Pendaftaran calon tuan rumah Pekan Olahraga Nasional XXI tahun 2024 telah resmi ditutup pada 30 Nopember 2017 lalu. Tercatat empat provinsi dan pasangan provinsi mendaftar sebagai calon tuan rumah perhelatan olahraga paling akbar di negeri kita ini. Keempat pendaftar tersebut adalah Provinsi Kalimantan Selatan dan  Sumatera Barat sebagai calon mandiri, sedangkan Sumatera Utara bersama Nanggroe Aceh Darussalam, Bali bersama Nusa Tenggara Barat mencalonkan diri sebagai tuan rumah bersama. Kini keempat kandidat sedang menanti tahapan berikutnya yaitu verifikasi oleh Tim Penjaringan Tuan Rumah PON 2024. Hasil verifikasi seanjutnya akan dibawa ke Musyawarah Olahraga Nasional Luar Biasa (Musornaslub) KONI dan selanjutnya akan diputuskan oleh pemerintah siapa yang berhak menjadi tuan rumah.
Menurut Suwarno, Wakil Ketua Umum KONI Pusat sekaligus Ketua Tim Penjaringan Tuan Rumah PON 2024, ada tiga hal yang patut diperhatikan sebagai calon tuan rumah, yaitu sarana dan prasarana, tenaga administrasi dan prestasi atletnya. Selain itu, calon tuan rumah juga harus memiliki program jangka panjang untuk menghadapi PON 2024. Selain menyiapkan venue berstandar nasional, tentu tuan rumah juga harus menyiapkan kontingen terbaiknya supaya tuan rumah tidak hanya menjadi tukang mengalungkan medali bagi peserta lain.
Menakar Peluang
Adalah sebuah kebanggaan bagi sebuah provinsi untuk menjadi tuan rumah pesta olah raga nasional terbesar yang digelar empat tahunan ini. Tentu hal ini tidaklah mudah. Calon tuan rumah harus bersaing dengan kandidat melalui tahapan bidding yang diawali dengan pendaftaran dan menyetor biaya pendaftaran 1 Milyar serta uang jaminan 5 Milyar Rupiah. Uang jaminan ini akan dikembalikan jika kandidat tidak berhasil terpilih.
Sebelum PON XVI Â Sumatera Selatan 2004, praktis tuan rumah yang berasal dari luar Pulau Jawa hanya Sumatera Utara dan Sulawesi Selatan, masing-masing menjadi tuan rumah pada PON III (1953) dan PON IV (1957). Pada penyelenggaraan PON selanjutnya tuan rumah selalu didominasi propinsi dari Pulau Jawa yaitu DKI Jakarta, Â Jawa Barat dan Jawa Timur. Â
Gubernur Kalimantan Selatan H. Sahbirin Noor dalam berbagai kesempatan selalu menegaskan bahwa dirinya serius ingin Kalimantan Selatan mejadi tuan rumah PON XXI 2024. Seperti telah dijelaskan di atas, berbicara masalah PON tentu tidak bisa lepas dari kesiapan venue dan sarana pertandingan lainnya. Tuan rumah harus menyiapkan venue minimal bertaraf nasional. Melihat kondisi saat ini, propinsi yang memiliki 13 kabupaten/kota ini sangat minim dengan venue bertaraf nasional. Hal ini menjadi pekerjaan rumah yang cukup serius. Memang betul tuan rumah PON ditentukan 6 tahun sebelum waktu penyelenggaraan, namun waktu tersebut tidak akan cukup jika tidak dipersiapkan dengan matang dan serius.
Untuk sarana olah raga ini, Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan telah menyiapkan lahan seluas 300 Hektar di Banjarbaru untuk membangun Sport Centeryang nantinya dipergunakan sebagai venue pertandingan seandainya Kalimantan Selatan terpilih sebagai tuan rumah. Â
Dari sisi prestasi atlet, pada perhelatan PON XIX Jawa Barat  2016, Kontingen Kalimantan Selatan memperoleh 9 medali emas, 10 perak dan 18 perunggu, menempati peringkat 16 dari 34 provinsi. Pencapaian ini meningkat dibandingkan PON sebelumnya di Riau dimana Kalimantan Selatan menempati peringkat 19 dengan 5 emas, 12 perak dan 19 perunggu. Meski tidak berhasil mencapai target yang dibebankan oleh KONI Kalsel, tapi dengan segala keterbatasan sarana dan prasarana latihan, pencapaian medali pada PON XIX Jawa Barat 2016 ini patut mendapat apresiasi.
Multiplier Effect
Selain kebanggaan menjadi tuan rumah PON, tentu tuan rumah ingin mendapatkan manfaat dari kegiatan ini. Multiplier effect ini diharapkan terjadi baik pada saat maupun setelah penyelenggaraan event. Kedatangan ribuan atlet dan offisial dari provinsi seluruh Indonesia tentu akan membawa dampak ekonomi yang luar biasa besar. Hotel, penginapan, rumah makan, pariwisata, souvenir dan cenderamata akan menjadi efek positif yang dinikmati tuan rumah. Sebagaimana dikutip laman juaranews.com, panitia PON XIX 2016 Jawa Barat 2,5 Milyar Rupiah untuk pembuatan souvenir. Tentu ini menjadi berkah tersendiri bagi pelaku industri kerajinan daerah setempat.
Kedatangan ribuan atlet dan offisial, siaran langsung televisi, tentu juga membawa manfaat promosi yang efektif bagi tuan rumah.
Selain manfaat yang diperoleh tuan rumah pada saat event berlangsung, ada juga manfaat yang diperoleh tuan rumah setelah event berlangsung. Sarana dan fasilitas olah raga yang dipakai PON tentu akan menjadi aset berharga bagi daerah setempat. Atlet Kalimantan Selatan yang saat ini kesulitan mendapatkan tempat berlatih yang sesuai standar akan bisa memanfaatkan fasilitas yang berstandar nasional bahkan internasional setelah PON usai.
Kita bisa berkaca dari Sumatera Selatan dalam hal ini Kota Palembang yang sukses menjadi tuan rumah PON XVI 2004. Sebelum tahun 2004, menyaksikan pertandingan bertaraf internasional di Kota Palembang tentu adalah hal yang sangat langka. Namun setelah penyelenggaraan PON 2004, Kota Palembang bagaikan mendapat durian runtuh menjadi tuan rumah event-event olah raga bertaraf internasional. Tercatat mereka menjadi tuan rumah beberapa pertandingan Piala Asia 2007 saat Indonesia menjadi tuan rumah bersama Malaysia, Vietnam dan Thailand. Berikutnya adalah Sea Games 2011. Palembang bersama Jakarta menjadi tuan rumah pesta olahraga bangsa-bangsa se-Asia Tenggara tersebut. Tak hanya itu, Palembang juga menjadi tuan rumah Islamic Solidarity Games 2013, Asean University Games 2014 dan yang paling spektakuler tentunya Asian Games 2018 pada 18 Agustus sampai dengan 2 September mendatang.
Seperti juga Sumatera Selatan sebelum menjadi tuan rumah PON 2004, kita di Kalimantan Selatan juga sangat jarang bahkan boleh dikatakan tidak pernah bisa menyaksikan pertandingan bertaraf internasional oleh karena ketiadaan venue yang berstandar internasional. Kita berharap semoga Kalimantan Selatan bisa terpilih menjadi tuan rumah PON XXI 2024, dengan demikian nantinya akan ada stadion baru, gedung olah raga baru, kolam renang baru yang semuanya minimal bertaraf nasional yang selanjutnya dapat digunakan oleh atlet-atlet provinsi ini untuk meningkatkan prestasinya.
Sebagai perbandingan, Jawa Barat menyiapkan beberapa stadion megah untuk PON 2016 yaitu Stadion Patriot di Bekasi, Stadion Wibawa Mukti di Cikarang, Stadion Pakansari di Bogor serta Gelora Bandung Lautan Api sebagai tempat pembukaan dan penutupan PON. Bisa dibayangkan jika Kalimantan Selatan harus membangun beberapa stadion baru yang khusus untuk pelaksanaan PON 2024, tentu memerlukan anggaran yang fantantis. Untuk membangun satu stadion memerlukan biaya lebih dari 500 Milyar Rupiah. Belum lagi venue lain seperti velodrome untuk cabang balap sepeda, kolam renang untuk cabang olahraga renang dan olahraga air lainnya serta gedung olah raga untuk cabang olah raga indoor.
Dengan APBD yang hanya berkisar 5 sampai 6 Trilyun, tentu Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan harus bijak dalam mengatur pembiayaannya seandainya Kalimantan Selatan terpilih menjadi tuan rumah PON 2024 sehingga tidak mengganggu pos anggaran bidang lainnya.
Sebagai warga Kalsel, kita tentu ingin sekali Kalsel menjadi tuan rumah PON dengan harapan bisa memanfaatkan multiplier effect yang terjadi tidak hanya dalam bidang olahraga saja, melainkan efek ekonomi dan pariwisata. Akan tetapi kita juga tidak ingin semua itu mengorbankan bidang lain yang tingkat urgensinya cukup tinggi. Dan yang juga tak kalah penting, jangan sampai setelah PON, ada pejabat yang diciduk KPK gara-gara korupsi proyek PON.
Tulisan pernah dimuat di Tribun Forum Harian Banjarmasin Post, Kamis 22 Februari 2018
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H