"Okey, gue ikut," balasnya dengan sumringah.
Aku dan Retno berjalan ke luar ruangan, sesekali menatap mahasiswa lain yang sedang duduk dan sebagian lagi berdiri menunggu dosen yang akan mengajar mereka. Entah berapa kelas dan anak tangga yang kami lewati aku malas menghitungnya bahkan sekedar menghafalnya otakku tak mau merespon. Mungkin aku lelah?!
"Mang, soto kulit campur daging dua ya," teriak sahabatku nyaring ke abang tukang soto langganan kami yang sedang sibuk menyajikan soto untuk pelanggan lain. "Lo mau pesan minum apa?"
Aku terdiam dan melirik daftar menu yang terpajang di atas gerobak soto Mang Cipto. Lima detik kemudian mataku tertuju ke salah satu menu minuman andalan di tempat ini.
"Aku pesan es campur aja."
"Mang, kita pesan satu es campur dan satu es teh." Serunya lagi dan dibalas anggukan oleh Mang Cipto si pemilik warung.
Ku lihat sekeliling, tampak sekumpulan mahasiswa laki-laki yang sedang bergerompol dan saling bercanda satu sama lain, kemudian ku pindahkan pandangan ke ibu separuh baya yang sedang membawa nampan berisi makanan dan minuman untuk dua orang mahasiswi yang sedang asik dengan ponsel mereka. Sungguh malang nasibnya di usia senja masih bekerja untuk menghidupi keluarganya.
"Sin, tu lihat Kak Damar!"
Retno menepuk bahuku dan mengarahkan tangannya ke tiga orang yang duduk dengan pakaian jas putih, dua orang sedang asik melahap baksonya sedangkan satu orang menatap ke arah kami berdua sambil tersenyum. Senyuman manis itu selalu bisa menaklukan kaum hawa yang melihatnya.
"Dia pasti cariin lo, cepetan samperin sebelum diembat cewek lain."
"Apan sih kamu," ku timpal ucapan retno dengan nada datar.