"Diana!"
Dia menoleh ke belakang dan menatapku penuh tanda tanya. "Ada apa, Dre?"
"Dari kecil, aku sudah menyukaimu bahkan perasaan ini lebih dari kata suka. Aku ingin kamu batalkan pernikahanmu dengan Dito. Dan, jadilah pendamping hidupku."
@@@
Akhirnya, hari yang paling bahagia untukku dan Diana pun tiba. Dengan gagah, aku berjalan menghampiri Diana yang sudah cantik dengan kebaya yang aku pilihkan waktu itu. Aku tak pernah menyangka gadis kecil yang manja dan selalu merengkek saat permintaannya tak kuturuti, kini menjadi sosok gadis yang dewasa dan siap mengarungi bahtera rumah tangga. Bahkan, telah berani mendahuluiku untuk menikah.
"Dito, tolong jaga Diana untukku," ucapku sambil memeluk sosok laki-laki pilihannya.
"Aku akan selalu menjaganya. Terima kasih telah datang ke pernikahan kami," balasnya menepuk bahuku pelan.
Kini aku benar-benar berhadapan dengan gadis pujaanku. Dalam kisah ini, aku hanya menjadi tamu terhormatnya bukan pendamping hidupnya. Pahit memang. Tapi, aku tak bisa berbuat apa-apa cukup menerimanya.
"Selamat Diana. Gadis centilku kini sudah menjadi istri sah, Dito Sanjaya. Jangan merengkek lagi kepadaku kalo minta apa-apa, tapi ke suamimu," candaku.
Diana memukul bahu pelan, "apaan sih, Dre. Siapa juga yang suka merengkek sama kamu," bantahnya malu.
Aku dan Dito tertawa bersamaan.