, memperoleh simpati Malaysia dan Indonesia, dan dapat diterjemahkan dari hubungan ekonomi maupun sikap politik negara-negara di kawasan.  

China juga telah mengembangkan pengaruh yang cukup besar di kawasan Asia Tengah dan Selatan, terakhir mendekati pemerintahan Taliban. Pengaruh bantuan ekonomi China ke Afrika serta sikap China yang lebih bersahabat dengan negara-negara Timur Tengah juga membuat China lebih disenangi daripada Amerika Serikat dan sekutunya yang terlalu banyak persyaratan dalam membangun hubungan kerjasama.

Khusus di Pasifik, pengaruh nyata China dapat dilihat dari berubahnya pengakuan diplomatik Kepulauan Solomon dari Taiwan ke China. Selain itu, Tonga, Samoa, dan Vanuatu juga memiliki sudah masuk dalam pengaruh China baik karena diplomasi China yang mendukung maupun karena bantuan ekonomi. 

Bagaimana dengan Indonesia? 

Semakin derasnya kerjasama ekonomi berupa proyek-proyek strategis yang dikerjakan dari dana bantuan China dalam kesepakatan terdapat paket pekerja asal China baik pekerja ahli maupun sekedar buruh kasar. Faktor ini yang dalam media massa sering dihebohkan dengan TKA asal China. 

Dalam kasus Pacific Fusion Centre (PFC), diharapkan Indonesia dapat merangkul Australia dan menunjukkan adanya kesamaan kepentingan dengan tetap memelihara independensi kebijakan luar negeri maupun intelijen. Oleh karena Pacific Fusion Centre (PFC) adalah sharing intelijen strategis, maka sah-sah saja bila Indonesia mengupayakan hubungan yang baik dengan Australia dan negara-negara Pasifik. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun