Mohon tunggu...
Rena Siva
Rena Siva Mohon Tunggu... Karyawan Swasta -

https://www.wattpad.com/user/Rena_Siva Instagram : rena_siva08 Salam kenal. Terima kasih sudah mampir ke blog saya. Hanya satu pesan jangan menyalin karya saya tanpa izin ya.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Four Leaf Clover Part 1 | 06 Duka Sang Model (02)

2 Maret 2017   11:47 Diperbarui: 2 Maret 2017   20:00 234
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

“Clek” Eva dan teman-temannya mematikan motor mereka, akhirnya mereka sampai di rumah Rico yang dekat dengan perumahan Eva dan Sena. Tampak di halaman rumah terlihat sesosok wanita cantik berumur 35 sedang bermain dengan anak perempuan berambut panjang. Mereka pun berjalan menuju rumah Rico. Sesaat mereka sampai, wanita cantik tersebut menyambut mereka dengan ramah dan mempersilahkan mereka masuk ke rumah.

Mereka tampak bertanya-tanya siapa wanita tersebut, apakah ibunya Rico, pikiran tersebut terlintas sesaat dipikiran mereka. Karena Rico tak kunjung menemui mereka Evapun mengambil majalah yang ada fotonya Rico di tasnya untuk membacanya sebentar sambil menunggunya.

Eva dan Nena memandangi foto Rico di majalah itu. Mereka berdua langsung terpanan dengan foto Rico yang seperti dikatakan Rojak, benar Rico nampak bukan seperti yang ia kenal. Rojakpun juga ingin tahu hasilnya kemudian ikut melihat majalah itu.

Saat mereka asik melihat majalah itu, terdengar suara orang sedang berjalan ke arah mereka. Sena yang mengetahui hal itu langsung meminta mereka bertiga untuk menutup majalah itu dan duduk dengan sopan. Sayang karena terlalu asik membaca dan kaget dengan permintaan Sena yang mendadak mereka tidak sempat menutup majalah tersebut.

“Hai teman-teman sorry lama nunggu aku lagi berbincang dengan Papa ku tadi” Sapa Rico riang. “Kenalin ini Papa ku, terus 2 wanita cantik yang kalian lihat tadi Mama dan Adikku”

Merekapun memperkenalkan diri mereka masing-masing ke keluarga Rico, Eva memuji kecantikan ibu Rico yang masih terlihat lebih muda dari usianya. Dan iapun jadi tersipu malu. Eva terkejut dengan perkataan ibunya Rico jika ia dulu adalah seorang pramugari di maskapai ternama. Eva pun meminta nomor ibunya Rico untuk meminta arahan ke beliau karena ia ingin menjadi pramugari kelak.

Sena tampak asik bermain dengan Tania, yang ternyata mereka sama-sama menyukai bunga mawar dan coklat. Tania berlari ke kamarnya kemudian kembali ke ruang tamu untuk meminta Sena merangkaikan bunga mawar plastik menjadi flower clownyang cantik untuknya. Setelah menunggu cukup lama akhirnya flower clowncantik telah jadi. Sena pun memakaikannya ke kepala Tania. Ia senang dan menunjukannya ke kakaknya yang sedang berbincang asik dengan Rojak, Nena dan Papanya. Rico hanya tersenyum dan mengelus lembut rambut adiknya itu.

Karena tak ingin menganggu waktu belajar mereka. Ayah Rico pun mengajak istri dan anak perempuannya untuk beristirahat ke kamar. Apalagi nanti mereka ingin menjengkuk saudaranya yang tinggal di Jogja. Sesaat pandangan Papa Rico tertuju ke majalah yang nampak seseorang yang tak asing, ia pun mengambil majalah itu dan membawanya.

Muka Rico mendadak was was dan cemas melihat Papanya mengambil majalah itu. Ia berusaha untuk menyembunyikan kecemasannya itu dihadapan teman-temannya. Ricopun meminta teman-temannya untuk memulai belajar. Pikirannya kalang kabut tidak dapat menerima penjelasan jawaban soal dari Nena. Iapun meminta Bibi Nanik untuk menyiapkan makanan dan minuman untuk teman-temannya.

Nena tampak heran dengan Rico yang tidak bisa fokus. Iapun meminta Rico untuk berhenti sejenak dari belajar. Saat Bibik Nanik meletakan makanan dan minumannya diatas meja mereka, ia berbisik ke telinga Rico “Den, dipanggil Bapak” katanya dengan lirik dan tak terdengar oleh teman-temannya. Jantungnya semakin tidak karuan dan berdetak jauh lebih kencang, perasaan takutnya mulai memuncak, iapun kemudian masuk kedalam dengan perasaan pasrah. Sebelum masuk ia sempatkan diri untuk pergi sebentar.

Sudah 10 menit berlalu Rico belum kembali. Mereka berempat tak curiga apapun dan tetap fokus dengan belajar. Sena meminta tolong ke Nena untuk menemaninya ke toliet sebentar. Mereka pun pergi meninggalkan Eva dan Rojak yang sedang asik dengan soal mereka.

Saat menuju arah ke toilet di rumah tersebut. Langkah mereka terhenti tiba-tiba.

“Plak” terdengar suara cukup keras di salah satu kamar yang pintunya masih setengah tertutup. Terlihat dengan jelas itu Rico dan Papanya. Tampak Rico memegang pipi kirinya merintih menahan sakit.

“Papa kan sudah berapa kali bilang ke kamu untuk berhenti jadi model. Tapi apa ini hah... Memangnya mau jadi apa kamu ?” Suara tegas dan keras keluar dari mulut Papanya yang tampak bersahabat tadi berubah menjadi kejam penuh amarah. “Ingat ya Ric. Papa enggak mau lihat kamu jadi model lagi. Ngerti !!!”

Rico hanya diam, mengauk seolah mengiyakan ancaman dari Papanya karena tak mampu berucap apa-apa. Sena dan Nena tidak percaya dengan apa yang mereka lihat. Nena kemudian pergi dan berjalan kembali ke ruang tamu dengan perasaan takut sedangkan Sena berjalan menuju toliet. Mereka bersyukur karena saat mereka melihat kejadian tersebut Rico dan Papanya tidak melihat mereka.

Saat kembali dari toilet tanpa sengaja Sena berpapasan dengan Rico. Langkahnya terhenti dan melihat ada darah yang keluar dari sebelah kiri bibirnya. Rico terlihat kacau tak karuan dan pipinya terlihat merah dan bengkak. Melihat perlakuan kasar Papanya tadi, Sena merasa kasihan terhadap anak ini, belum lagi ia selalu mencuekinya. Tak pernah menyangka seorang model terkenal ternyata memiliki luka perih didalamnya.

“Hemmm...” Sena menekuk sedikit bibir bawahnya ke dalam, Ia tampak ragu untuk berucap. “Ric, ada darah di bibir kirimu”

Ternyata Rico tak menyadari hal itu. Ia hanya merasakan perih dari tamparan Papanya.

Sena kemudian mengambilkan tisu di dalam toilet dan memberikan tisu itu ke Rico. “Bersihkan dulu lukamu. Jangan lupa diobatin agar tidak infeksi” katanya dengan sedikit ragu, ia kemudian menundukan kepalanya.

Sena pun berjalan menuju ke teman-temannya tanpa berkata-kata lagi.  

“Bilang ke yang lain aku ingin sendiri dulu” Pesan Rico pelan sebelum Sena pergi.

Saat Sena kembali terlihat muka yang lain yang gelisah dan khawatir terhadap Rico terutama Eva yang sangat khawatir dengannya. Beberapa menit kemudian terdengar suara mobil di garasi rumah itu. Nampaknya Papa, Mama dan Adiknya meninggalkan rumah.

Sena pun tak lupa menyampaikan pesan Rico kepada teman-temannya. Waktu semakin sore dan mereka akhirnya pamit tapi sayang Rico tak mengantar mereka hanya Bibi Nanik saja yang mengantar mereka.

© © ©

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun