Mohon tunggu...
Haryono Yono
Haryono Yono Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

"Say No to Hoax"

9 November 2017   09:54 Diperbarui: 9 November 2017   11:08 2384
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam beberapa kasus ekstrim bahkan bisa menyebabkan sebuah negara hancur. Salah satunya adalah kasus Saracen yang baru-baru ini terjadi. Saracen merupakan suatu kelompok di media sosial yang menebarkan kebencian (hate speech) dan hoax untuk menyerang pihak-pihak tertentu. Unggahan tersebut berupa kata-kata, narasi, maupun meme serta menyebarkan berita bohong bernuansa SARA di media sosial yang tampilannya mengarahkan opini pembaca untuk berpandangan negatif terhadap kelompok masyarakat lain. Kasus Saracen ini membuat para pengguna media sosial menjadi terpengaruh dan menimbulkan konflik.

Kasus Saracen di atas merupakan salah satu contoh kasus penyebaran berita hoax yang menimbulkan perpecahan serta dampak yang buruk bagi kita. Selain menimbulkan perpecahan, penyebaran berita hoax akan menimbulkan dampak negatif, salah satunya adalah berita hoax membuat fakta tidak lagi bisa dipercaya. Dengan semakin viralnya berita hoax, fakta sebenarnya malah bisa dicap sebagai berita hoax. Dengan ini masyarakat bisa kebingungan tentang fakta mana yang harus dipercaya. 

Kemudian, dampak negatif dari berita hoax adalah generasi muda bisa tersita waktunya. Sebuah studi dari Universitas Stanford menunjukkan anak muda terutama remaja atau mahasiswa menilai kebenaran berita dari detail konten seperti jumlah dan besarnya foto, panjang artikel, dan lain lain. Penelitian ini dilakukan kepada 7.840 siswa dari berbagai latar belakang. 

Responden diminta untuk memberikan evaluasi terhadap konten berita yang ditujukan. Hasil dari penelitian tersebut menyatakan bahwa anak muda lebih memprioritaskan isi artikel daripada sumber berita. Hal ini menjadi alasan kenapa anak muda sangat rentang sekali dengan berita hoax. Dari berbagai macam dampak negatif yang ditimbulkan dari adanya hoax adalah memicu perpecahan. Berita hoax seringkali bermuatan isu SARA. Masyarakat yang tidak bisa membedakan isu mana yang benar dan hoax akan membuat masyarakat menjadi terpecah belah dan akan menimbulkan konflik yang besar.

Dengan melihat dampak hoax yang demikian besarnya, sudah saatnya masyarakat waspada dan segera mengambil sikap untuk mengurangi penyebaran hoax. Masyarakat harus dengan cermat memilah informasi yang didapatkan dan harus berhati-hatidalam menyebarkan informasi palsu yang boleh jadi sangat merugikan bagi pihak lain.

Menurut Ketua Masyarakat Anti Hoax Septiaji Eko Nugroho menguraikan terdapat beberapa langkah sederhana yang dapat dilakukan untuk mengidentifikasi apakah berita tersebut hoax atau tidak (kompas.com, Minggu 8/1/2016).Pertama, Jika informasi yang didapatkan berasal dari media online atau media sosial harus terlebih dahulu dicek kebenarannya yaitu dengan mencermati alamat situs informasi yang diperoleh apakah dari website atau mencantumkan link serta alamat URL situs dimaksud. Kedua, Perhatikan darimana asal berita tersebut dan bersumber dari siapa berita tersebut. Apakah dari KPI atau institusi resmi, jangan cepat percaya pada berita yang berasal dari pengamat, tokoh politik, ormas dan sebagiannya.Ketiga, Bukan hal yang sulit pada era digital ini untuk memanipulasi foto bahkan memang ada software yang digunakan untuk memanipulasi tetapi tidak digunakan dengan bijak oleh oknum untuk melakukan hal yang tidak bertanggung jawab.Keempat,Berita hoax kerapkali membubuhi judul sensasional yang provokatif, misalnya dengan langsung menudingkan jari ke pihak tertentu. Isinya pun bisa dicomot dari berita media resmi, hanya saja diubah-ubah agar menimbulkan persepsi sesuai yang dikehendaki sang pembuat hoax.Dan Kelima,  Ikut serta grup diskusi anti-hoax seperti misalnya di Facebook terdapat sejumlah fanpage dan grup diskusi anti hoax, misalnya Forum Anti Fitnah, Hasut, dan Hoax (FAFHH), Fanpage & Group Indonesian Hoax Buster, Fanpage Indonesian Hoaxes, dan Grup Sekoci.

Cara lain yang bisa dilakukan untuk mengantisipasi adanya berita hoax adalah dengan cara memulai kesadaran diri akan bahaya hoax dan tidak membuat hoax yang baru. Kita sebagai pengguna internet adalah pelaku yang bisa saja sewaktu-waktu menjadi penyebab dan penulis konten hoax di masa yang akan datang. Dengan menyadari bahaya dari hoax dan dampak negatifnya untuk publik menjadikan kita sadar bahwa membuat konten hoax dapat menimbulkan berbagai kerugian. Hoax dapat menimbulkan kerugian untuk diri sendiri dan orang lain.

Dengan dampak hoax yang demikian besarnya tersebut, sudah saatnya masyarakat waspada dan segera mengambil sikap untuk mengurangi penyebaran hoax. Dimulai dari diri sendiri, dengan cerdas memilih berita dan membatasi diri untuk tidak membuat hoax yang baru sekiranya dapat mengurangi tingkat hoax dan menghilangkan tren hoax secara berangsur-angsur. Setelah dari diri sendiri memberikan kemanfaatan kepada orang lain.

Selain itu, perlu dilakukan edukasi pada jurnalis dan masyarakat. Gerakan untuk melek berita hoax perlu dikumandangkan kepada segenap lapisan masyarakat secara konsisten dan berkesinambungan terutama di kalangan siswa yang sangat rentan terhadap berita hoax. Cara mengedukasi siswa untuk memerangi hoax diantaranya guru lebih intensif mengawasi siswa dalam menggunakan media sosial. Kemudian, guru mengajarkan cara penggunaan medsos secara cerdas dan bijak.

Penggunaan medsos secara cerdas perlu diajarkan kepada para siswa sangat penting, sebab mereka masih perlu bimbingan agar tidak terpengaruh dengan informasi menyesatkan. Siswa harus diajarkan dan diberi pemahaman tentang penggunaan media sosial, serta tidak mudah mempercayai informasi-informasi menyesatkan. Ada kegiatan yang dapat dijadikan sebagai salah satu memerangi dampak berita hoax yakni kegiatan pendidikan literasi media. Melalui kegiatan ini diharapkan dapat menghasilkan siswa yang cerdas dan kritis, serta mampu membuat penilaian terhadap konten media hingga akhirnya mampu membedakan mana media yang baik dan buruk.

Bimbingan ini diharapkan mampu menstimulan kecerdasan siswa terhadap penggunaan medsos. Kemudian, memberikan edukasi kepada keluarga tentang bahaya berita hoax. Keluarga merupakan agen sosialisasi primer untuk membentuk kepribadian seseorang. Keluarga menanamkan kebiasaan-kebiasaan nilai dan norma dasar. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun