Saat saya memasuki pendidikan menengah pertama, Samsul diganti Ratna Ani lestari. bupati berganti tapi efek Samsul masih mengena lewat lagu-lagu yang masih disuarakan dimana-mana, pertanda kebanggaan pada Banyuwangi..
Berbeda dengan Samsul yang keturunan Using, asli Banyuwangi, Ratna berasal dari Bali. Sadar akan asal-usulnya yang tidak mungkin memaksimalkan budaya seperti Samsul, Ratna membuat gebrakan yang sama-sama mengembangkan Banyuwangi. Slogan terkenal saat kepemimpinan Ratna adalah Banyuwangi Ijo Royo-royo.
Melalui program ini, masyarakat yang biasanya enggan keluar dari pelosok , kecuali untuk kebutuhan yang sangat mendesak, karena jalanan rusak dan kurang enak dilewati, menjadi sering pusat kecamatan/kabupaten. Waktu tunggu bertani digunakan untuk beraktifitas di pasar kecamatan. Perlahan-lahan ekonomi berputar dan berimbas pada banyak sudut di Banyuwangi.
Masih tentang tagline itu, Ratna juga mulai menanam bakau di pantai-pantai yang sudah terkena abrasi. Akhir pekan sering dimanfaatkan untuk mengunjungi pantai-pantai yang kondisinya menghawatirkan. Kondisi pantai perlahan membaik.
Bupati selanjutnya, yang saat ini sedang menjabat, Abdullah Azwar Anas juga bercita-cita sama, mengembangkan Banyuwangi meski dengan cara yang berbeda. Melalui dua slogan utama “Banyuwangi The Sunrise of Java” dan “I Love Banyuwangi”, Anas mengembangkan Banyuwangi ke sisi yang lebih maju. Tidak melulu fokus di wilayah lokal, namun juga menyentuh zona internasional menggunakan bahasa inggris, bahasa dunia.
Pada zaman Anas, beberapa lapangan yang hanya ramai saat ada pasar malam, acara agustusan, maupun konser band indonesia yang lebih sering berakhir ricuh diubah menjadi ruang terbuka hijau. Tembok lapangan dihilangkan diganti ruang terbuka yang bisa dimanfaatkan siapa saja. Pinggir lapangan yang biasanya sepi menjadi bergairah setiap malam.
Pedagang kecil seperti penjual cilok, penjual kacang rebus, penjual gorengan mendapatkan keuntungan lebih. Hal yang sama juga dirasakan penyedia persewaan mobil-mobilan. Warga yang bosan di rumah bisa mengunjungi ruang terbuka hijau yang tersedia di masing-masing kecamatan. Baru ketika akhir pekan, warga akan mengunjungi kecamatan yang lebih ramai seperti Genteng maupun Banyuwangi Kota.
Anda masih tidak percaya? Silakan anda ke Banyuwangi menggunakan kendaraan darat. Saat turun dari Gunung Gumitir memasuki kabupaten Banyuwangi, tidak lama anda akan menjumpai pasar yang lumayan ramai di samping stasiun kereta api, itu kecamatan Kalibaru, kecamatan paling barat di kabupaten Banyuwangi. Setelah itu, coba lanjutkan perjalanan, tidak beberapa lama, akan muncul keramaian yang tidak jauh berbeda dengan Kalibaru, itu kecamatan Glenmore. Saat anda melanjutkan perjalanan, keadaan yang tidak jauh berbeda akan anda saksikan dean keramaian yang tidak jauh berbeda di sepanjang jalur ke Banyuwangi. Hal yang sama akan anda rasakan saat memasuki Banyuwangi dari pelabuhan ketapang maupun dari Situbondo.
Dengan keunikannya ini, kondisi yang hampir sama antar satu kecamatan dengan kecamatan lain, memudahkan pemerintah untuk menyejahterakan Banyuwangi. Berbeda dengan kabupaten atau kota lain yang cenderung mengalami ketimpangan antara pusat kota dengan daerah-daerah di sekitarnya.