Mohon tunggu...
Rena Siva
Rena Siva Mohon Tunggu... Karyawan Swasta -

https://www.wattpad.com/user/Rena_Siva Instagram : rena_siva08 Salam kenal. Terima kasih sudah mampir ke blog saya. Hanya satu pesan jangan menyalin karya saya tanpa izin ya.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Four Leaf Clover Part 1 | 06 Duka Sang Model (02)

2 Maret 2017   11:47 Diperbarui: 2 Maret 2017   20:00 234
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saat menuju arah ke toilet di rumah tersebut. Langkah mereka terhenti tiba-tiba.

“Plak” terdengar suara cukup keras di salah satu kamar yang pintunya masih setengah tertutup. Terlihat dengan jelas itu Rico dan Papanya. Tampak Rico memegang pipi kirinya merintih menahan sakit.

“Papa kan sudah berapa kali bilang ke kamu untuk berhenti jadi model. Tapi apa ini hah... Memangnya mau jadi apa kamu ?” Suara tegas dan keras keluar dari mulut Papanya yang tampak bersahabat tadi berubah menjadi kejam penuh amarah. “Ingat ya Ric. Papa enggak mau lihat kamu jadi model lagi. Ngerti !!!”

Rico hanya diam, mengauk seolah mengiyakan ancaman dari Papanya karena tak mampu berucap apa-apa. Sena dan Nena tidak percaya dengan apa yang mereka lihat. Nena kemudian pergi dan berjalan kembali ke ruang tamu dengan perasaan takut sedangkan Sena berjalan menuju toliet. Mereka bersyukur karena saat mereka melihat kejadian tersebut Rico dan Papanya tidak melihat mereka.

Saat kembali dari toilet tanpa sengaja Sena berpapasan dengan Rico. Langkahnya terhenti dan melihat ada darah yang keluar dari sebelah kiri bibirnya. Rico terlihat kacau tak karuan dan pipinya terlihat merah dan bengkak. Melihat perlakuan kasar Papanya tadi, Sena merasa kasihan terhadap anak ini, belum lagi ia selalu mencuekinya. Tak pernah menyangka seorang model terkenal ternyata memiliki luka perih didalamnya.

“Hemmm...” Sena menekuk sedikit bibir bawahnya ke dalam, Ia tampak ragu untuk berucap. “Ric, ada darah di bibir kirimu”

Ternyata Rico tak menyadari hal itu. Ia hanya merasakan perih dari tamparan Papanya.

Sena kemudian mengambilkan tisu di dalam toilet dan memberikan tisu itu ke Rico. “Bersihkan dulu lukamu. Jangan lupa diobatin agar tidak infeksi” katanya dengan sedikit ragu, ia kemudian menundukan kepalanya.

Sena pun berjalan menuju ke teman-temannya tanpa berkata-kata lagi.  

“Bilang ke yang lain aku ingin sendiri dulu” Pesan Rico pelan sebelum Sena pergi.

Saat Sena kembali terlihat muka yang lain yang gelisah dan khawatir terhadap Rico terutama Eva yang sangat khawatir dengannya. Beberapa menit kemudian terdengar suara mobil di garasi rumah itu. Nampaknya Papa, Mama dan Adiknya meninggalkan rumah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun