Mohon tunggu...
Ahmad Jazuli Harwono
Ahmad Jazuli Harwono Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Menulis untuk melupakan masalah, dan satu-satunya cara yang paling memungkinkan(saat ini) untuk beraktualisasi. Penulis dapat di hubungi melaui email:paklik_jul@yahoo.co.uk dan hp:081 386 25 6949

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Test Keperawanan? Ok, Gak Masalah

23 Agustus 2013   16:32 Diperbarui: 24 Juni 2015   08:55 497
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.”

Dari penjabaran diatas, pertanyaanya: Bukankah kita memang perlu untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa?. Peserta didik yang asyik dalam pergaulan bebas, tentu bukan cerminan potensi untuk  menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, untuk itu sudah seharusnya kita perbaiki dan arahkan bukan?
Bagaimana mungkin seoran peserta didik bisa fokus kepelajaran, mengembangkan potensi untuk meraih masa depan, jika ditengah jalan dia hamil duluan (bagi siswi)  atau menghamili anak orang (bagi siswa). Tentu suatu hal yang sulit dilakukan.
Sadari, bahwa persoalan degradasi moral ini sudah memprihatinkan, dan perlu penanganan serius, jadi jangan menolaknya karena alasan-alasan:
1. Kebijakan ini tidak berkeadilan gender dan merendahkan wanita, karena tidak ada test keperjakaan.
(Bila teknologi kita sudah mampu untuk mengetes keperjakaan, pasti kebijakan ini bukan hanya untuk wanita, tapi juga untuk laki-laki. Karena belum ada, tentu yang bisa kita lakukan adalah sesuatu yang saat ini bisa dilakukan. Jadi ini bukan menyangkut masalah gender).
2. Ada pernyataan, kalau gak perawan apa tidak boleh sekolah, kan ini melanggar undang-undang dasar.
(Tentu test keperawanan ini bukan dijadikan prasyarat masuk atau lulus sekolah, tapi kegiatan ini nanti akan diadakan bagi siswa-siswi yang sudah sekolah. Kedudukanya sama dengan kegiatan penggeledahaan tas sekolah yang selama ini sudah ada, atau test narkoba untuk pelajar.)
3. Masalah teknis bagaimana, apa diperiksa alat kelaminnya satu-satu, lalu bagi yang tidak perawan karena olahraga bagaimana
(ini persoalan teknis, bisa didiskusikan dan dipersiapkan sebaik mungkin agar test keperawanan natinya bisa dilakukan seetis mungkin namun tetap efektif dalam merumuskan kesimpulan pemeriksaannya).
4. Terkait folow up bagaimana?
(Tentu folow up nya bukan kemudian diumumkan ke publik, karena bisa membunuh karakter dan dan mengubur masa depan siswi. Opsi folow up bisa berupa kegiatan konseling psikologis atau agama untuk menata kembali sikap mental dan pemikiran pelajar untuk menjadi lebih baik. Bisa juga opsi lain yang lebih membangun?).
Keperawanan memang tidak bisa dikaitkan langsung dengan moralitas. Tidak bisa digeneralisasi bahwa seorang remaja putri yang tidak perawan berarti tidak bermoral. Namun bukan berarti menjaga keperawanan tidak penting. Kita hidup dalam budaya timur dan dalam masyarakat beragama. Menjadi tidak perawan pada lingkungan demikian tentu akan berdampak pada psikologis siswi, jika nanti sampai dia kehilangan keperwanannya. Perasaan rendah diri, penyesalan yang berkepanjangan tentu akan menjadi trauma dan mengganggu kepribadianya untuk tumbuh dan berkembang menjadi manusia berkualitas dan percaya diri. Belum lagi bila dia sampai harus mengalami kehamilan disaat usia sekolahnya (karena pergaulan bebas yang terus ia lakukan), dengan lelaki yang sama-sama berstatus pelajar, bagaimana nasibnya?.
Kehilangan keperawanan diusia dini juga bisa  berpotensi menjadi masalah besar bagi masa depan seorang wanita. Bisa saja kan nanti dia bertemu jodoh lelaki seperti aceng Fikri,(yang nyerai in Fani Oktora dalam waktu 4 hari karena alasan keperawanan)?. Saya yakin di Indonesia, masih banyak yang kayak aceng Fikri. Percaya deh.
Jadi, saya berharap kita tidak terburu-buru menolak wacana test keperawanan ini. Soalnya kita lagi punya masalah serius Mas brow dan Mbak Brow. Masalah ini perlu penanganan. Memangnya ada opsi lain yang lebih efektif?. Membunuh nyamuk bisa macam-macam caranya, pakai obat nyamuk, pakai yang elektrik, semprotan, tapi kalau udah pada kebal,  ditepukin, terus apa lagi?.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun