"Iya, kita masih tetap berkomunikasi. Aku tetap ada di jalan keheningan ini. Kita akan selalu berhubungan baik," tambahnya semakin melegakan.
Aku tersenyum lebar, "Syukurlah."
"Nanti ke depan, aku akan melakukan hal ini demi pertumbuhan jiwaku. Biar kita sama-sama menjadi Jiwa Ilahi yang paripurna."
"Nanti ke depan, aku akan tetap .... "
"Eh, kok dari tadi ngomongnya ke depan-ke depan terus, sih. Maaf, aku nggak bisa disuruh mikir ke depan, diajak ke kondisi ke depan."
"Maksudnya?"
"Iya, aku nggak bisa. Aku bukan 'Semakin di Depan', aku ini 'One Heart', aku 'Satu Hati'."
"Ye, malah ngiklan!"
Kami pun tertawa bersama merayakan anugerah kehidupan.
Ya, bagiku kehidupan adalah tentang perayaan sekarang dan di sini, bukan tentang ke depan atau ke belakang. Yang terpenting adalah memelihara keterhubungan dengan Guru Sejati, menjadi satu hati dengannya. Apa pun tuntunan dan kehendakNya pasti aku jalankan. Semua selaras, bergerak seirama sebagaimana irama Semesta yang Agung.
Pengalaman Cerita oleh Anggota Keluarga Mahadaya Institute