Mohon tunggu...
Haryo Dwi Setyoputro
Haryo Dwi Setyoputro Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Siber Asia

Mahasiswa Universitas Siber Asia

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Perlunya Mengatasi Kesenjangan Antar Bangsa pada Pemanfaatan Teknologi Revolusi Industri 4.0 dalam Penanganan Pandemi Global

19 Juli 2021   02:21 Diperbarui: 19 Juli 2021   06:20 195
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Revolusi Industri 4.0 telah melahirkan banyak kemajuan bagi umat manusia. Teknologi sangat berkembang dan dapat dimanfaatkan untuk kecerdasan buatan dalam diagnosa medis hingga teknologi selular untuk pengumpulan data dan pelacakan kontak. Tetapi sayangnya, teknologi ini belum merata distribusinya ke seluruh dunia. Bagi negara-negara berkembang, seperti halnya negara kita Indonesia, tentu ini adalah sebuah kerugian karena membuat bangsa kita menjadi sasaran empuk penyebaran wabah yang terjadi saat ini.

Teknologi yang beraneka ragam ini terbukti sangat membantu dalam penanganan pandemi. Kecerdasan buatan dan teknologi menghasilkan alat pengumpulan data untuk membantu melacak kontak, memeriksa gejala, dan memprediksi wabah dan resiko penyebaran. 

Apple dan Google misalnya, telah bermitra untuk mengadaptasi teknologi Bluetooth seluler untuk pelacakan kontak. Platform berbasis komputasi awan memudahkan pekerja dan pelajar untuk melakukan semuanya dari jarak jauh. 

Begitu pula pemanfaatan drone dan robot yang bisa mengirimkan pasokan medis ke fasilitas kesehat serta obat-obatan dan makanan kepada pasien yang terinfeksi. 

Perkembangan fintech, dalam hal ini uang digital, telah memungkinkan para vendor dan konsumen untuk tidak menggunakan uang tunai. Kemajuan nanoteknologi juga memainkan peran penting dalam diagnosa cepat, terapetik, serta monitoring dan pengembangan vaksin.

Seperti yang telah kita singgung di awal tulisan, bahwa tidak semua negara memiliki kemampuan yang sama dalam pemanfaatan teknologi tersebut. Hal ini bergantung pada infrastruktur fisik dan digital, serta sumber daya manusia yang bisa memanfaatkannya. Profesor Landry Signe dari Universitas Stanford menggolongkan negara-negara tersebut menjadi empat kategori :

a. Kapasitas tinggi, penggunaan tinggi. Negara dengan kapasitas tinggi dan efektifitas tinggi telah bisa memanfaatkan Revolusi Industri 4.0 secara efektif untuk melawan pandemi. 

Pada tahun lalu misalnya, Jerman telah berhasil mempertahankan tingkat kematian relatif lebih rendah daripada negara Eropa lainnya dan menggunakan data lokasi dari smartphone untuk melakukan contact tracing. 

Korea Selatan juga sejak awal pandemi, telah menggunakan aplikasi mobile untuk melaporkan gejala, dan memanfaat kecerdasan buatan untuk chatbot serta menyebarkan informasi berdasarkan kondisi dan lokasi pengguna. 

Hal ini didukung oleh regulasi di Korea Selatan yang mana Kementrian Kesehatan memiliki kekuasaan untuk mengumpulkan data dari operator telekomunikasi, transaksi kartu kredit, GPS dan sumber-sumber lain, dan aparat akan langsung secara otomatis diberitahu sistem bila seseorang melanggar karantina wajib.

b. Kapasitas/ kemampuan tinggi, penggunaan rendah. Dalam negara kategori ini, sistem layanan kesehatan mungkin bisa terlambat merespon bahaya yang akan terjadi apabila tidak bisa mengintegrasikan teknologi yang bisa mereka manfaatkan. Pada awal pandemi, hal ini terjadi pada Amerika Serikat dan Spanyol. Meski situasi telah berubah saat ini pada negara-negara tersebut.

c. Kapasitas/ kemampuan rendah, penggunaan tinggi. Pada negara dengan kapasitas rendah tapi penggunaan tinggi, mungkin seperti di negara kita Indonesia, dan negara-negara berkembang lainnya, dimana penggunaan smartphone makin populer, teknologi bisa dimanfaatkan untuk membantu mempromosikan social distancing. 

Sebenarnya ini sudah dimulai di negara kita, hanya saja mungkin penetrasinya perlu ditingkatkan lagi. Dapat dilihat dari penggunaan uang digital seperti OVO, ShopeePay, LinkAja, dan lain sebagainya yang sudah cukup banyak dipakai. Penggunaan aplikasi seperti Tokopedia dan Shopee untuk berbelanja online, dan Gojek atau Grab untuk melakukan pengiriman dan transportasi, menunjukkan negara kita sudah menuju ke arah yang benar. Pemanfaatan teknologi informasi untuk penanganan pandemi juga sudah cukup baik. Hanya saja memang infrastruktur di negara kita belum merata hingga pelosok, kita optimis ke depannya kita mampu mencapai kapasitas yang lebih tinggi.

d. Kapasitas/ kemampuan rendah, penggunaan rendah. Kategori terakhir. Ini adalah negara-negara yang paling beresiko tinggi dalam pandemi. Seperti yang terjadi pada beberapa negara di Afrika, dimana pemerintah harus berpikir keras bagaimana caranya untuk mengerahkan sumber daya terbatas dalam penanganan pandemi.

Kesimpulannya, kapasitas teknologi pada Revolusi Industri 4.0 dan penerapannya dalam tantangan global (seperti pandemi saat ini) memang dipengaruhi pada lingkungan regulasi, masalah privasi, dan kepemimpinan. Dalam kondisi pandemi, penerapan yang baik perlu dilakukan demi meningkatkan respon medis. 

Namun, kesenjangan antara si kaya dan si miskin tetap besar, baik di dalam negeri maupun antar negara. Agar tidak ada bangsa yang tertinggal dalam pemanfaatan Revolusi Industri 4.0 ini, perlu kombinasi antara investasi, inovasi, kesiapan, serta penggunaan yang efektif dan kepemimpinan yang baik. 

Tidak hanya itu, kerjasama global dan solidaritas antar bangsa juga berperan untuk memastikan akses yang lebih luas, pemanfaatan, kualitas, dan efektifitas dari teknologi tersebut demi terciptanya dunia yang lebih sehat dan sejahtera. Dunia membutuhkan teknologi tersebut, dan kemanusiaan mampu membayarnya.

ditulis oleh : 

Haryo Dwi Setyoputro_Mahasiswa Universitas Siber Asia

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun